Beranda blog Halaman 6

Negara Hadir, Santunan Cair: Wabup Subang Pimpin Apel Haru Berbalut Harapan

santunan BPJS Ketenagakerjaan Subang
Rii.co.id

SUBANG — Senin pagi, di halaman Kantor Bupati Subang, udara masih segar, tapi suasana terasa hangat oleh kehadiran Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi. Bukan hanya memimpin apel pagi, beliau juga membawa kabar baik—dan bukan kabar burung. Santunan dari BPJS Ketenagakerjaan resmi diserahkan kepada ahli waris pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang.

Kegiatan ini bukan apel biasa yang cuma bikin pegal berdiri. Kali ini ada makna, ada empati, dan tentu saja, ada bukti bahwa negara tidak hanya hadir saat kampanye. Penyerahan santunan dilakukan secara simbolis oleh Wabup Agus, dengan iringan Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Subang-Purwakarta di sisi beliau. Ya, ini bukan duet penyanyi, tapi duet pengayom.

“Penyerahan santunan ini, sebagai bentuk nyata hadirnya negara, dalam memberikan perlindungan terhadap para pekerja dan keluarganya,” ujar Wabup Agus dengan suara yang mantap—tak sekadar basa-basi birokrasi.

Beliau juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada BPJS Ketenagakerjaan atas gerak cepat dan sinergi manisnya. Katanya, “Kehadiran negara dalam situasi duka, adalah wujud perlindungan yang konkret terhadap para pekerja.” Tidak hanya sekadar pelukan moral, tapi juga perlindungan legal dan finansial.

Tapi tentu saja, Wabup tak sekadar datang untuk bagi-bagi amplop. Ia mengingatkan bahwa pemerintah daerah tak bisa menyulap semua masalah selesai dalam sekejap. Namun, dengan kerja cepat, cerdas, dan ikhlas, kesenjangan antara harapan dan kenyataan bisa makin tipis. “Dengan kerja cepat, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, semoga Subang menjadi daerah yang unggul, maju, dan kompetitif,” tutupnya dengan gaya yang lebih visioner ketimbang motivator seminar.

Korupsi di Desa Sukatani: Air Galon Tak Nampak, Uang Ratusan Juta Menguap

korupsi dana desa Sukatani

Subang, Jawa Barat – Bayangkan Anda mengepel lantai sambil genting rumah bocor. Sia-sia, bukan? Begitulah kiranya potret pemberantasan korupsi di negeri tercinta ini: capek-capek bersih-bersih, tapi yang kotor malah terus bermunculan.

Fenomena ini tak hanya sekadar angin lalu, tapi sudah seperti semak berduri di setiap jengkal tanah birokrasi—dari ujung desa sampai gedung dewan, semua bisa kena sentuh. Dan kini, sorotan tajam diarahkan ke sebuah desa yang mungkin tak terkenal karena air galonnya, tapi justru geger karena air galonnya tak jadi-jadi, padahal dananya sudah puluhan juta.

Desa Sukatani, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, seolah jadi panggung sandiwara anggaran. Dana desa, Banprov, sampai dana pokir (pokok pikiran) diduga lari entah ke mana. Yang jelas, inspektorat dan aparat penegak hukum tampaknya masih menunggu isyarat bintang jatuh.

Sebut saja program penyertaan modal BUMDes untuk produksi air isi ulang. Dana yang digelontorkan mencapai ratusan juta, tapi galonnya? Tak ada yang bisa diisi, kecuali pertanyaan: “Ke mana larinya uang itu?”

Dana Ketahanan Pangan tahun 2024 pun tak luput dari aroma tak sedap. Jalan Usaha Tani senilai Rp111 juta lebih diduga mengalami praktik markup. Katanya dibangun, tapi volumenya dikurangi. Materialnya? Tak sesuai spesifikasi. Upahnya? Katanya dinaikkan, tapi bukan untuk buruh.

Tak hanya soal jalan dan air galon, program stunting yang semestinya menyasar ibu hamil dan balita justru malah tersesat. “Realiasinya tidak jelas,” ujar sumber yang masih enggan disebutkan namanya. Entah nutrisi yang menguap, entah data yang ditiadakan.

