Beranda blog Halaman 21

Gubernur Dedi: Jadi Pejabat Itu Bukan Buat Tidur Nyenyak, Tapi Buat Keringetan!

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Foto: Radarbogor.jawapos.com

Suarasubang.com – Kalau Anda pikir jadi pejabat itu artinya makan enak, tidur nyenyak, terus jalan-jalan sambil selfie, wah… Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi punya pandangan yang bisa bikin keringetan duluan!

Dalam rapat serius tapi santai bareng para pimpinan daerah, Dedi langsung menyentil dengan kalimat yang bisa bikin yang hadir salah tingkah.
“Orang percaya itu bukan perkara mudah. Maka hari ini kita harus bekerja dengan baik,” katanya penuh penekanan.

Dan belum sempat menarik napas panjang, Dedi menegaskan bahwa duduk di kursi pemerintahan itu bukan buat leha-leha.
“Bukan mau makan enak, bukan mau tidur nyenyak, bukan mau leha-leha, bukan mau jalan-jalan, tapi mau bekerja,” ujarnya, tegas tapi dengan gaya khasnya yang nyeleneh.

Kenapa harus kerja keras? Karena menurut sang gubernur, Jawa Barat masih punya banyak PR! Mulai dari lamanya waktu sekolah, angka pengangguran, sampai kemiskinan—semuanya masih relatif tinggi. Belum lagi masalah pinjol alias pinjaman online.
“Orang pelanggannya Bank Emok masih sangat tinggi. Berbagai hal Jawa Barat ranking pertama,” beber Dedi, sambil menggambarkan situasi yang bisa bikin geleng-geleng kepala.

Tapi kenapa Jabar selalu muncul di ranking atas? Jawabannya simpel tapi bikin mikir: jumlah penduduknya buanyak!
“Jumlah penduduk yang sangat besar memiliki konsekuensi pada 1% angka di Jawa Barat itu akan mempengaruhi statistik nasional,” lanjutnya.

Makanya, kata Dedi, sekarang enggak ada waktu buat gaya-gayaan ala Menara Gading—yang cuma bagi-bagi uang tanpa tahu ujungnya buat apa.
“Maka hari ini provinsi enggak bisa lagi begitu,” katanya sambil mengingatkan, zaman sudah berubah, bung!

Provinsi Jawa Barat, katanya lagi, sekarang harus jadi stimulator, regulator, dan motivator. Singkatnya: provinsi kudu jadi mesin penyemangat, bukan sekadar mesin fotokopi anggaran.
“Karena brandingnya hari ini sudah branding Jawa Barat. Kita tahu bahwa hari ini apapun komplain itu komplainnya ke gubernur,” katanya, seolah-olah siap menerima komplain sambil ngopi.

Dedi juga menyampaikan fakta unik:
“Jalan desa atau jalan kabupaten rusak komplain ke gubernur. Kemudian berbagai problem sampai anak tidak mau makan aja komplain ke gubernur. Kemudian anak tidak mau tidur komplain ke gubernur. Anak tidak mau sekolah komplain ke gubernur. Ini adalah sesuatu yang menurut saya ikonic,” ujarnya sambil mungkin menahan tawa.

Tapi semua itu ada sisi seriusnya juga. Karena kalau tidak dikelola dengan baik, bisa-bisa kepercayaan publik meluruh seperti es krim di siang bolong.
“Di mana nanti akan mengalami degradasi ketidakpercayaan orang,” tandasnya menutup pernyataan.

Berita ini telah dimuat di portal berita radarbogor.jawapos.com dengan judul asli “Jabar Rangking Pertama, Bekerja dengan Gubernur Jawa Barat Tidak Bisa Tidur Enak, Dedi Mulyadi: Orang Pelanggannya Bank Emok Masih Sangat Tinggi”

Deskripsi Meta:

Tag:

Jalan Rusak Sejak 2020, Warga Soklat Kompak Turun Tangan!

