Beranda blog Halaman 4

Jelajah Antikorupsi KPK 2025: Dari Desa ke Desa, Bawa Misi Suci dan Kendaraan Mini

Roadshow KPK 2025

SUBANG – Kabar baik datang dari KPK, bukan dalam bentuk OTT, tapi misi edukasi! Roadshow KPK 2025 bertajuk Jelajah Negeri Bangun Antikorupsi kembali digelar—dan kali ini, gayanya beda. Bayangkan KPK bukan lagi berkonvoi pakai bus gede bak tur keliling boyband, tapi tampil sederhana dan lincah dengan kendaraan kecil. Yup, lebih ramping, tapi misinya tetap serius!

Roadshow yang dimulai sejak Juni dan bakal berakhir Juli 2025 ini menyasar delapan titik di Jawa Barat. Salah satu yang sudah masuk dalam daftar lokasi penting: Kabupaten Subang. Catat tanggalnya: 19–20 Juli 2025. Tapi awas, jangan kaget kalau kendaraan KPK nongol tiba-tiba di gang sempit kampung. Bukan tersesat, tapi memang sedang menyapa warga akar rumput.

“Dengan bus kecil ini, kita yang mendatangi masyarakat. Jangan heran kalau nanti kendaraan KPK terlihat di desa-desa, karena memang kita ingin menyapa langsung warga di akar rumput,” ujar Wawan Wardiana, Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, saat pelepasan roadshow di Gedung Lama KPK, Jakarta, Kamis (26/6/2025).

Bukan cuma datang-datang lalu say hello, roadshow ini juga penuh aksi edukatif. Mulai dari diskusi publik yang (semoga) nggak bikin ngantuk, kelas integritas yang bikin hati adem, sampai kampanye kreatif antikorupsi yang siap bikin warga tercengang dan tersadar—semua dilaksanakan di ruang terbuka yang bisa diakses siapa pun.

Salah satu momen yang bakal jadi sorotan adalah saat kendaraan KPK mejeng di tengah-tengah Car Free Day Jl. Wangsa Gofarana, Subang. Nggak hanya mejeng, tapi juga akan menjelma jadi pusat edukasi antikorupsi. Jadi, yang biasanya CFD buat jogging atau cari jajanan, sekarang bisa sambil belajar jujur dan bersih.

Di balik layar, Pemkab Subang lewat Inspektorat Daerah (Irda) tak kalah sibuk. Rapat demi rapat digelar demi menyusun acara yang tidak sekadar formalitas, tapi juga kena di hati warga. Beberapa lokasi disiapkan, dari kompleks Pemkab Subang, Alun-Alun, hingga kampus lokal. Tapi semua masih bisa berubah, karena fleksibilitas adalah kunci!

“Persiapan terus kami matangkan agar kegiatan ini berjalan lancar dan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat Subang, khususnya dalam membangun budaya antikorupsi,” ujar Sekretaris Irda Subang, Herdi.

Setelah Subang, tim KPK nggak langsung ngaso. Mereka lanjut menyusuri jalanan ke Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kuningan, dan puncaknya di Majalengka pada 30 Juli 2025. Misi masih sama: menyebarkan semangat antikorupsi dari desa ke kota, dari generasi ke generasi.

Kloter Terakhir Mendarat, Subang Berpesta! “Berangkat Utuh, Pulang Pun Utuh”

Kepulangan Jemaah Haji Subang

SUBANG – Warga Subang tampaknya boleh sedikit ‘pecah kongsi’ sebentar dari rutinitas harian. Pasalnya, Kamis (10/7/2025) menjadi hari istimewa: seluruh jemaah haji Kabupaten Subang resmi kembali ke tanah air. Penutupnya? Rombongan Kloter 26 KJT yang terdiri dari 301 jemaah mendarat manis, lengkap tanpa kurang satu pun.

Penyambutan berlangsung hangat dan meriah di RM Taman Selera, Indramayu. Wakil Bupati Subang, H. Agus Masykur Rosyadi alias Kang Akur, hadir langsung menyambut kepulangan para tamu Allah ini. Senyumnya tak tanggung-tanggung, seolah ikut terbakar semangat haji yang baru saja turun dari langit Arab.

