Beranda blog Halaman 24

Subang Siaga! Dinkes Kembali Angkat Masker demi Lawan Varian Baru

Dinkes Subang antisipasi Covid varian baru
Foto: rii.co.id

SUBANG – Halo, warga Subang dan sekitarnya! Kalau Anda merasa déjà vu dengan berita soal Covid-19, tenang, Anda tidak sendiri. Tapi jangan buru-buru panik atau borong masker kayak dulu. Dinas Kesehatan Kabupaten Subang punya strategi jitu menghadapi si virus yang hobi muncul dengan gaya baru: varian terbaru!

Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr. Maxi, menyampaikan bahwa pemerintah pusat hingga daerah sudah menerbitkan surat edaran resmi. Isinya? Peringatan keras agar kita semua waspada. Ya, benar, Covid-19 lagi-lagi bikin “tur” regional, dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang sudah duluan kedatangan tamunya.

“Semua itu merupakan perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dilakukan masyarakat, jika tidak ingin tertular Covid-19 varian baru, yang saat ini merebak kembali di sejumlah negara tetangga kita,” ujar dr. Maxi kepada RRI Subang, Senin (9/6/2025).

Jangan malas jaga badan, kata dr. Maxi. Tubuh kita ini bukan powerbank yang bisa dicas sembarangan, tapi butuh sentuhan sehat. Makan buah dan sayur, tidur cukup, olahraga rutin, dan stop merokok—itu resep imun ala Kadinkes. Jangan lupa juga untuk rutin periksa ke puskesmas, bukan cuma ke warung!

Nah, untuk langkah kedua, masker kembali jadi fashion statement. “Sering cuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker, dan menjaga jarak, serta menghindari kerumunan,” jelasnya dengan gaya khas “ingat tapi tak panik”.

Eits, tapi tak semua harus bermasker, kok. Maxi menjelaskan, masker direkomendasikan bagi mereka yang sedang flu, batuk-batuk manja, sesak napas, atau tenggorokannya sedang ngambek. Petugas medis di puskesmas, klinik, dan rumah sakit juga wajib tampil dengan gaya bermasker—bukan demi gaya, tapi demi nyawa.

Yang lebih keren lagi, Dinkes Subang bersiap melakukan screening bagi pasien yang datang berobat. Rapid test sedang disiapkan, tinggal nunggu lampu hijau dari atas: “Terkait persiapan test, kami masih menunggu koordinasi, terkait rapid test, apa itu dibiayai dari APBN, atau APBD provinsi,” ujar Maxi sambil menegaskan tes akan dilakukan pada yang bergejala.

Jadi, mari kita sambut varian baru ini bukan dengan ketakutan, tapi dengan gaya hidup sehat dan disiplin prokes. Karena kita sudah punya pengalaman. Dan seperti kata pepatah: yang siap, tak akan kaget!

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber dari rii.co.id dengan judul asli “Beberapa Upaya Dinkes Subang, Antisipasi Covid Varian Baru”.

Kang Rey Ngamuk di Jalur Wisata! Truk Galon Masih Nekat Ngegas di Hari Libur

Truk melanggar jam operasional di Subang
Foto: lampusatu.com

SUBANG – Di hari libur yang harusnya penuh senyuman dan selfie di kebun teh, suasana mendadak berubah jadi panas membara! Bukan karena cuaca, tapi karena Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita alias Kang Rey, ngamuk saat blusukan naik motor ke Jalur Lingkar Selatan, Jalancagak, Minggu (8/6/2025).

Di tengah aroma semilir khas pegunungan, Kang Rey malah disambut pemandangan tak sedap—deretan truk galon besar lalu lalang dengan cueknya. “Masih saja ada truk besar yang nekat beroperasi di luar jam. Ini jelas melanggar aturan dan mengganggu masyarakat serta wisatawan. Saya tidak akan biarkan ini terus terjadi,” semprot Kang Rey dengan nada yang bikin angin gunung pun terdiam.

Truk-truk pengangkut galon AQUA itu rupanya sedang asyik keluyuran di luar jam operasional yang seharusnya dipatuhi. Padahal, aturan sudah jelas tertulis di Peraturan Bupati Subang Nomor 28 Tahun 2023. Untuk hari kerja, jam operasional truk tambang hanya boleh dari pukul 06.00 sampai 08.00 WIB. Sementara Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional, boleh ngaspal dari jam 06.00 sampai 20.00 WIB. Tapi ya itu tadi, masih banyak yang nekat main tabrak aturan.