Warga Soklat Subang swadaya perbaiki jalan
Foto: tintahijau.com

SUBANG – Di tengah harapan yang tak kunjung datang dari langit birokrasi, warga RT 32 RW 12 Kelurahan Soklat, Kecamatan Subang, akhirnya memilih untuk bertindak. Tak ingin lagi motor tergelincir atau sepeda nyelonong ke lubang tanpa permisi, mereka pun bahu-membahu memperbaiki jalan rusak sepanjang 200 meter dengan semangat gotong royong yang bikin hati hangat.

Jalan ini bukan jalan biasa. Ia adalah jalur penghubung Kecamatan Subang dan Kecamatan Cibogo via Kelurahan Wanareja. Sejak 2020, jalan ini lebih mirip trek off-road ketimbang fasilitas umum. Lubang menganga, permukaan tak rata, dan kisah tragis jatuhnya pengendara sudah menjadi cerita sehari-hari.

Lelah menunggu janji manis yang tak kunjung ditepati, warga akhirnya mengambil langkah berani: “Kita perbaiki sendiri saja!” kata mereka, tentu dengan sedikit keluhan, banyak harap, dan satu dua gelas kopi.

Lurah Soklat, Adang Poluan, pun angkat topi atas semangat warga. Ia mengatakan, “Karena tidak ada anggaran, warga akhirnya berinisiatif swadaya. Mereka iuran untuk beli semen, pasir, bahkan kopi untuk mendukung kegiatan kerja bakti ini,” ucapnya pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Aksi ini tak tanggung-tanggung. Campuran pasir dan semen disiapkan. Satu truk pasir senilai satu juta rupiah pun diturunkan ke medan tempur—eh, jalan berlubang. Dari Pak RT sampai karang taruna, dari Bhabinsa hingga Bhabinkamtibmas, semua turun ke jalan. Bukan demo, tapi gotong royong!

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak RT, RW, karang taruna, tokoh agama, dan seluruh masyarakat yang ikut membantu. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapat ridho Allah SWT,” tambah Pak Lurah dengan suara haru dan penuh syukur.

Namun, beliau juga mengingatkan: ini bukan akhir dari segalanya. Urusan anggaran tetaplah tugas Dinas PUPR. Warga berharap semangat mereka ini bisa menjadi lampu sorot yang menyinari mata para pengambil kebijakan di Kabupaten Subang. Supaya jalan-jalan rusak tak lagi jadi jebakan Batman.

Karena ya… jalan itu harusnya dilalui, bukan dilawan.

Berita ini telah dimuat di portal berita tintahijau.com dengan judul asli “Warga Soklat Subang Swadaya Perbaiki Jalan Rusak Sejak 2020”

RSUD Subang Ngebut! Nilai Kepuasan Masyarakat Melejit, Layanan Makin Ciamik!

IKM RSUD Subang meningkat 2025

SUBANG – Ada kabar segar dari dunia pelayanan kesehatan, dan kali ini datang langsung dari jantung pelayanan medis Kabupaten Subang. RSUD Subang bikin gebrakan! Bukan dengan drama sinetron medis ala TV, tapi lewat lonjakan nilai cinta masyarakat alias Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang bikin senyum makin lebar!

Dalam survei terbaru yang digelar sesuai Permenpan-RB Nomor 14 Tahun 2017, RSUD Subang menorehkan nilai IKM fantastis: 94,41 untuk Semester I tahun 2025. Itu artinya, RSUD kita masuk kategori A, dengan label manis: Kinerja Baik. Cihuy!

Capaian ini tentu bukan sulap, apalagi sihir. Dengan jumlah responden sebanyak 2.639 orang dari Februari sampai Juni 2025, suara masyarakat jelas tak bisa dianggap angin lalu. Sebagai perbandingan, nilai IKM tahun 2024 hanya 84,44 dari 3.573 responden, dan tahun 2023 lebih mungil lagi: 84,24 dari 124 responden.

Nah lho, lonjakan ini bukan cuma angka di kertas, tapi bukti nyata kalau RSUD Subang bukan sekadar rumah sakit, tapi rumah pelayanan yang makin mantap.