Tak ketinggalan, Kepala Kemenag Kabupaten Subang, Badruzaman, turut menyampaikan laporan beraroma syukur. “Alhamdulillah, berangkat utuh, pulang pun utuh,” ujarnya. Sebuah kalimat singkat yang mampu membuat hati siapa pun terasa adem kayak es kelapa muda di siang bolong.

Total 1.185 jemaah haji asal Subang kini sudah kembali ke pangkuan tanah air. Lengkap, sehat, dan tentu saja, penuh cerita ibadah selama 40 hari yang tak bisa disangkal: bikin iri yang belum berangkat.

Kang Akur pun memberikan sambutan yang tak kalah hangat. “Selamat datang kembali di tanah air, di Kabupaten Subang tercinta. Mudah-mudahan semua jamaah selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus membawa semangat haji yang mabrur dan mabruroh,” ucapnya dengan penuh semangat.

Tapi tunggu dulu, haji mabrur itu bukan cuma stempel spiritual. Menurut Kang Akur, itu juga amanah moral. Jadi jangan cuma dibanggakan, tapi juga dibagikan! “Mari terus berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khairat,” ajaknya, sembari berharap para jemaah jadi duta-duta kebaikan di lingkungannya masing-masing.

Apresiasi pun diberikan kepada seluruh panitia, petugas haji, hingga jajaran Kemenag. Mereka dianggap pahlawan di balik layar yang memastikan semua berjalan lancar, dari keberangkatan hingga mendarat dengan gaya.

Turut meramaikan momen haru dan bahagia ini: Asisten Daerah I Setda Subang, Kabag Kesra, Forum KBIHU Subang, serta petugas dan keluarga dari Kloter 26 KJT.

Dengan kepulangan ini, berarti lembaran ibadah haji tahun 2025 bagi warga Subang telah resmi ditutup. Tapi semangatnya? Masih membara. Karena haji bukan sekadar perjalanan, tapi bekal untuk terus menebar kebaikan sepulangnya.

Smartpolitan Subang: Kawasan Canggih, Harapan Tenaga Kerja Lokal Melambung

Kawasan Industri Smartpolitan Subang

SUBANG – Ada angin segar berembus dari Desa Sawangan, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Bukan sekadar semilir, tapi beraroma investasi dan peluang kerja! Ya, kawasan industri Surya Cipta Smartpolitan yang sedang dibangun itu bak magnet raksasa yang siap menyedot tenaga kerja lokal—asal jangan cuma angin doang ya.

Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, dalam kunjungannya pada Jumat kemarin, menyampaikan harapannya yang menggebu namun tetap membumi. “Ini kan sedang dibangun kawasan industri Smartpolitan seluas 2.717 hektare. Di dalamnya juga ada 481,93 hektare kawasan ekonomi khusus (KEK) Industri Teknologi Terpadu Subang. Tentu akan menciptakan banyak lapangan kerja,” ujarnya.

Lapangan kerja, katanya, harus diisi dulu oleh warga lokal. Istilahnya, jangan sampai ayam mati di lumbung padi—masa warga Subang cuma jadi penonton di tanah sendiri? Tapi kalau memang belum cukup, boleh lah ditambah dari daerah lain di Jawa Barat. Intinya: yang penting terserap, bukan terserempet.

Namun, seperti cinta yang belum terbalas, pekerjaan itu belum benar-benar terasa. “Sekarang ini kawasan industrinya masih proses pembangunan. Nanti kalau pembangunan kawasan ini rampung, tentu akan membutuhkan banyak tenaga kerja,” kata Saleh. Nah, sabar dulu ya, warga Subang—rejeki besar sedang dibangun pakai bata demi bata.

Menyoal industri yang bakal berdiri, Saleh menyebut nama BYD, raksasa otomotif yang katanya bakal punya “massa”. Tenang, ini bukan demo—maksudnya, BYD bakal menarik minat banyak perusahaan pendukung untuk ikut nimbrung. Jadi jangan kaget kalau nanti kawasan itu ramai bukan main.