Tak mau buang waktu, Kang Rey langsung menelpon Plt Kadishub Subang Aep Saepudin. Perintahnya tegas: perketat pengawasan! “Saya minta pengawasan diperketat. Jangan sampai aturan hanya jadi formalitas. Kita serius, dan pelanggaran seperti ini tidak bisa ditoleransi,” tegasnya, kali ini tanpa basa-basi.

Ternyata ini bukan amarah dadakan. Pada akhir Mei lalu, Kang Rey juga sudah menggelar sidak serupa. Namun, pelanggaran tetap terjadi seperti déjà vu yang menyebalkan. “Ini bukan soal aturan saja, tapi soal keselamatan, kenyamanan, dan hak masyarakat. Jangan sampai kepentingan bisnis mengorbankan kepentingan umum,” lanjutnya dengan nada yang bikin ciut nyali pelanggar.

Tak cukup dengan menindak truk nakal, Kang Rey juga sempat menengok kondisi jalan dan jembatan di sepanjang rute tersebut. Beberapa ruas terlihat memprihatinkan. Tapi tenang, katanya akan segera diperbaiki lewat perubahan anggaran tahun ini. “Kita tak hanya membangun jalan, tapi juga menunjukkan komitmen untuk hadir, bekerja, dan menyelesaikan masalah bersama rakyat,” ujarnya sambil melihat langsung kondisi infrastruktur.

Sementara itu, di jalur utama Cagak–Ciater yang terkenal padat wisatawan setiap akhir pekan, jajaran Polsek Jalancagak juga tak tinggal diam. Mereka menindak tegas kendaraan angkutan barang yang nekat berkeliaran di luar jadwal. Tak ada ampun bagi yang melanggar.

Langkah serentak Bupati Subang dan aparat kepolisian ini jelas jadi sinyal kuat: aturan bukan buat dipajang, tapi untuk ditegakkan. Subang bukan hanya ingin jadi destinasi wisata, tapi juga jadi daerah yang aman, nyaman, dan berdaya saing. Dan semua itu dimulai dari satu langkah: jangan ngelawan aturan kalau tak mau kena semprot Kang Rey!

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber: Lampusatu.com dengan judul “Ultimatum Mobil Truk Pengangkut Galon Langgar Jam Operasional di Jalur Wisata, Bupati Subang : Jangan Sampai Kepentingan Bisnis Mengorbankan Kepentingan Umum !”

Adnan Si Penakluk Pedal: Gowes Brebes-Subang Demi Sekolah Lagi

Remaja Brebes gowes ke Subang demi sekolah
Foto: tintahijau.com

SUBANG – Bersiaplah, kisah ini bisa bikin mata sedikit berkabut, tapi juga bikin dada penuh semangat.

Seorang remaja tangguh bernama Adnan Prasetyo (15), warga Kampung Baru, Bumiayu, Brebes, bikin geger dunia maya. Bukan karena challenge TikTok atau prank iseng, tapi karena nekat gowes sendirian dari Brebes ke Subang. Tujuannya? Bukan jalan-jalan, tapi demi satu hal yang bikin haru: ingin bertemu Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan minta tolong supaya bisa sekolah lagi!

Video aksi heroik Adnan pertama kali muncul di akun X (Twitter) @InfoJateng. Dalam video itu, Adnan menyapa dunia dengan suara pelan tapi tekad membara. Ia memperkenalkan diri dan menyatakan ingin sekali bertatap muka langsung dengan sang gubernur.

“Assalamualaikum Pak Dedi, nama saya Adnan dari Bumiayu, Brebes. Saya ingin bertemu bapak,” katanya lirih tapi jelas. Sederhana, namun menohok jantung nurani.

Adnan bercerita bahwa ia sudah tidak melanjutkan sekolah sejak duduk di kelas 2 MA. Bukan karena malas atau bolos, tapi karena kantong kosong alias tak ada biaya.

“Sekolah keluar waktu kelas dua. Harusnya sekarang kelas dua MA. Enggak ada uangnya,” ungkap Adnan saat ditemui warga Subang.