Menurut sang nahkoda RSUD Subang, dr Ahmad Nasuhi, keberhasilan ini bukan karena dewa-dewa statistik. Tapi karena kritik dan masukan dari masyarakat yang langsung dijadikan bahan bakar perbaikan.

“Setiap kritik dan masukan dari pasien menjadi bahan evaluasi penting bagi kami. Kami tidak hanya menargetkan angka tinggi dalam survei, tapi juga pengalaman nyata pasien di lapangan,” ujarnya kalem namun mantap.

Salah satu jurus andalan yang bikin puas adalah sistem antrean online berbasis barcode. Gak perlu lagi datang pagi-pagi kayak mau rebutan sembako. Tinggal scan dari rumah, dan… voilà, nomor antrean di tangan. Antrean? Jadi nostalgia masa lalu.

Ibu Yuliani (42) dari Pagaden mengangguk puas. Beberapa kali mendampingi ibunya kontrol, beliau merasakan perubahan nyata.

“Sekarang antreannya lebih cepat, enggak seruwet dulu. Cukup scan barcode dari rumah, kita sudah tahu jadwalnya. Ibu saya yang sudah sepuh juga nyaman karena enggak nunggu lama. Petugasnya juga lebih ramah sekarang,” ceritanya sambil tersenyum.

Deni (35), warga Subang Kota, yang baru saja menyambut buah hati pertamanya di RSUD Subang, juga angkat bicara. Ia memuji pelayanan yang tertib, informatif, dan bebas jebakan biaya siluman.

“Dari pendaftaran sampai ruang bersalin semua tertib, informatif, dan tidak ada biaya tambahan yang membingungkan. Kita juga mudah nanya-nanya ke petugas. Sangat membantu buat keluarga seperti kami yang baru pertama kali punya anak,” katanya penuh syukur.

Tak heran kalau pencapaian ini jadi catatan emas di meja Pemkab Subang. Ini bukan sekadar laporan formalitas, tapi bukti nyata pelayanan publik bisa ramah dan efisien dalam satu paket lengkap.

RSUD Subang pun tak mau terlena. Manajemen menegaskan, target mereka bukan hanya memoles angka, tapi membangun kepercayaan jangka panjang, memperluas digitalisasi, dan menghadirkan layanan yang lebih manusiawi dari sekadar mesin antrean.

“Prestasi ini bukan akhir, tapi baru langkah awal menuju pelayanan rumah sakit yang makin profesional, modern, dan humanis,” begitu bunyi pesan penutup dari manajemen RSUD—yang sepertinya sedang hangat-hangatnya membangun pelayanan penuh cinta.

Berita ini telah dimuat di portal berita tintahijau.com dengan judul asli “IKM Terhadap Layanan RSUD Subang Meningkat Tajam, Semester I 2025 Raih Nilai A”

Pamitnya Emak UMKM: Bu Nanah Tinggalkan Jejak Rp 7 Miliar di PLUT Subang

Emak UMKM Hj. Nanah Rukanah
Foto: lampusatu.com

Subang – Jumat pagi yang biasanya penuh agenda rutin mendadak berubah jadi hari penuh haru.
Di balik senyuman ramah Hj. Nanah Rukanah, Kepala UPTD PLUT KUMKM Subang, terselip kejutan yang bikin jantung berdebar lebih cepat dari Zoom meeting mingguan—sepucuk surat resmi dari Pemkab Subang. Bukan undangan arisan atau lomba makan nasi liwet, melainkan… surat rotasi dan mutasi!

“Saya mah abdi negara, jadi harus siap ditempatkan dimana saja,” ucapnya kalem, sambil tetap senyum seolah baru ditraktir cilok isi keju.

Bu Nanah bukan sekadar kepala UPTD, tapi… pahlawan pagi hari.
Menurut Budiana Yusuf, salah satu konsultan UMKM, beliau ini tipe pemimpin yang bukan cuma datang paling pagi, tapi pulang juga sering lebih sore daripada sinetron azan magrib. Sejak memimpin PLUT di tahun 2022, prestasi datang bak tamu lebaran—bertubi-tubi.