Dana Banprov yang rutin diterima Rp130 juta per tahun selama lima tahun, dengan total sekitar Rp650 juta, disebut-sebut digunakan untuk rehab kantor desa dan GOR. Tapi hasilnya? Dinding ngelupas, cat kusam, seperti bangunan habis kehujanan lima tahun tanpa atap.

Masih ada lagi: dana Bandes dari pokir DPRD Subang tahun ini dikucurkan untuk rigid beton dan lapangan futsal. Hasil pantauan? Bangunan baru seumur jagung, sudah retak dan rusak. Rupanya yang dibangun bukan lapang futsal, tapi lapang hati warga yang kecewa.

Ternyata tak hanya dana yang jadi lahan basah. Modusnya pun beragam. Mulai dari pungutan liar, nepotisme, hingga “tol-tol-an anggaran”. Sebelum dana turun, sudah harus setor “fee” kepada para petinggi dan orang dalam. Besarannya pun tak main-main: 10% sampai 30% dari pagu anggaran. “Fee” ini belum termasuk bagian yang harus diserahkan kepala desa kepada kroni-kroninya.

Fee adalah gratifikasi, dan gratifikasi adalah korupsi. Mata rantainya jelas, hanya siapa yang mau memotongnya?

Tak kalah serius, dugaan korupsi juga menyentuh gaji para kepala dusun. Konon, beberapa kadus memakai ijazah orang lain demi lolos rekrutmen. Ijazah atas nama Rahman, dipakai Dasman. Ijazah Rudi, entah kenapa berpindah ke Adih. Belum lagi kadus lain yang ijazahnya seperti puzzle—tak jelas milik siapa. Padahal aturannya jelas: minimal lulusan SLTA.

Kalau begitu, pengangkatan kadus bisa dianggap cacat hukum. Tapi anehnya, SK-nya tetap diteken, Camat juga ikut rekomendasi. “Ada apa sebenarnya?” tanya sumber dengan nada curiga. Ia bahkan menyarankan agar kasus ini dibawa ke PTUN.

Tak cukup sampai situ, duit dari hasil sewa tanah desa seluas belasan bau—yang bisa mendatangkan Rp15–18 juta per tahun—diduga masuk ke kantong pribadi oknum. Tanpa lelang terbuka, tanpa laporan jelas. Aturan menyebut 70% untuk operasional desa dan 30% untuk tunjangan, tapi di lapangan, semuanya malah hilang tanpa sisa, kecuali bau amisnya.

Saat dikonfirmasi, Kades Sukatani, Abdurohman, bungkam. Surat konfirmasi yang dikirim sejak Oktober 2024 tak direspons. Rupanya, lebih mudah mengejar air galon tak kasat mata, daripada menunggu klarifikasi yang tak kunjung tiba.

Yadi Supriadi, Ketua LSM El-Bara Subang, menyayangkan dugaan praktik KKN di Desa Sukatani. “Ini pidana. Aparat tak perlu menunggu laporan, cukup data dan alat bukti,” tegasnya. Ia berjanji membawa perkara ini ke ranah hukum jika bukti sudah terkumpul.

Sementara itu, rakyat kecil hanya bisa mengelus dada, sambil bertanya-tanya: “Kalau semua dana sudah bocor, kita tinggal minum apa? Air galon yang tak pernah jadi?”

Amplop, Rp100 Ribu, dan PIP: Drama Laporan Warga di SMPN 1 Ciasem

dugaan pungutan SMPN 1 Ciasem
Foto: tintahijau.com

Subang — Seolah membuka babak baru dalam sinetron pendidikan, sebuah pesan dari warga mendadak viral usai mampir manis di akun Instagram resmi Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita B.R., S.IP. (@reynaldyputraofficial). Pesannya? Bukan soal endorse produk skincare atau curhatan cinta, melainkan dugaan praktik pungutan di SMP Negeri 1 Ciasem, Subang. Dan netizen? Tentu saja, langsung pasang popcorn.