“Dengan luas lahan kawasan industri 2.717 hektare itu akan banyak industri atau investor yang menanamkan investasinya,” lanjutnya. Mulai dari tenaga ahli, operator lapangan, sampai petugas kebersihan—semua punya peluang untuk ikut andil. Dari tukang solder hingga tukang sapu, semua penting!

Tak tinggal diam, pihak pengelola juga sudah pasang kuda-kuda. Direktur Hubungan Pemerintahan PT Suryacipta Swadaya, Grace Octalian, menyampaikan bahwa koordinasi dengan pemerintah daerah sudah on track. “Kami sudah kerja sama ke pemerintah daerah yang dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan. Kami juga lakukan roadshow ke SMK-SMK yang ada di Subang terkait dengan perkembangan industrialisasi di Subang,” katanya. Wah, SMK pun sudah diajak kongko—biar anak-anak muda siap tempur di medan industri!

Dalam kunjungan tersebut, Saleh tak sendiri. Ia didampingi Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dan beberapa anggota lainnya. Mereka bukan cuma datang buat foto-foto, tapi juga meninjau langsung ke lapangan. Tentu bukan sekadar jalan-jalan, tapi menyerap aspirasi sambil memantau progres pembangunan.

Kalau kawasan ini rampung, Subang bukan cuma punya nanas dan pantura—tapi juga punya masa depan industri yang menggelegar!

Subang Bahas Duit dan Jalan: Kang Asep Tampil Kalem tapi Nendang di Rapat Paripurna!

Rapat Paripurna DPRD Subang 2025

SUBANG – Hari Rabu ceria, Ruang Rapat Paripurna DPRD Subang mendadak jadi panggung diskusi super serius, tapi tetap santai ala Sunda. Sekretaris Daerah Kabupaten Subang, H. Asep Nuroni, S.Sos., M.Si.—atau yang lebih dikenal dengan sapaan akrab “Kang Asep”—hadir lengkap dengan senyum ramah dan pidato penuh makna.

Dipimpin langsung oleh Ketua DPRD, Victor Wirabuana Abdurachman, rapat paripurna kali ini membahas Penyampaian Tanggapan Bupati atas Pandangan Umum Fraksi-Fraksi terhadap Perubahan KUA-PPAS Tahun 2025. Meski judulnya terdengar bak soal ujian CPNS, percayalah, isinya krusial banget buat masa depan Subang.

Kang Asep pun langsung tancap gas. Dengan gaya yang tenang tapi menggugah, beliau mengucapkan terima kasih yang tak setengah-setengah kepada para anggota DPRD. Katanya, “Terima kasih yang setinggi-tingginya atas saran, tanggapan, dan koreksi…” Wah, Kang Asep ini tahu banget caranya menghormati mitra kerja, ya!

Soal Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kang Asep tak pakai basa-basi. Beliau menyatakan hal ini bakal jadi perhatian serius Pemerintah Daerah. Intinya, Subang mau move on—lebih mandiri, lebih cuan, tapi tetap santun.

Namun, jujur saja, Kang Asep nggak menutupi kenyataan. Ia bilang, Subang masih belum bisa lepas dari bantuan dana Pemerintah Pusat dan Provinsi. Katanya, “alokasi anggaran dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi masih menjadi sumber pendanaan yang sangat dominan.” Ya nggak apa-apa, namanya juga masih berproses jadi daerah mandiri. Semangat!

Walau dananya masih tergantung, Kang Asep menegaskan semuanya tetap harus sesuai juknis dan juklak. Nggak ada ruang buat asal-asalan. Kata beliau, semua pelaksanaan anggaran harus patuh aturan. Kalau kata anak sekarang: mainnya harus clean, no cheat!

Nah, bagian paling menarik datang saat Kang Asep membahas efisiensi. Katanya, perubahan KUA-PPAS ini tujuannya mulia: memperbaiki jalan dan jembatan. Jadi, kalau nanti warga Subang bisa ngebut tanpa guncangan di jalan raya, ingat, itu hasil rapat yang satu ini.