“PLUT Subang itu jadi PLUT Terbaik Nasional ke-3 loh, dari 100 PLUT se-Indonesia,” kata Budiana sambil bangga seperti baru dapet piala ayam goreng.

Duit miliaran pun ditarik ke Subang—bukan dengan kekuatan sihir, tapi dengan kerja keras dan secangkir tekad.
Tahun 2023, PLUT Subang diganjar hibah layanan kemasan senilai Rp1,7 miliar. Belum cukup? Tahun 2024, dikasih DAK Fisik sebesar Rp5,3 miliar. Jadi total Rp7 miliar, sodara-sodara!

“Bu Nanah itu sampai begadang buat nyusun proposal, bahkan rogoh kocek pribadi demi bisa datang ke kementerian,” lanjut Budiana, membuat kita semua merasa malu karena sering ketiduran saat deadline.

Dan kini berdirilah gedung PLUT Subang yang megah. Mirip mall? Nggak juga. Tapi mirip harapan yang jadi kenyataan, iya.
Didukung oleh DKUPP, BP4D, dan arsitek dari UNSUB, gedung PLUT tampil gaya, siap jadi saksi sejarah pengabdian seorang emak bangsa. Tapi, kata Budiana, “Tanpa pejabat kayak bu Nanah, anggaran pusat ya bisa-bisa cuma lewat aja.”

Tapi belum semua impian tuntas. Ada satu PR yang masih menggantung di langit PLUT Subang.
Bu Nanah sebenarnya ingin banget PLUT ini naik kelas jadi BLUD—Badan Layanan Umum Daerah. Bukan cuma biar keren di kartu nama, tapi agar mandiri secara anggaran.

“Inspektorat kemarin juga nyaranin untuk terus dorong pembentukan BLUD,” kata Bu Nanah, yang suaranya tetap kalem meski di hati mungkin bergemuruh.

Di mata UMKM, Bu Nanah itu bukan kepala UPTD. Tapi… Emak. Indung. Malaikat tanpa sayap tapi bawa proposal.
Risnawati dari UMKM Suksok sampai berkata lirih, “Ibu terbaik buat kita, jadi merasa kehilangan sosok baik.”

Heni Rohaeni dari UMKM Foodieritz menambahkan, “Haturnuhun Ibu Nanah atas dedikasi dan inspirasinya.”

Dan Isur Suryati dari UMKM Mulqi pun menutup dengan doa manis, “Kami tak bisa memberi apa-apa selain doa dan ucapan terima kasih.”

Satu hal yang pasti: jejak Bu Nanah di PLUT Subang tak akan lekang oleh mutasi.
Beliau telah menorehkan bukan hanya anggaran dan gedung, tapi juga rasa cinta, ketulusan, dan semangat yang tak bisa diganti dengan angka.

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber dari portal berita lampusatu.com dengan judul asli “Pindah Tugas, ‘Emak UMKM’ Hj. Nanah Rukanah Tinggalkan Legacy Prestasi Nasional untuk PLUT Subang”

Eko Resmi Jadi Komandan Baru PWI Subang, Siap Gerak Cepat dan Tetap Adem

Ketua Plt PWI Subang

SUBANG – Di tengah riuh rendah dunia jurnalistik yang tak pernah benar-benar sepi, hadir kabar segar dari belantara tinta dan suara rekaman. Agus Eko Muhammad Solihin—yang biasa disapa akrab, simpel, dan tidak pakai basa-basi: Eko—resmi naik pangkat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Subang.

Pelantikan ini bukan sulap, bukan sihir. Tapi murni legalitas berdasarkan Surat Keputusan PWI Pusat No.337/Plt/PP-PWI/2025, ditandatangani langsung oleh Ketua Umum PWI, Hendry Ch Bangun. Artinya? Eko kini memegang tongkat komando, dengan masa bakti 2025–2028. Cukup waktu untuk bikin gebrakan dan ngopi bersama wartawan sambil tetap menjaga etika profesi.