Si pengirim pesan yang mengaku sebagai alumni sekaligus wali murid ini menumpahkan tiga uneg-uneg utama. Pertama, katanya, setiap pembagian rapor, siswa diberi amplop kosong—bukan untuk surat cinta, tapi sumbangan dari orang tua. Kedua, ada dugaan pungutan sebesar Rp100 ribu saat pendaftaran ke SMA. Dan ketiga, drama bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang katanya dipungut biaya tapi bantuannya malah ngilang kayak mantan.

Keluh kesah ini cukup dramatis. Sang pelapor menyebut bahwa amplop sumbangan saat pembagian rapor sudah jadi ‘tradisi’. Katanya, saat adiknya daftar ke SMA, dimintai Rp100 ribu, tapi katanya sekolah hanya memberi bimbingan input data. Cuma gitu doang, katanya.

Nah, yang bikin netizen makin penasaran: pengalaman pribadinya soal PIP. Ia mengaku jadi penerima bantuan PIP tahun 2022, tapi harus setor Rp25 ribu ke pihak sekolah. Sayangnya, hingga kini, dana bantuan itu masih tak terlihat batang rupiahnya.

Menanggapi kabar ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang langsung turun gunung bareng SMPN 1 Ciasem. Kepala Sekolah, Bedi Sugianto, S.Pd., M.Pd., angkat suara. Menurutnya, amplop saat pembagian rapor bukanlah bentuk pungutan wajib, melainkan bagian dari program infaq sukarela untuk renovasi dan pengecatan masjid sekolah. Katanya, itu inisiatif dari komite dan DKM masjid.

“Untuk masalah amplop tahun ini memang komite dan DKM mesjid punya program renovasi/pemeliharaan mesjid sekolah berupa pemasangan kusen mesjid dan pengecatan… kami menyediakan amplop untuk privasi kepada mereka yang berniat menyumbang tapi keterbatasan dana,” ujar Bedi sambil memastikan bahwa masjid sekolah kini sudah makin kinclong.

Urusan pungutan pendaftaran ke SMA, Bedi menjelaskan bahwa pihak sekolah tidak pernah menarik biaya kolektif. Kalau ada siswa atau orang tua yang kebingungan daftar online, sekolah siap bantu. Tapi soal ‘kasih-kasih ala kadarnya’, itu katanya di luar kebijakan sekolah dan mungkin hanya bentuk spontanitas belaka.

“Adapun orang tua atau siswa yang kesulitan melakukan pendaftaran melalui akun pribadi siswa, sekolah siap memfasilitasi… sebagian besar siswa mendaftar secara pribadi,” jelasnya.

Soal PIP, Bedi tegas bilang: uangnya gak mampir ke sekolah. Dana bantuan itu katanya langsung dikirim oleh pemerintah ke rekening masing-masing siswa atau orang tua. Sekolah cuma kebagian tugas ngasih tahu siapa yang dapat.

“Sekolah hanya menerima data penerima PIP dari pemerintah… dan penyalurannya langsung lewat rekening masing siswa,” katanya, menutup pernyataan dengan santun.

Sekolah pun mengeluarkan pernyataan resmi yang diteken langsung oleh Kepala Sekolah dan Komite, menegaskan komitmen mereka untuk transparan, akuntabel, dan terbuka dengan semua orang tua. Sementara itu, Disdikbud Subang menyatakan akan terus menindaklanjuti laporan masyarakat serta mendorong semua sekolah untuk memperkuat layanan dan transparansi.

Drama ini mungkin belum tamat. Tapi setidaknya, semua pihak kini sepakat satu hal: pendidikan bukan tempat untuk pungutan yang bikin kepala pening. Dan semoga, amplop di masa depan hanya untuk undangan tasyakuran, bukan tagihan tak tertulis.

Digerebek di Parkiran Karaoke, Pria Ini Kedapatan Bawa “Snack” 2,67 Gram Sabu!

Penangkapan pengedar sabu di Subang
Foto: tribratanews.jabar.polri.go.id

Subang – Malam Minggu biasanya penuh dengan tawa, musik karaoke, dan… ya, kadang juga urusan yang tak diundang! Di tengah riuh rendah malam Sabtu (5/7/2025), Satreskoba Polres Subang menggelar “pentas kejutan” di area parkir Milan Karaoke, Jalan Raya MT. Haryono No. 57, Subang. Bukan untuk menyanyi, tapi untuk menangkap seorang pengedar sabu berinisial AG yang diduga hendak bertransaksi barang haram.