Seperti judul film yang belum difilmkan, Adnan adalah remaja yatim piatu. Orang tuanya telah tiada. Ia memang punya saudara di Jakarta, tapi… alamatnya entah di mana. Tak ada pegangan, tak ada sandaran. Yang ada hanya sepeda ontel dan segenggam harapan.

“Orang tua sudah enggak ada. Saudara ada, tapi di Jakarta. Enggak tahu alamatnya,” ujarnya, polos tapi menyayat.

Saat ditanya di mana tidur semalam, jawaban Adnan mencetak rekor kesedihan tercepat.

“Enggak tidur,” katanya pelan. Rupanya sepanjang malam ia terus mengayuh pedal, tanpa tempat istirahat, tanpa atap, tanpa kasur empuk.

Namun, anak ini bukan hanya kuat otot tapi juga kokoh cita-cita. Ia tidak datang untuk minta uang jajan, melainkan ingin mengenyam pendidikan seperti remaja lainnya. Kembali duduk di bangku sekolah adalah mimpi yang ia kayuh sejauh ratusan kilometer.

Meski datang tanpa rombongan, tanpa tas ransel penuh logistik, dan tentu saja tanpa Google Maps, Adnan memantapkan niatnya. Warganet pun sontak terenyuh, banyak yang membagikan video perjalanannya, berharap kisah ini menyentuh hati Pak Dedi.

Kini, nama Adnan tidak hanya viral, tapi juga jadi simbol semangat dan harapan. Ia membawa pesan besar dalam tubuh kecil: pendidikan adalah hak semua anak Indonesia, tanpa kecuali, tanpa kompromi.

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber dari tintahijau.com dengan judul asli “Viral! Remaja dari Brebes Gowes ke Subang Demi Bertemu Gubernur Dedi Mulyadi”

Heboh KB Vasektomi di Subang! Pria Berbondong-bondong Demi Rp500 Ribu dan Keluarga Sejahtera

Vasektomi Subang
Foto: jabarpress.com

Subang – Siapa bilang pria takut jarum? Di Subang, justru puluhan pria datang ramai-ramai bukan untuk demo, tapi untuk… vasektomi!

Ya, Anda tidak salah dengar. Program KB Metode Operasi Pria alias MOP ini sukses bikin heboh Kecamatan Ciasem, Subang. Pasalnya, saat Dinas DP2KBP3A Subang menggelar layanan ini, warga—terutama kaum bapak—langsung menyambutnya dengan antusias luar biasa. Ada yang demi keluarga, ada juga yang demi… bantuan sosial!

“Saya kasihan sama keluarga, mudah-mudahan kesejahteraan saya meningkat,” ujar Naman, salah satu peserta dengan semangat yang bikin melting. Eh, jangan salah, beliau juga menyebut ingin mendukung KDM—alias Kang Dedi Mulyadi, sang Gubernur Jabar yang dulu menganjurkan program ini.

Bonus Rp500 ribu per peserta? Wah, siapa yang nggak tertarik? Ternyata selain menjanjikan keluarga kecil bahagia, program ini juga menawarkan uang saku segar setelah tindakan medis. Jadi, selain “dibekukan”, dompet juga jadi lebih “cair”. Win-win!

Tapi saking ramainya, petugas sampai kewalahan.
Bayangkan, dari target awal hanya 15 peserta, tiba-tiba yang daftar… 200 orang! Kepala Bidang KB DP2KBP3A Subang, Hj Rosmayati, sampai harus geleng-geleng kepala.

“Sekarang saya hanya membuka layanan 60 orang… karena keterbatasan tenaga medis dan anggaran,” keluhnya.
Padahal layanan ini cuma buka beberapa jam saja, lho. Tim medis sampai harus pasang rem darurat agar tak jebol oleh antusiasme warga yang seperti banjir bandang di musim hujan.

Semua peserta juga wajib periksa kesehatan dulu sebelum tindakan. Jadi, ini bukan operasi sembarangan. Ada proses medis yang tetap harus diikuti demi keselamatan bersama.

Lalu siapa dalang di balik ramainya vasektomi ini? Ternyata sang ‘Bapak Aing’!
Ya, mantan Gubernur Dedi Mulyadi alias KDM. Beliau yang dulu menyerukan agar penerima bansos turut dalam program vasektomi demi kesejahteraan. Sekaligus, menjanjikan insentif Rp500 ribu sebagai bentuk perhatian.