Nah, yang makin bikin suasana tambah meriah adalah tempat pengukuhannya: aula Pendopo Bupati Indramayu, lantai 2, Sabtu (14/6/2025). Acara ini bukan kelas teri, karena dihadiri nama-nama beken. Ada Ketua Umum PWI Hendry Ch Bangun, Dewan Penasehat PWI Pusat sekaligus eks Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan, dan Wakil Bupati Indramayu Syaefudin yang tampil penuh hormat, meski Bupati Lucky Hakim berhalangan hadir.

Danang Donoroso, yang kini jadi Plt Ketua PWI Jawa Barat, tampil full power. Dalam sambutannya, beliau mengingatkan semua Plt yang baru saja dikukuhkan agar jangan cuma ganteng pas difoto, tapi juga tangguh dalam tugas. “Dengan surat keputusan ini, saudara-saudara telah resmi sebagai pelaksana tugas… jaga nama baik organisasi kita, PWI,” tegas Danang, yang seolah mengirimkan sinyal: jurnalisme itu bukan hanya tentang menulis, tapi juga menjaga martabat.

Ketua Umum PWI, Hendry Ch Bangun, pun tak mau kalah. Ia menegaskan bahwa PWI harus tetap berjalan di relnya sebagai pilar keempat demokrasi. “Kami Pengurus PWI Pusat sangat mengapresiasi terselenggaranya acara ini,” ujarnya penuh semangat seperti headline halaman depan.

Sementara itu, Wabup Indramayu Syaefudin menyambut hangat kehadiran rombongan wartawan. Meski Bupati tak hadir, namun apresiasinya sampai juga ke ruangan. “Bapak Bupati berharap PWI dan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dapat membangun sinergi,” katanya dengan penuh harap.

Kembali ke Eko, sang komandan anyar PWI Subang. Ia menegaskan bahwa status Plt ini adalah kepastian hukum, bukan sekadar jabatan basa-basi. “Kami menjadi pelaksana tugas, dengan SK dari Ketum PWI, Hendri CH Bangun, dan kami tidak mengganggu kelompok yang lain,” ujarnya. Kalimat yang adem, namun mantap. Persis seperti wedang jahe malam-malam.

Langkah cepat pun siap diambil. Program jangka pendek yang sudah dirancang antara lain Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK), serta menggelar konferensi untuk memilih Ketua PWI Subang definitif. Sebuah langkah yang bukan hanya strategis, tapi juga simbol bahwa organisasi ini tak mau jalan di tempat.

Adapun komposisi tim Plt PWI Kabupaten Subang adalah: Eko sebagai Ketua, Hermanzah sebagai Sekretaris, dan Ari Heriyana sebagai Bendahara. Singkat, padat, dan siap jalan.

Dan begitulah, di tengah dunia yang makin cepat berubah, PWI Subang di bawah komando Eko siap melaju. Dengan semangat wartawan, tinta tak akan pernah kering. Mikrofon tak akan pernah diam. Dan PWI? Tetap eksis sebagai penjaga nurani bangsa.

Berita ini telah dimuat di portal berita www.mediasinarpagigroup.com dengan judul asli “Ketua Plt PWI Jawa Barat Kukuhkan Kepengurusan Plt PWI Kabupaten / Kota se Jawa Barat, Ketua Plt PWI Subang Segera Lakukan OKK”.

Polisi Subang Turun Gunung! Masjid Dibersihkan, Silaturahmi Diperkuat

Polsek Subang Bakti Religi Masjid Jami Nurul Huda
foto: rii.co.id

Subang – Jumat pagi itu, alih-alih membunyikan sirine atau menyebar tilang, jajaran Polsek Subang justru menyambangi Masjid Jami Nurul Huda dengan sapu di tangan dan senyum di wajah. Bukan razia, bukan pula patroli. Tapi korve! Bersih-bersih dalam rangka Bakti Religi menyambut Hari Bhayangkara ke-79 yang jatuh pada 2025 nanti.

Yap, jangan salah. Polisi juga bisa tampil bak pasukan kebersihan dadakan. Dan kali ini, Masjid Jami Nurul Huda di Blok Sukahegar RW 18, Kelurahan Sukamelang, Kecamatan/Kabupaten Subang, jadi lokasi sasarannya.