Kang Asep juga menekankan bahwa semua anggaran akan dikelola dengan efektif dan efisien. Bukan cuma demi pembangunan, tapi juga buat pelayanan publik yang makin mantap. Gaya pengelolaan yang hemat tapi mantap ini jadi semacam “diet anggaran” yang tetap bergizi.

Acara ini pun dihadiri tokoh-tokoh penting. Mulai dari unsur Forkopimda, Asisten Daerah, Kepala OPD, para Camat, hingga tamu undangan lainnya. Wah, lengkap bener! Tinggal kurang kopi dan gorengan aja buat makin akrab.

Jagung Serentak, Semangat Kompak! Polres Subang Ikut Tancap Gas Wujudkan Swasembada Pangan 2025

Penanaman jagung serentak Polres Subang

SUBANG – Jagung, oh jagung! Si kuning yang bukan sekadar camilan rebusan hangat, kini jadi bintang utama di panggung ketahanan pangan nasional. Polres Subang pun tak mau ketinggalan pawai tanam jagung serentak yang digelar secara nasional pada Rabu (9/7/2025). Aksi tanam-tanaman ini bukan sekadar formalitas, melainkan langkah taktis demi mimpi besar: Swasembada Pangan 2025.

Tak main-main, lokasi tanamnya dipilih langsung di Kampung Sukamahi, Desa Wanakerta, Kecamatan Purwadadi. Dipimpin oleh Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu, sang jenderal lapangan yang ternyata tak hanya piawai urus keamanan, tapi juga urusan pertanian! Ia didampingi oleh Wakapolres Kompol Endar Supriatna, serta para tokoh Forkopimda, gapoktan, camat, kepala desa, hingga penyuluh pertanian. Lengkap! Tinggal bawa tumpeng, bisa sekalian syukuran.

Zoom Meeting pun jadi ladang virtual tempat ribuan tangan menggenggam cangkul serentak dari Sabang sampai Merauke. Bahkan dari pusat Mabes Polri, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ikut menyapa, memberi semangat, dan membagikan kabar menggembirakan soal kolaborasi antara Polri, kementerian, dan masyarakat.

“Polri sudah bekerja sama dengan Kementerian Perhutanan dan masyarakat untuk membuka lebih dari 400 ribu hektar lahan. Target panennya? 1 juta hektar, Sob!” ujar Kapolri dengan penuh keyakinan.

Dan bukan cuma tanam-menanam lho, Polri juga ikut urun tenaga dalam bentuk alat penyubur tanah, alat ukur jagung (ya, jagung juga bisa diukur), hingga pembangunan 18 gudang panen di 12 provinsi. Jadi, hasil panen jagung nanti nggak cuma jadi pemandangan manis di ladang, tapi juga siap jadi amunisi dapur Indonesia.

Tak hanya Kapolri yang tampil di layar, Menteri Perhutanan, Menteri Pertanian, dan perwakilan Komisi IV DPR RI juga ikut bersuara. Intinya? Kolaborasi adalah kunci. Semua pihak sepakat bahwa swasembada pangan bukan hanya tanggung jawab satu instansi, melainkan gotong royong berjamaah yang harus dilakukan dari hulu ke hilir.

Sebagai penutup, bibit jagung pun diserahkan secara simbolis kepada para petani di Kecamatan Purwadadi. Bukan sekadar seremonial, ini adalah simbol bahwa masa depan pangan Indonesia sedang ditanam, bukan ditunggu.

Dengan semangat tanam dan sinergi yang menggema dari desa sampai ibu kota, mari kita doakan agar jagung-jagung yang ditanam hari ini tumbuh subur, manis, dan jadi penyambung hidup bangsa—tanpa harus menengok ke negeri seberang.

Air Mengalir, Syukur Menggelegar: Warga Sukamaju Gelar Tasyakuran Bareng Perumda Tirta Rangga

Perumda Tirta Rangga Subang sukses pulihkan distribusi air

Subang – Sukamaju akhirnya bisa tidur nyenyak—dan mandi dengan damai! Setelah sekian lama bergelut dengan air yang lebih sering “ngambek” daripada mengalir, warga Dusun Sukamaju, Desa Sindangsari, Kecamatan Kasomalang, Subang, kini bisa bernapas lega.