“Ternyata masyarakat kita sangat mencintai Pak KDM ‘Bapak Aing’ ya,” ucap Hj Rosmayati sambil tertawa kecil.
Pesan moralnya? Pria Subang ternyata bukan hanya sayang istri dan anak, tapi juga siap pasang badan (eh, pasang niat) demi masa depan cerah dan… bansos ceria.

Berita ini telah dimuat berdasarkan artikel dari portal Duta jabarpress.com berjudul asli “Alasan Tingginya Animo Warga Ikuti Pelayanan KB MOP Atau Vasektomi”, ditulis oleh Admin pada 9 Juni 2025.

Pelajar Nakal Masuk Barak? Ketua Dewan Pendidikan Subang Bilang: “Luar Biasa!”

pendidikan karakter pelajar bermasalah
Foto: rii.co.id

SUBANG — Ada kabar seru dari tanah nan adem di utara Jawa Barat, Subang! Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Subang, Ibu Elis Langi, dengan penuh semangat dan gaya khasnya yang blak-blakan namun menggelitik, menyuarakan dukungan total terhadap program pendidikan karakter di barak militer bagi para pelajar yang… yah, sedikit “bermasalah”.

Bayangkan saja, anak-anak remaja yang biasanya susah bangun pagi, tiba-tiba harus buka mata jam 3 subuh! Bukan buat scrolling TikTok, tapi buat beberes tempat tidur, ikut sholat berjemaah, lalu lanjut olahraga. “Meski waktunya sangat singkat, tetapi memang sangat berpengaruh yang sangat luar biasa,” ujar Elis Langi tegas kepada RRI Subang, Senin (9/6/2025).

Dan ini bukan cuma teori. Efek barak ternyata bikin ciut nyali anak-anak. Elis bercerita, “Pak Dedi, Pak Dedi, nih anak saya nakal selalu main hape,” begitu kata para orang tua. Tapi cukup disebut “Pak Dedi”, sang anak langsung nangis ketakutan karena nggak mau dibawa ke barak. Efek sugesti Pak Dedi luar biasa, Bu!

Cucu beliau pun kena getahnya. Cuma disebut “Pak Dedi saja”, si cucu langsung ciut nyali. “Itu Cucu sudah takut,” katanya sambil tergelak. Barak militer ini, sepertinya punya kekuatan yang tidak bisa dijelaskan oleh logika, hanya bisa dirasakan oleh mereka yang hampir dibawa ke sana.

Namun, Elis tak mau semua beban dilempar ke barak dan guru. “Apalagi, kalau anak-anak sudah salah bergaul, maka kenakalan remaja seperti tawuran misalnya, hampir dipastikan akan terjadi. Dan itu bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga merupakan tanggung jawab orang tua dan kita semua,” tegasnya.

Menurut Elis, sekolah dan barak boleh jadi tempat ‘pembersihan’, tapi rumah tetap jadi ‘pabrik utama’ pembentukan karakter. Maka ia mengajak seluruh masyarakat, dari yang muda sampai yang sepuh, untuk gotong royong menjaga masa depan generasi bangsa ini agar tak terjerumus ke jurang kenakalan dan moral keropos.

Berita ini sudah dimuat berdasarkan sumber dari rii.co.id dengan judul asli “Dewan Pendidikan Subang Menilai Positif Program Barak Militer”

Jam Malam Pelajar di Subang: Nongkrong Lewat Jam 9? Siap-Siap Disamperin Pak Polisi!

patroli jam malam pelajar Subang
Foto: rii.co.id

SUBANG – Malam di Subang kini tak sebebas dulu. Bagi para pelajar yang masih doyan nongkrong setelah pukul 21.00 WIB, siap-siap ditegur ramah (atau ditatap tajam) oleh rombongan patroli gabungan. Iya, benar! Ini bukan sekadar jalan-jalan malam, melainkan patroli serius yang melibatkan Polsek Subang, TNI, dan Satpol PP Kecamatan Subang.

Semuanya dilakukan demi satu tujuan mulia: menegakkan Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor: 51/PA.03/Disdik tentang jam malam pelajar. Patroli ini bukan isapan jempol belaka, tapi sudah resmi beredar—dan lebih tajam dari jam weker emak-emak yang bunyinya bisa bikin jantung lompat.