Pukul 23.30 WIB, bukan suara fals yang terdengar, melainkan langkah cepat tim Satreskoba yang langsung mengamankan AG. Pria ini rupanya tak cuma datang bawa lagu, tapi juga “cemilan haram” seberat 2,67 gram sabu yang tersembunyi manis dalam tas selempang hitamnya.

Isi tasnya? Bukan power bank atau parfum penghilang bau karaoke, tapi: lima paket sabu dalam plastik klip berlakban hitam, enam paket dalam potongan sedotan hijau, dan satu paket dalam plastik klip bening. Semua dijadikan barang bukti.

Tak ketinggalan, satu unit handphone Vivo Y30i warna hitam lengkap dengan SIM card-nya juga disita. Diduga kuat, alat ini bukan dipakai buat pesan ojek online, melainkan untuk jualan “menu spesial” tadi.

Dalam interogasi kilat, AG buka suara. Katanya, sabu tersebut ia dapat dari seseorang berinisial V, yang sekarang statusnya sudah naik pangkat jadi Daftar Pencarian Orang alias DPO.

“Dari hasil interogasi, tersangka mengaku mendapatkan barang bukti narkotika dari seseorang berinisial V. Identitas V sudah kami kantongi dan sedang dalam proses pengejaran,” ungkap Kasat Narkoba Polres Subang, AKP Udiyanto, sambil memastikan bahwa pengejaran terhadap si V bukan drama seri bersambung, tapi serius dijalankan.

Kini, AG sudah resmi pindah tempat karaoke ke Mapolres Subang, tentu tanpa mic dan minus one. Ia dijerat dengan Pasal 114 ayat (1) jo Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Ancaman hukumannya? Bukan sebatas dilarang tampil, tapi bisa bikin dia menghilang cukup lama dari panggung kehidupan luar.

“Langkah-langkah penyidikan terus kami lakukan, termasuk pemeriksaan saksi, pengujian laboratorium terhadap barang bukti, hingga pengembangan jaringan pelaku,” tambah AKP Udiyanto.

Tak hanya AG, Polres Subang juga menyampaikan pesan tegas kepada para penggiat dunia gelap: “Kami tidak akan memberi ruang bagi para pelaku kejahatan narkotika. Ini adalah bentuk komitmen kami dalam menjaga generasi muda dari bahaya narkoba,” tegasnya.

Kalau karaoke itu seni mengekspresikan suara hati, maka operasi ini adalah cara polisi mengekspresikan cinta pada masa depan bangsa.

Fitri Anak Petani Tembus IPB: Bukti Sawah Tak Pernah Salah!

Subang — Siapa bilang nasib anak petani hanya sampai di pematang sawah? Fitri Oktaviani, siswa SMA Negeri 1 Ciasem, Subang, justru memetik hasil dari benih semangat belajar yang ia tanam sejak lama. Bukan main-main, ia kini resmi menjadi mahasiswa IPB University!

Lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Fitri berhasil lolos dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB University. Bukan cuma berprestasi, pilihan jurusannya pun mencerminkan akar yang membumi—dan mungkin juga berbuah nanti.

“Saya sangat bersyukur dan senang bisa diterima di IPB. Dari dulu sudah tertarik dengan dunia pertanian dan sering melihat langsung kegiatan mahasiswa dan dosen IPB di sini. Itu membuat saya semakin semangat belajar dan ingin ikut berkontribusi di masa depan,” ujar Fitri dengan mata berbinar, Sabtu (5/7/2025).

Ceritanya bukan semata tentang keberuntungan. Menurut Prof Suryo Wiyono, Dekan Fakultas Pertanian IPB University, ada benih-benih inspirasi yang sengaja ditebar IPB di wilayah Subang. Dari Kampung Inovasi IPB Subang, pendampingan biointensif padi, sampai teknologi pertanian presisi berbekal Automatic Weather Station (AWS)—semuanya turut memberi warna dan wawasan baru bagi siswa di daerah.