Pada Rabu (9/7/2025), warga menggelar syukuran manis sebagai bentuk terima kasih kepada Perumda Tirta Rangga Subang (TRS). Alasannya? Air bersih sudah kembali berjodoh dengan keran rumah mereka, mengalir tanpa drama.

Acara berlangsung sederhana namun hangat, dihadiri para tokoh masyarakat, pengurus RT/RW, perwakilan pelanggan, dan tentu saja para punggawa dari Perumda TRS. Di antara yang hadir ada Direktur Utama Lukman Nurhakim, Direktur Umum Ujang, Dewan Pengawas Suryana, serta para manajer cabang Jalancagak dan Cisalak.

Ceritanya, warga sempat dibuat resah karena air bersih tak kunjung lancar. Bayangkan, kebutuhan hidup sehari-hari seperti mandi, mencuci, hingga menyeduh kopi jadi urusan penuh tantangan.

Tapi, drama itu tak berlangsung lama. Begitu laporan warga masuk, TRS langsung sigap beraksi. Mereka menggelar operasi senyap—tapi bukan ala detektif. Mereka memperbaiki jaringan pipa, menyesuaikan teknis, dan mengatur debit air. Pelan tapi pasti, air mulai mengalir lancar seperti lagu dangdut yang tak pernah redup.

Kami berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan terbaik, dan masukan dari masyarakat menjadi semangat kami untuk terus melakukan perbaikan,” ujar Direktur Utama TRS, Lukman Nurhakim, dengan penuh semangat.

Tasyakuran ini menjadi lebih dari sekadar makan-makan. Ia adalah simbol persahabatan antara masyarakat dan Perumda. Seperti sahabat sejati, satu pihak mendengar, yang lain bergerak.

Tokoh masyarakat, H. Aep, menyuarakan isi hati warga, “Terima kasih kepada Perumda Tirta Rangga Subang yang telah menyelesaikan masalah, sangat memprihatinkan, sangat ironis sekali tapi sekarang Alhamdulillah sudah standby kapanpun kita perlu bisa mengalir dengan normal.

Tak hanya warga yang senang, manajemen TRS pun merasa energi positif dari acara ini. “Tasyakuran ini sebagai bentuk berterimakasih warga kepada manajemen Perumda Tirta Rangga yang sudah bekerja keras memulihkan layanan air bersih sehingga mengalir 24 jam. Setelah sebelumnya hanya mengalir sekitar 8 jam,” lanjut Lukman Nurhakim. Ia pun menegaskan pentingnya semangat pelayanan publik yang harus siaga 24 jam.

Dengan guyubnya warga dan respons cepat TRS, acara syukuran ini menjadi gambaran ideal tentang bagaimana sinergi antara masyarakat dan layanan publik seharusnya terjalin. Semoga air terus mengalir, dan hubungan baik ini terus mengalir pula—tanpa sumbatan.

Waspada di Balik Pelukan: 3.800 Kasus HIV di Subang, Komunitas LSL Masuk Zona Risiko Tinggi

HIV di Subang

SUBANG — Jangan salah sangka dulu. Ini bukan cerita sinetron atau kisah cinta terlarang. Tapi kisah nyata dari Subang, yang diwarnai data mengejutkan. Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr Maxi, melaporkan bahwa dari sekitar 6.000 anggota komunitas LSL—alias laki-laki suka laki-laki—sebanyak 94 orang dinyatakan positif HIV. Angka ini hanyalah pucuk dari gunung es karena total kasus HIV di Subang sudah menyentuh angka 3.800 hingga pertengahan 2025. Waduh, bukan angka yang bisa diajak bercanda di warung kopi!

Yang bikin hati miris, mayoritas dari 94 kasus positif ini masih muda belia, belum genap kepala tiga. Mereka kini tengah menjalani terapi ARV—bukan ARV as in Ayo Ramean Vaksin, tapi antiretroviral, senjata utama lawan HIV.