Kapolsek Subang, AKP Endang Suhanda, menjelaskan bahwa kegiatan ini tak lain demi membentuk generasi Panca Waluya. Generasi idaman sejagat yang Cageur, Bageur, Bener, Pinter. Pokoknya, kalau sudah lulus “ujian karakter” ini, tinggal nunggu jadi menantu idaman!

“Patroli dimulai pada pukul 21.00 WIB di wilayah hukum Polsek Subang, dengan sasaran lokasi-lokasi tempat nongkrong anak-anak remaja, di wilayah Kota Subang,” terang AKP Endang sambil menambahkan, aktivitas ini memang menyasar anak-anak yang masih suka ‘keliaran’ malam-malam, entah karena tugas kelompok atau karena sinetron di rumah terlalu dramatis.

Tim patroli pun menyisir kota, memberikan imbauan dengan gaya persuasive—tanpa membawa sapu lidi, tentu saja. Tujuannya bukan semata menertibkan, tapi juga mendidik. “Kegiatan berjalan aman dan kondusif, dengan hasil yang diharapkan, dapat membentuk generasi berkarakter Panca Waluya di Jawa Barat dan menciptakan situasi yang aman, dan kondusif di wilayah hukum Polsek Subang,” lanjut Kapolsek dengan semangat kebapakan.

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kapolsek, ditemani Camat Subang, Danramil 0501/Subang, MP Kecamatan Subang, serta pasukan dari Polsek Subang, Koramil, dan Satpol PP. Sebuah kombinasi power ranger lokal yang siap menjaga malam Subang dari generasi yang ‘belum waktunya’ menjelajah dunia malam.

Dan ingat, ini bukan sekadar show of force. Ini aksi nyata untuk menjamin bahwa masa depan Jawa Barat tak diisi oleh generasi yang “bagus di reels, tapi absen di real life.”

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber: rii.co.id dengan judul asli “Polsek Subang Kembali Gelar Operasi Jam Malam Pelajar”

Tangis, Tawuran, dan Tiket ke Barak: Cerita Haru 45 Siswa yang ‘Naik Pangkat’ ke Rindam

Pendidikan karakter semi militer siswa Jawa Barat
Foto: tribunnews.com

Suarasubang.comPagi itu, matahari baru saja naik—tapi suasana di Markas Kodim 0619 Purwakarta sudah terasa seperti adegan film drama keluarga. Alih-alih suara tepuk tangan dan peluit keberangkatan, yang terdengar justru isak tangis, pelukan erat, dan tatapan haru penuh doa. Bukan, ini bukan adegan perpisahan di stasiun kereta. Ini kisah nyata: 45 siswa SMA dari Purwakarta, Subang, dan Karawang bersiap ‘naik pangkat’ ke barak militer Rindam Bandung.

Program ini bukan sembarang kemah pramuka. Ini adalah Program Pendidikan Berkarakter Semi Militer ala Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Tak main-main, para peserta adalah remaja-remaja tangguh dengan ‘CV’ kenakalan yang beragam: dari bolos sekolah, hobi begadang, sampai langganan tawuran.

“Senang sih, biar anak jadi lebih baik, disiplin. Tapi sedih juga, tiga minggu bukan waktu yang sebentar,” tutur Caswati, seorang ibu dari Subang, sambil menyeka air mata yang lebih deras dari hujan awal musim.

Satu lagi testimoni bikin dada mencelos datang dari Cicih, ibu asal Purwakarta. “Waktu awal daftar karena emosi, tapi pas anak mau berangkat rasanya sedih juga. Tapi saya berharap sepulang dari sana, dia berubah. Selama ini susah bangun, suka begadang, merokok. Ya, walaupun nakal, tetap anak saya.”

Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein alias Om Zein, menjelaskan bahwa program ini bukan open trip bebas booking. Seleksinya ketat, Bro! “Purwakarta menyumbang 19 siswa, sisanya dari Subang dan Karawang. Banyak yang daftar, tapi harus seleksi ketat. Kami pastikan siswa dan orang tuanya benar-benar siap, baru kita kirim ke Rindam,” ujar Om Zein dengan gaya khasnya yang tenang tapi tegas.

Tapi, seperti kata pepatah, “tak ada sinetron tanpa konflik.” Langkah Dedi Mulyadi ini menuai pro-kontra. Salah satunya datang dari Adhel Setiawan, orang tua siswa asal Kabupaten Bekasi yang mendatangi Bareskrim Polri di Jakarta Selatan, Kamis (5/6/2025).