“Fakultas Pertanian IPB membuka banyak ruang kolaborasi antara dunia pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dari daerah untuk bergabung, membangun pertanian yang maju dan berkelanjutan langsung dari sumbernya,” jelas Prof Suryo.

Program-program itu tidak sekadar datang, bertani lalu pulang. Mereka hadir, mengajak, dan melibatkan siswa secara langsung. Hasilnya? Pertanian tak lagi dipandang sekadar cangkul dan lumpur, tapi sebagai masa depan yang segar, menjanjikan, dan—dalam kasus Fitri—mengantar langkah ke kampus bergengsi.

Haji Mabrur, Hati Baru: Kang Akur Sambut Jamaah Haji KBIHU Sutaatmadja dengan Hangat dan Medali

Haflatul Hujjaj Subang 2025

SUBANG — Udara Subang pagi itu segar, tapi hati para jamaah haji KBIHU Sutaatmadja jelas lebih segar lagi. Bagaimana tidak? Setelah menuntaskan perjalanan spiritual yang penuh keringat, air mata, dan doa-doa tanpa putus di tanah suci, kini mereka disambut penuh peluk hangat, senyum manis, dan… medali! Ya, medali!

Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi — yang lebih dikenal dengan sapaan khasnya, Kang Akur — datang langsung ke Graha Sofia Subang, Sabtu (5/7/2025), menghadiri acara Haflatul Hujjaj 1446 H. Tak sendiri, Kang Akur ditemani oleh Wakil Ketua TP PKK Subang, Ega Agustine Rosyadi. Kalau bahasa anak sekarang: datang couple-an, kompak dan supportif.

Acara yang dihelat oleh KBIHU Sutaatmadja ini bukan sekadar seremonial. Mengusung tema “Membangun Kebersamaan dalam Silaturahmi Menuju Perubahan Hati dan Menjaga Kemabruran”, acara ini seperti reuni spiritual—penuh syukur, peluk erat, dan saling lempar kisah selama di Tanah Haram.

Ketua KBIHU Sutaatmadja, Dedy Tardiyo, pun tak mampu menyembunyikan kebanggaannya. “Saya merasa bangga, atas semangat dan kekompakan para jamaah dalam menjalankan seluruh rangkaian ibadah, dengan tertib dan ikhlas,” ungkap Dedy sambil tersenyum sumringah. Tertib dan ikhlas, kombinasi langka yang biasanya cuma muncul saat antre sembako atau buka puasa gratis.

Kang Akur pun ikut sumringah. Dalam sambutannya, beliau menyatakan, “Atas nama pribadi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, saya mengucapkan selamat datang kepada seluruh jamaah haji Kabupaten Subang. Alhamdulillah, semuanya kembali dalam keadaan sehat, dengan predikat haji mabrur dan mabruroh.” Sambutan hangat yang bikin hati adem kayak AC masjid.

Tapi Kang Akur tidak hanya datang untuk mengucap selamat, beliau juga membawa pesan penting: semangat ibadah yang membuncah di Mekkah jangan ditinggal di koper. “Semangat ibadah yang terbentuk di tanah suci, jangan berhenti sampai di sini. Teruskan menjadi kebiasaan baik, dan tanamkan rasa peduli terhadap sesama di lingkungan sekitar,” ujarnya, penuh harap.

Tak lupa, Kang Akur juga menyoroti program sosial khas Subang: Nyaah ka Indung—program yang peduli pada lansia yang kesepian tanpa keluarga dan belum terjamah bantuan pemerintah. “Pertahankan predikat haji mabrur dan mabruroh, karena perilaku kita akan menjadi cerminan di tengah masyarakat. Haji bukan hanya gelar, tapi tanggung jawab moral,” tandas beliau, seolah mengingatkan kita bahwa ibadah itu bukan hanya soal ritual, tapi juga sosial.

Sebagai penutup penuh simbolik dan makna, Kang Akur mengalungkan medali dan menyerahkan sertifikat kepada seluruh jamaah haji KBIHU Sutaatmadja angkatan ke-9 tahun 2025. Sebuah apresiasi yang tidak hanya berbentuk logam, tapi juga penuh makna: kalian bukan hanya lulus manasik, tapi juga menuntaskan perjalanan spiritual dengan selamat.

Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Kantor Kemenag Subang, para pembina KBIHU, dan tentu saja—seluruh jamaah yang kini sudah kembali dengan hati baru, semangat baru, dan mungkin… koper baru.

Subang Buka Lelang Jabatan Dirut PT SS: Siapa yang Siap Menyetir Kapal BUMD Ini?

seleksi terbuka direksi PT Subang Sejahtera

SUBANG – Ada kabar segar dari Kantor Bupati Subang, dan bukan, ini bukan soal durian runtuh atau bazar murah. Tapi soal kursi panas Direktur Utama PT Subang Sejahtera (PT SS) yang resmi dibuka untuk siapa pun yang merasa cukup tangguh mengemudikan kapal besar milik daerah ini. Pemerintah Kabupaten Subang resmi menggelar seleksi terbuka alias open bidding untuk mencari nakhoda baru.

Langkah ini muncul setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 3 Juli 2025, membubarkan seluruh jajaran direksi dan komisaris PT SS. Ya, semua. Kosong melompong. Tapi jangan panik, ini bukan akhir dari cerita, justru ini babak baru.

Untuk sementara, Nenden Setyawati yang sebelumnya menjabat sebagai Komisaris Utama, kini didapuk jadi Penjabat Sementara Direktur Utama (Pj Dirut) selama masa transisi. Tapi ini bukan kerja seumur jagung—melainkan seumur satu bulan. “Paling lambat minggu depan harus mulai. Karena masa tugas Bu Nenden hanya 30 hari. Kalau masih kurang bisa diperpanjang,” ujar Muhamad Khairil Syahdu Mukhtar, Kepala Bagian Perekonomian Setda Subang, dengan nada serius tapi tetap santai.

RUPSLB kali ini memang cukup dramatis. Sang mantan Dirut, Aziz Muslih, hadir langsung untuk menyaksikan peralihan tongkat estafet. Sementara Bupati Subang Reynaldy Putra Andita tidak hadir karena sedang memimpin rapat penting tentang truk—ya, truk. Kuasa penuh pun dioper ke Sekda Subang Asep Nuroni.

Meski sempat bikin bangga dengan setoran Rp 4,1 miliar PAD di masa pandemi, PT SS ternyata menyimpan kisah yang tak seindah brosur investasi. Masalah mulai mengintip dari balik laporan keuangan. “Jumlah aset banyak, tapi tidak sebanding dengan kemampuan keuangan. Justru menjadi beban,” keluh Khairil. Laporan tahunan ditolak, dan beberapa keputusan internal bikin pemegang saham geleng-geleng kepala. Bahkan Perda Penyertaan Modal akan dikaji ulang. Wah.

Padahal, secara prestasi, PT SS bukan tanpa bumbu manis. Mereka pernah menggandeng enam BUMDes dalam ajang Subang Investment Summit 2024. Ada BUMDes Maju Mandiri, Mutiara Patimban, dan kawan-kawannya yang ikut tanda tangan MoU di Pendopo Abdul Wahyan. Ibaratnya, BUMD ini tahu cara menggoda desa untuk berkolaborasi.

Namun kini, angin perubahan sudah berhembus dari arah barat—atau mungkin dari Smartpolitan dan KEK Patimban. Subang sedang bersiap menuju masa depan yang lebih gemerlap. Dan keberadaan BUMD seperti PT SS akan sangat menentukan. “Kita ingin BUMD bisa dikelola lebih profesional dan lebih berdampak ke masyarakat,” tegas Khairil, penuh harap.

Siapakah yang akan terpilih sebagai juru mudi baru PT SS? Entahlah. Tapi satu yang pasti: Subang butuh sosok dengan kompas yang lurus, radar tajam, dan dompet yang tidak mudah bocor.

RSUD Ciereng & Jamkeswatch Ngopi Bareng Demi Layanan Kesehatan Lebih Waras

RSUD Ciereng dan Jamkeswatch tingkatkan layanan kesehatan

SUBANG — Di tengah sejuknya udara Subang, Kamis pagi (03/07/2025), ada pertemuan yang tak kalah hangat di Ruang Meeting RSUD Ciereng. Bukan arisan ibu-ibu komplek, tapi audiensi antara jajaran manajemen RSUD Ciereng dan Tim Jamkeswatch. Lokasinya di Jalan Brigjen Katamso No. 37, tapi topiknya serius: pelayanan kesehatan yang lebih manusiawi, lebih harmonis, dan tentu saja, lebih nendang!