Nah, siapa sajakah pemain utama dalam daftar berisiko tinggi ini? Menurut dr Maxi, mereka adalah para pekerja seks komersial, komunitas LSL, transgender, dan pengguna jarum suntik. Ibarat segitiga Bermuda, empat kelompok ini jadi wilayah rawan untuk penularan HIV.

“Kelompok paling banyak terpapar adalah pekerja seks komersial, disusul komunitas LSL, transgender, dan pengguna narkoba suntik,” jelas dr Maxi dengan nada serius tapi tetap hangat seperti dokter keluarga di sinetron Ramadan.

Dari komunitas LSL yang tercatat 6.000 orang, sebanyak 1.098 di antaranya sudah masuk dalam data resmi Dinas Kesehatan. Ini bukan berarti sisanya aman, tapi bisa jadi mereka belum terjangkau program skrining atau belum “nongol” ke permukaan.

Untungnya, layanan pengobatan di Subang sudah tidak hanya ngendon di RSUD. Puskesmas-puskesmas kini sudah naik kelas! Di Pamanukan, contohnya, ada 500 pasien HIV yang menjalani terapi ARV. Di Jalancagak, jumlah pasiennya 98. Puskesmas zaman sekarang bukan cuma tempat timbang bayi, tapi juga garda depan perlawanan HIV!

Eh, jangan buru-buru panik kalau habis salaman, berenang bareng, atau antre toilet sama pasien HIV. dr Maxi menegaskan: penularan HIV tidak terjadi lewat kontak sosial biasa. Virus ini bukan hantu yang nempel lewat tatapan mata atau kursi yang sama. Jalurnya hanya tiga: hubungan seksual berisiko, dari ibu ke anak, dan berbagi jarum suntik. Kalau lewat nyindir di story WA, sih, itu penularan toxic, bukan HIV!

Sebagai jurus pamungkas, dr Maxi mengusulkan pendekatan ABCDE. Bukan cuma buat nilai rapor, tapi juga gaya hidup sehat bebas HIV:

  • A: Abstinence – tahan diri, jangan ‘main-main’ sebelum nikah
  • B: Be faithful – setia, jangan punya cabang
  • C: Condom – ya, kalau A dan B bolong
  • D: Don’t use drugs – jauhi narkoba, jangan coba-coba
  • E: Education – pahami risikonya, jangan anggap enteng

“Dengan edukasi yang benar, masyarakat diharapkan mampu membentengi diri dan keluarganya dari paparan HIV/AIDS,” tutup dr Maxi, seperti dokter yang bukan hanya menyembuhkan, tapi juga menjaga dari jauh.

Kalau hidup adalah perjalanan, maka jangan sampai salah naik kendaraan. Lebih baik kita tahu jalurnya sekarang, daripada tersesat dan menyesal belakangan.

Lima Jurus Sakti Dinkes Subang: Dari Puskesmas Adem Sampai Rumah Singgah Ber-AC!

Program Prioritas Dinas Kesehatan Subang

SUBANG – Bayangkan datang ke puskesmas dan disambut taman yang asri, ruang tunggu adem karena AC, ada WiFi gratis, dan—ini penting—semua toilet sudah duduk, bukan jongkok lagi. Kedengarannya seperti liburan tipis-tipis, ya? Tapi inilah gebrakan segar dari Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, yang membetot perhatian warga dengan lima program andalannya. Semua demi menyukseskan program “Ngabret”-nya Bupati dan “Jabar Istimewa”-nya Gubernur Jawa Barat.

Kepala Dinkes Subang, dr. Maxi, dengan semangat seperti pembawa acara kuis di televisi, menjelaskan bahwa puskesmas kini harus jadi tempat paling nyaman untuk urusan kesehatan.
“Untuk poin pertama, kita punya tiga program, yaitu perbaikan tampilan fisik puskesmas, sekarang sedang berjalan, ruang tunggu, ruang pelayanan harus representatif dan ber-AC, plus internet gratis, kemudian semua toilet dengan toilet duduk, dan harus bersih, selanjutnya tamannya harus asri,” ucapnya sambil membayangkan taman puskesmas seperti di film drama Korea.