“Kami memasukkan (aduan) ke Bareskrim mengenai unsur-unsur pidana terkait dengan kebijakan Dedi Mulyadi,” ucap Adhel kepada awak media, sambil menenteng barang bukti seperti detektif yang tak main-main.

Adhel menilai, kebijakan ini melanggar Pasal 76 H UU Perlindungan Anak, yang melarang keterlibatan anak dalam kegiatan militer. “Itu kan jelas-jelas melarang pelibatan anak-anak untuk kegiatan militer,” sebutnya lugas.

Ia juga menganggap bahwa kebijakan Dedi tak punya payung hukum yang jelas. “Jadi Dedi Mulyadi ini kami anggap melaksanakan negara kekuasaan, bukan negara hukum, semau-mau dia aja,” lanjut Adhel dengan nada yang bisa bikin meja rapat bergetar.

Sementara ini, pihak pelapor masih akan kembali ke Bareskrim untuk melengkapi berkas. Kita tunggu saja episode selanjutnya—siapa tahu bakal ada “sidang keliling” atau “remedial undang-undang.”

Yang jelas, antara barak dan barikade hukum, kisah ini menyisakan banyak pelajaran—dan tentu saja, air mata bercampur harapan dari para orang tua yang meyakini bahwa perubahan tak selamanya datang lewat nasehat… kadang lewat sepatu lars dan barak latihan.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tangis dan Harapan Orang Tua Lepas Siswa Asal Purwakarta, Subang, dan Karawang ke Barak Militer.

Jalan Kampung Serasa Tol: Lembur Pakuan Subang Diserbu Wisatawan!

Lembur Pakuan Subang dipadati wisatawan
Foto: Genmilenial.id

SUBANG – Kalau biasanya jalan kampung cukup lengang untuk sekadar gowes atau jalan santai sambil ngobrol sama kambing tetangga, lain cerita dengan jalan masuk ke Lembur Pakuan Subang!

Di akhir pekan dan hari libur, kawasan ini berubah bak terminal wisata dadakan—penuh sesak oleh para pelancong dari berbagai penjuru.

Fenomena ini bukan sulap, bukan sihir. Melainkan buah manis dari kerja keras sang tokoh Sunda yang tak pernah kehabisan jurus ngatur alam: Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi KDM.

Beliau membikin Lembur Pakuan jadi taman nostalgia sekaligus destinasi healing yang ngasih vibe adem plus bonus Instagramable. Jadi jangan heran kalau yang datang bukan cuma warga sekitar, tapi juga pelancong seantero Tatar Sunda.

Minggu, 8 Juni 2025 lalu, jalan masuk ke Lembur Pakuan mendadak mirip arena balap kereta mini. Satlantas Polres Subang dan Dishub Subang langsung turun tangan. Para petugas sibuk mengatur lalu lintas agar kendaraan tak saling sikut di jalan yang sejatinya hanya cukup untuk dua bajaj saling sapa. Mereka tak hanya sibuk di satu titik, tapi juga sampai di spot parkir yang kini ditata ulang untuk menyambut lautan kendaraan.

Dan karena pengunjung terus berdatangan seperti air zam-zam yang tak pernah kering, pihak pengelola pun memberlakukan Car Free Day (CFD) di sebagian jalan kampung. Yup, jalan kampung pun sekarang punya CFD! Semua demi kenyamanan para wisatawan dan keselamatan dedek-dedek yang mau jajan cilok di pinggir jalan.

Unggahan media sosial pun ramai jadi saksi. “Luar biasa, hari Minggu ini Lembur Pakuan diserbu pengunjung dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari Jawa Barat,” ujar akun YouTube @nuansaalamdesa87.

Bukan hanya satu netizen, deretan konten serupa juga berseliweran, menyampaikan kabar padatnya pengunjung yang haus akan suasana alam yang tenang tapi tetap hype.

Namun di balik kemacetan ini, terselip rezeki digital! Para penggiat konten media sosial kini punya ladang baru untuk bikin vlog, reels, dan konten cinematic bertema “macet tapi bahagia”.

Lembur Pakuan kini bukan cuma surga healing, tapi juga jadi panggung bagi kreator konten yang ingin membidik algoritma sambil piknik.