Pertemuan ini ibarat ngopi bareng dua sahabat lama yang akhirnya ketemu di persimpangan visi: sama-sama ingin memastikan rakyat tak kesusahan saat ingin sehat. Tim Jamkeswatch, yang dikenal rajin nongol diam-diam di berbagai rumah sakit untuk memantau layanan, kali ini tampil terang-terangan di hadapan para direktur dan pejabat RSUD Ciereng.

Duduk manis dalam pertemuan itu ada tokoh-tokoh utama: Direktur RSUD Ciereng dr. Achmad Nasuhi, Wakil Direktur Umum dan Keuangan dr. JAN Rudi ISKANDAR, M.Kes, Wakil Direktur Pelayanan dr. Douven Rini Damayanti, hingga jajaran keuangan dan pendapatan. Lengkap, seperti nasi tumpeng di hari syukuran.

“Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tim Jamkeswatch yang sudah datang ke RSUD,” ujar dr. Achmad dengan nada hangat, seperti tuan rumah yang kedatangan tamu jauh. Ia juga menambahkan, “Kami justru apresiasi cara kerja tim Jamkeswatch ketika mendampingi pasien di sini, karena mereka akan tuntaskan segala hal administrasi persyaratan ketika pasien terkendala.”

Pak Dir, sapaan akrabnya, bahkan sudah siap membuka jalur komunikasi khusus lewat grup WhatsApp. Katanya, “Nanti ulang tahun RSUD Ciereng insyaAllah kami akan undang tim Jamkeswatch karena hubungan harmonis harus tetap terjaga.” Wah, siap-siap dapet undangan dan mungkin tumpeng juga nih, Jamkeswatch!

Sementara itu, dari kubu Jamkeswatch, Direktur Eksekutif DPN KSPI, Daryus, tak kalah semangat. Ia menyampaikan, “Terima kasih semua jajaran manajemen RSUD Ciereng sudah menerima kami dari Jamkeswatch.” Daryus menjelaskan bahwa timnya tersebar di berbagai daerah seperti Jateng, Jatim, Batam, dan lainnya. Mereka hadir untuk memastikan regulasi yang seabrek itu tak jadi labirin yang membingungkan masyarakat.

Menurutnya, “Banyaknya kebijakan justru akan menjadikan masyarakat kebingungan ketika mau melakukan pengobatan ke Rumah Sakit.” Belum lagi, persoalan klasik seperti KTP yang tidak sinkron dengan BPJS, NIK yang mendadak tidak valid, atau pasien yang tidak punya jaminan kesehatan sama sekali. Nah, itulah ladang kerja Jamkeswatch yang tak pernah sepi kejutan.

Audiensi ini bukan sekadar basa-basi atau temu kangen tanpa arah. Justru inilah momen penting untuk meng-upgrade sistem pelayanan di RSUD Ciereng agar makin prima. Kalau layanan makin sip, pasien pun bisa pulang dengan senyum, bukan stres karena birokrasi yang muter-muter kayak ular tangga.

Kang Rey Hadir di Milangkala Cikadu: Budaya, Tumpeng, dan Semangat yang Tak Luntur

Milangkala Desa Cikadu ke-46
Foto: subang.pikiran-rakyat.com

Subang – Ada yang beda di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, akhir pekan kemarin. Suasana desa yang biasanya tenang berubah menjadi meriah luar biasa. Tak lain karena perayaan Milangkala ke-46 Desa Cikadu yang penuh warna dan rasa—dan eh, ada aroma tumpeng yang menggoda juga!

Di tengah semarak itu, hadir sosok yang sudah tak asing lagi: Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita B.R., atau yang akrab disapa Kang Rey. Dengan senyum khasnya, beliau menyampaikan apresiasi tinggi kepada warga Cikadu atas semangat luar biasa dalam membangun desa yang tak hanya maju, tapi juga sarat nilai budaya.