Masuk ke poin kedua, dr. Maxi menolak keras adanya warga yang terabaikan. Ia ingin semua orang, dari ujung rambut sampai ujung Puskesmas, bisa merasakan layanan yang maksimal.

“Yang poin kedua, kita harus melengkapi alat-alat modern, standar puskesmas, apa saja?, yaitu USG, EKG, termasuk alat pengecek darah, dan berbagai peralatan modern lainnya, hingga terpenuhi 51 unit peralatan kesehatan, di seluruh Puskesmas, dan melengkapi kualitas sumber daya manusia, ada 30 orang dokter yang kita sekolahkan, kemudian sikap melayani yang sopan, ramah dan responsif,” bebernya.

Belum cukup sampai situ, Dinkes juga ingin menyambut warga Subang yang perlu dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dengan cara yang elegan—yakni rumah singgah! Bukan rumah singgah biasa, tapi dengan anggaran Rp5 miliar yang sudah nangkring di APBD 2025.
“Untuk pengadaan rumah singgah di Bandung, prosesnya sedang berjalan, anggarannya sebesar Rp 5 miliar, sudah muncul di APBD Kabupaten Subang tahun 2025 ini,” terang Maxi.

Lanjut ke pembangunan rumah sakit di wilayah Pantura. Targetnya? Sudah berdiri megah sebelum tahun 2028. Lagi-lagi, ini bukan mimpi di siang bolong, melainkan rencana serius yang kini sudah masuk tahap konsultasi.
“Kita sedang berproses berkonsultasi dengan konsultannya, tadinya rencana Pak Bupati, yang menargetkan 2028 itu sudah kita bangun,” ungkapnya penuh optimisme.

Dan terakhir, ini dia bagian paling mengharukan—program Nyaah Ka Indung. Bayangkan seorang kepala dinas bukan hanya mengurusi laporan dan rapat, tapi juga mengurus lansia secara pribadi.
“Untuk program ini, kita Dinkes memiliki lima lansia yang menjadi kewajiban Dinkes dalam program nyaah ka indung. Sementara saya sendiri, secara pribadi mungkin lebih dari 10 lansia yang saya urus. Ada yang di Pagaden, Tambakdahan, bahkan hampir seluruh Subang kita urus,” tutup Kadinkes, dengan nada yang terdengar seperti pelukan hangat di tengah hujan.

Kalau semua berjalan sesuai rencana, warga Subang bukan cuma sehat, tapi juga bahagia—dan mungkin betah nongkrong di puskesmas!

#LaporKangRey: Bupati Subang Buka Jalur Curhat Warga via Medsos!

Lapor Kang Rey

SUBANG – Lupakan walk-in ke kantor kelurahan sambil bawa map tebal berisi keluhan tetangga yang buang sampah sembarangan! Kini, warga Subang cukup buka Instagram atau TikTok, ketik unek-unekmu, dan… voilá! Sambungan langsung ke Bupati!

Yap, Pemerintah Kabupaten Subang baru saja meluncurkan sebuah program kece bernama #LaporKangRey. Program ini bukan sekadar tagar keren, tapi jadi jembatan digital antara warga dan Bupati Subang, H. Reynaldi Putra, buat ngobrolin segala hal — dari pelayanan publik yang kurang sip, ide cemerlang buat desa, sampai pertanyaan eksistensial soal kenapa jalanan masih berlubang padahal musim kemarau.

Melalui akun resmi @reynaldyputraofficial di Instagram dan TikTok, warga tinggal kirim pesan lewat DM atau kolom komentar. Tapi jangan asal nyablak ya, tetap santun dan jelas. Berikut langkah-langkahnya — mudah kayak bikin status galau:

  1. Tulis aduanmu dengan bahasa yang sopan dan jelas
  2. Cantumkan alamat lengkap plus nomor telepon aktif (biar bisa ditindaklanjuti, bukan ditinggalin kayak mantan)
  3. Kirim lewat DM atau komentar
  4. Tambahkan tagar #LaporKangRey supaya masuk radar cepat

Yang bikin makin mantap, 31 OPD dan 30 kecamatan di Subang udah disiapkan untuk siap siaga ngebut balas laporan. Jadi ini bukan cuma janji manis doang lho.