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber dari artikel berjudul “Jalan Kampung tapi Macet! Gerbang Masuk Lembur Pakuan Subang Dipadati Pengunjung dari Berbagai Daerah Subang tourism” yang dapat dibaca selengkapnya melalui tautan berikut: https://subang.pikiran-rakyat.com/subang-raya/pr-659402371/jalan-kampung-tapi-macet-gerbang-masuk-lembur-pakuan-subang-dipadati-pengunjung-dari-berbagai-daerah?page=2

Pujasera Subang: Antara Aroma Sate dan Bayang-Bayang Mall

Pujasera Subang
Foto: tintahijau.com

Subang – Di tengah keramaian Subang yang mulai padat dan digital, ada satu tempat yang masih menawarkan rasa nostalgia, aroma bakso, sate, dan semilir kenangan masa kecil: Pasar Pujasera Subang.

Tempat ini bukan sekadar deretan lapak makanan—ia seperti halaman belakang rumah warga Subang. Tempat cinta pertama bersemi di antara kepulan asap sate, dan tempat dompet tipis tetap bisa merasakan nikmatnya hidup.

Di sana, suara tawa anak-anak bersaing dengan seruan pedagang. Aroma gorengan menggoda iman diet, dan lampu-lampu temaram malam memantul manis di atas meja plastik penuh cerita.

Tapi suasana syahdu itu mendadak berubah getir ketika kabar pembangunan Pesona Mall Subang muncul ke permukaan. Mall raksasa dengan hotel bintang, convention centre, dan lahan parkir luas dikabarkan akan berdiri di atas tanah yang sama.

Pujasera yang mulai menggeliat sejak awal 2000-an ini awalnya adalah rumah besar bagi pedagang kaki lima yang ingin berdagang dengan lebih tertib dan rapi. Letaknya sangat strategis—dekat kantor pemerintahan, sekolah, dan pusat kota. Dalam waktu singkat, ia jadi primadona.

Dari tikar lusuh hingga kios semi permanen, dari gerobak kayu hingga spanduk warung, semua tumbuh bersama Pujasera. Generasi Subang melewati masa remaja mereka di bangku kayu dekat penjual jagung bakar, atau curi-curi pandang sambil beli es campur.

Tak ada kasta di Pujasera. Pejabat duduk satu meja dengan tukang ojek, karyawan bersalaman dengan seniman, dan pelajar nyengir bareng pedagang. Itulah Pujasera, ruang sosial tanpa pembatas dan tanpa kata sandi.

Presiden pun tak tahan pesonanya. Pada Desember 2022, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Pujasera, membagikan bantuan langsung ke para pedagang. Bahkan sempat main lato-lato bareng anak-anak. Momen itu viral, membuat semua netizen berseru: “Lucu bener, Pak!”

Tak hanya Jokowi, musisi Anji juga pernah tiba-tiba muncul dan menggelar “Panggung Dadakan” pada Februari 2020. Di tengah keramaian, lagu-lagu cinta pun melayang, bikin suasana jadi mirip konser mini dengan aroma soto dan kopi hitam.

Namun Pujasera tak selalu wangi harum bakso. Pandemi sempat bikin sunyi. Banyak pedagang gulung tikar. Tapi tahun 2024 hingga pertengahan 2025, Pujasera bangkit seperti sinetron episode baru: penuh harapan.

“Sekarang mah rame terus. Lebih hidup lah ketimbang waktu covid dulu,” kata Dini (34), warga Subang yang masa kecilnya dihiasi jajanan Pujasera. Ia kini membawa anaknya, melanjutkan tradisi yang nyaris hilang.

Ada puluhan pedagang aktif kini. Mayoritas UMKM kuliner tradisional yang tak punya cukup modal untuk menyewa ruko atau nyemplung ke dunia jualan online. Pujasera adalah rumah, sekaligus napas hidup mereka.

“Alhamdulillah, omzet naik lagi sekarang. Tapi kami juga khawatir… soalnya katanya mau dibangun mall,” ucap Pak Yana (51), pedagang veteran yang sudah 15 tahun jualan di situ.

Rencana mall ini dipublikasikan tahun 2024. Dengan luas 78.215 meter persegi, gedung lima lantai, hotel tujuh lantai, dan parkiran luas—konsepnya megah. Tapi pertanyaannya: di mana tempat untuk rakyat kecil?

Pemerintah bahkan sempat membentuk Tim Koordinasi Relokasi Pedagang. Tapi gelombang protes datang seperti musim hujan. Warga merasa tak dilibatkan. Pedagang resah kehilangan lapak. Aktivis budaya cemas kehilangan ruh kota.