“Kang Rey datang bukan cuma buat duduk manis,” begitu kira-kira celetukan warga. Dan benar saja, beliau ikut nimbrung menyapa warga, menyantap hidangan khas desa (yang katanya pedasnya ngangenin), dan menyaksikan pawai alegoris yang jadi primadona acara. Tak sendiri, Kang Rey didampingi oleh Kepala DPMD H. Heri Sopandi, Kabag Tapem, dan Camat Cijambe. Serius tapi santai, formal tapi tetap membumi.

Kemeriahan Milangkala ke-46 tak main-main. Dari upacara sakral hingga pertunjukan seni, semua digelar penuh semangat gotong royong. Ada juga lomba dongdang dan lomba tumpeng yang bikin warga adu kreatif dan adu rasa. Lengkap sudah: budaya dilestarikan, perut dimanjakan.

Milangkala ini bukan sekadar ulang tahun. Di usia 46 tahun, Desa Cikadu tak hanya menengok ke belakang, tapi juga memandang ke depan: menjadi desa yang mandiri, berdaya saing, dan tetap mencintai akar budaya sendiri.

Kalau kata pepatah, “Jangan lupakan akar meski tumbuh tinggi.” Dan Cikadu membuktikan, mereka bukan hanya ingat akar, tapi juga rajin menyiramnya dengan semangat kebersamaan.

VESCO 2025: Parade Mahasiswa Jago Ngomong Inggris dari Subang yang Bikin Kagum!

VESCO 2025 Universitas Subang

Subang — Kalau biasanya hari Sabtu identik dengan rebahan, lain cerita dengan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Subang. Pada Sabtu, 28 Juni 2025 kemarin, mereka justru tampil bak pembicara internasional dalam ajang keren bernama Virtual English Education Students Conference alias VESCO 2025. Bukan di aula, tapi di Zoom Meeting — karena ya, zaman sudah digital, bukan?

VESCO bukan cuma ajang pamer lidah Inggris-Enggrisan, tapi juga wujud nyata dari kurikulum kekinian bernama Outcome-Based Education (OBE). Bayangkan, mata kuliah Speaking for Academic Purposes II bukan lagi sekadar hafalan teori dan tugas PPT, tapi langsung disulap jadi konferensi ilmiah! Mahasiswa dituntut bukan cuma bisa ngomong, tapi ngomongin yang ilmiah — dalam Bahasa Inggris pula!

Dekan FKIP Universitas Subang, Nita Delima, pun menyambut hangat acara ini. Dengan senyum bangga, ia mengatakan, “VESCO adalah bentuk nyata dari pembelajaran berbasis luaran. Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tapi juga mempraktikkan kemampuan akademik mereka dalam forum ilmiah.” Wah, sudah kayak konferensi dosen-dosen internasional, nih!

Dan jangan kira pesertanya cuma dari satu kampus. VESCO 2025 diikuti oleh 80 peserta! Mahasiswa semester empat Universitas Subang tampil bareng pemakalah dari Universitas Al Masoem dan para guru Bahasa Inggris se-Kabupaten Subang. Bisa dibayangkan, Zoom Meeting hari itu ramai dengan suara beraksen lokal sampai internasional!

Sebagai bintang tamu, hadir Dr. Kiky Soraya, S.Pd., M.Pd., dosen Sastra Inggris dari Universitas Bina Nusantara (Binus). Beliau membawakan materi yang bikin dahi mengernyit tapi hati tercerahkan: pentingnya komunikasi akademik dalam Bahasa Inggris di era global. Intinya, kalau mau sukses di dunia internasional, lidah harus luwes dan isi kepala harus padat!

Dalam sesi paralel, mahasiswa tampil layaknya ilmuwan muda: presentasi, argumentasi, dan debat — semua dalam Bahasa Inggris. Selain mengasah kemampuan berbicara, ajang ini jelas jadi pelatihan kepercayaan diri tanpa harus naik panggung beneran. Cukup di depan kamera, asal sinyal lancar!

VESCO kini jadi acara tahunan yang bukan hanya ditunggu-tunggu, tapi juga jadi simbol bahwa FKIP Universitas Subang memang serius mencetak lulusan yang fluent secara akademik, dan pede secara global.

Recent Posts