Kata Kang Rey sendiri, “Pemerintah hadir dan siap mendengar. Media sosial bukan hanya tempat hiburan, tapi juga bisa jadi saluran perubahan.

Ciee, keren kan? Jadi kalau kamu warga Subang yang selama ini cuma ngedumel di grup WA keluarga, ini saatnya upgrade ke level influencer pembangunan daerah. Kirim laporan, bangun perubahan!

Karena di era digital, ngeluh aja udah bisa trending — apalagi kalau bisa bikin Subang makin cemerlang.

Proyek Misterius di Subang: Saluran Air Datang Tanpa Nama, Pekerja Tanpa Pelindung

proyek tanpa papan nama di Subang

SUBANG — Di Kampung Maja Lewo, Desa Margahayu, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, sebuah proyek saluran air sedang dikerjakan. Tapi tunggu dulu… ada yang janggal. Proyeknya ada, pekerjanya juga ada, tapi papan informasinya? Nihil. Hilang entah ke mana. Seperti cinta bertepuk sebelah tangan, pekerjaan ini seolah hadir diam-diam, tanpa memperkenalkan diri.

Ketika awak media mencoba mengorek keterangan dari para pekerja, jawabannya justru bikin dahi mengernyit. “Kami cuma disuruh kerja, Pak,” ujar mereka, tanpa tahu-menahu siapa dalang di balik proyek ini. Mirip sinetron misteri, bukan?

Setelah dilakukan penelusuran, konon proyek ini berasal dari Dinas PUPR Kabupaten Subang. Namun, karena tak ada papan proyek, sumber dana dan besar anggaran pun lenyap bak ditelan kabut pagi. Padahal, aturan mainnya jelas kok: proyek pemerintah itu wajib transparan. Tak boleh main petak umpet, apalagi sama rakyat sendiri.

Dan di sinilah hukum berperan sebagai superhero. Berdasarkan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) No. 14 Tahun 2008 serta Perpres No. 54 Tahun 2010 dan No. 70 Tahun 2012, setiap proyek yang dibiayai negara harus memasang papan nama proyek. Lengkap dengan nama kegiatan, lokasi, nomor kontrak, nilai anggaran, dan jangka waktu pelaksanaan. Jadi kalau papan nama proyek ini diumpetin, itu sudah menciderai hak publik untuk tahu.

Warga pun angkat suara, walau dengan nama disamarkan demi keamanan (maklum, jaman sekarang kadang nyinyir bisa bahaya). “Proyek tanpa papan nama itu indikasinya untuk membohongi masyarakat supaya anggaran nggak ketahuan,” ujar salah satu warga, Rabu (9/7), dengan nada tak kalah tegas dari jaksa di ruang sidang.

Lalu, masalah tak berhenti di papan nama saja. Saat wartawan mengintip langsung ke lokasi, mereka mendapati para pekerja asyik bekerja… tanpa perlengkapan keselamatan kerja. Tak ada helm, rompi, atau sepatu safety. Duh, ini kerja bangun saluran air atau syuting film aksi?

Keterangan resmi dari pihak pemborong dan Dinas PUPR Kabupaten Subang pun masih belum terdengar. Seperti sinyal Wi-Fi di kampung, kadang muncul, kadang hilang.

Beruntung, Kepala Desa Margahayu, H. Ma’in Permana, saat ditemui di kantornya Selasa (8/7), tak sungkan memberikan klarifikasi. “Proyek dari Dinas PUPR, Kang. Desa hanya menerima manfaatnya saja,” jelasnya.

Begitulah kisah proyek ‘gaib’ yang bikin warga dan wartawan geleng-geleng kepala. Semoga ke depannya, pembangunan tidak hanya membangun fisik, tapi juga membangun kepercayaan dan keterbukaan.

Frasa kunci utama:
Deskripsi meta:

Tag:

Recent Posts