Dan puncaknya terjadi pada 13 Juni 2025: SK relokasi dicabut. Tim relokasi dibubarkan. Sekda Subang Asep Nurani menyebut, salah satu alasannya adalah karena mempertimbangkan dinamika sosial dan penolakan publik.

Kini, nasib mall masih menggantung. Belum ada pembangunan fisik. Sementara pedagang tetap berjualan sambil waswas.

“Kalau mau bangun mall ya silakan. Tapi jangan sampai Pujasera hilang. Kenapa nggak digabung aja? Ada zona UMKM-nya, ada ruang rakyatnya,” kata Rino (30), pelanggan setia asal Pagaden.

Banyak pakar tata kota menyuarakan hal serupa. Pembangunan seharusnya inklusif—milik semua kalangan, bukan hanya menara kaca dan merek besar.

Memang, Pujasera hari ini belum sempurna. Masih ada PR soal kebersihan, pencahayaan, dan parkiran. Tapi nilai sosialnya tak ternilai. Ia bukan sekadar pasar, tapi ruang hidup dan tempat kenangan tumbuh.

Karena membangun kota tak cukup hanya dengan beton dan baja, tapi juga dengan empati, kenangan, dan keberpihakan.

Berita telah tayang di portal berita tintahijau.com dengan judul asli “Pujasera Subang, Romantisme Masa Lalu dan Wacana Pembangunan Mall”

Tabrakan Adu Banteng di Lembang, Mahasiswa Subang Tewas Tragis

Kecelakaan motor di Lembang
Foto: ilustrasi

Suarasubang.com – Malam Minggu tak selalu indah bagi semua orang. Di Jalan Raya Lembang, tepatnya di Desa Gudangkahuripan, suara mesin motor mendadak berubah jadi dentuman maut. Dua motor adu kuat, tapi nyawa seorang mahasiswa asal Subang justru melayang.

Kejadian ini berlangsung pada Minggu malam (8/6/2025), pukul 22.45 WIB. Langit Lembang mungkin sedang dingin, tapi suasana berubah panas setelah Honda Beat bernomor D 3367 SAE dan Suzuki Spin T 4618 UJ saling mencium besi dalam kecelakaan mengerikan.

“Korban satu meninggal dunia dan tiga luka ringan,” ujar Kanit Gakkum Satlantas Polres Cimahi, Ipda Yusup Gustiana, saat dikonfirmasi pada Senin (9/6/2025). Pernyataan yang terdengar formal, tapi di baliknya menyimpan kabar duka yang menusuk.

Korban tewas adalah Dabit Akhdan Firjatulloh Santosa, mahasiswa 20 tahun asal Subang. Ia saat itu sedang berboncengan dengan kawannya, Anjril Akbar Waluyo. Mereka melaju dari arah Kota Bandung menuju Lembang, mungkin untuk mencari udara segar, tapi yang didapat justru petaka.

Dari arah berlawanan, muncul Suzuki Spin yang dikemudikan Didi Juhadi, pria 42 tahun warga sekitar, membonceng M Rifki Aulia Rosyid (20). Laju mereka pun tak bisa diselamatkan dari pertemuan tragis itu.

Menurut saksi, motor Honda Beat yang ditunggangi Dabit diduga terlalu mengambil jalur kanan. Bukan jalur cinta, tapi jalur maut. “Sepeda motor Honda Beat terlalu ke kanan sehingga tabrakan tidak bisa dihindari dengan kendaraan dari arah berlawanan yang dikemudikan Didi Juhadi,” jelas Ipda Yusup.

Akibat benturan yang bikin ngeri itu, Dabit mengalami luka berat. Ia sempat dibawa menuju RSUD Lembang, namun takdir berkata lain. Ia dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan. Tiga korban lainnya hanya luka ringan, tapi trauma mungkin lebih dari itu.

“Yang luka ringan langsung dirujuk ke RS Advent Bandung untuk mendapatkan penanganan medis,” tambah Yusup, menutup kronologi yang getir ini.

Berita ini telah dimuat berdasarkan informasi dari sumber: inews.id dengan judul asli “Kecelakaan Maut 2 Motor Bertabrakan di Lembang, Mahasiswa asal Subang Tewas”.

Recent Posts