Kapolsek Subang AKP Endang Suganda—dengan nada mantap namun hangat—mengungkapkan, aksi ini bukan sekadar sapu-sapu lucu. Tapi bentuk cinta. Bukan kepada si dia, tapi kepada masyarakat.

“Dalam rangka menyambut HUT Bhayangkara ke-79, hari ini kami dari Jajaran Polsek Subang menggelar Bakti Religi berupa bersih-bersih rumah ibadah, yang tujuannya untuk meningkatkan tali silaturahmi antara Polri dengan masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda,” ujar AKP Endang Suganda dengan nada penuh semangat (dan barangkali sedikit aroma pel dari tadi pagi).

Tak sendirian, Pak Kapolsek juga memboyong para personel dan Bhayangkari. Seragam rapi, hati bersih, dan sapu terayun mantap. Targetnya? Bukan pelaku kejahatan, tapi debu-debu yang mengendap di sudut masjid.

“Dengan kegiatan ini diharapkan, sarana ibadah menjadi bersih dan nyaman,” imbuhnya. Siapa pun tahu, ibadah yang khusyuk itu bukan cuma soal hati, tapi juga suasana.

Bukan cuma bersih-bersih ala kadarnya, tapi kegiatan ini punya makna mendalam. Seolah ingin berkata, “Polisi bukan hanya hadir saat masalah datang, tapi juga saat damai perlu dijaga.”

“Dengan membersihkan tempat ibadah, Polsek Subang berharap, dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat dalam beribadah,” pungkas sang Kapolsek, menutup aksi dengan ketulusan.

Nah, kalau biasanya kita lihat polisi mengejar penjahat, kali ini mereka mengejar berkah. Siapa bilang seragam cokelat itu kaku?

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber resmi dari Rii.co.id dengan judul asli “Sambut HUT Bhayangkara, Polsek Subang Gelar Bakti Religi”

Subang Atur Ulang Jam Operasional Truk! Kang Rey: Demi Jalanan yang Damai, Bro!

Peraturan Bupati Subang 21 Tahun 2025
foto: rii.co.id

Subang, Mari Kita Tertib!

Dari tanah lumbung padi yang damai nan subur, datang kabar terbaru yang bikin sopir truk harus cek jadwal ulang. Pemerintah Kabupaten Subang, lewat tangan dingin sang Bupati Reynaldi—yang lebih akrab dipanggil Kang Rey—resmi memberlakukan Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2025.

Peraturan ini bukan cuma sekadar tumpukan kertas di meja dinas. Ia adalah revisi serius dari Perbup sebelumnya, Nomor 28 Tahun 2023, yang kini dirombak demi satu cita-cita mulia: jalan lancar, hidup tenteram, dan klakson tak lagi bikin jantung deg-degan.

Kapan Truk Harus Parkir?

Nah, ini dia menu utama dari peraturan ini. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2), jam operasional kendaraan angkutan barang sekarang punya jam malam dan jam pagi.

Khusus hari Senin sampai Jumat, larangan melintas berlaku dua kali sehari:

  • Pagi: pukul 05.00 – 09.00 WIB
  • Sore: pukul 16.00 – 20.00 WIB

Tapi sabar, ini belum akhir dari kisah. Untuk hari Sabtu, Minggu, dan Hari Libur Nasional, larangan berlaku lebih panjang: dari pukul 05.00 sampai 21.00 WIB. Jadi, kalau kamu sopir truk dan mau cari sarapan bubur di hari libur, pastikan bukan sambil bawa pasir ya!

Yang Kena Aturan, Siapa Aja?

Kang Rey, dalam nada yang tegas tapi adem, menjelaskan bahwa aturan ini menyasar kendaraan yang membawa beban berat dan bikin jalanan ngos-ngosan. Termasuk:

  • Truk pembawa tanah, pasir, batu, split, air mineral (yes, air juga!) dan limbah.
  • Kendaraan dengan formasi roda 2 di depan dan 4 di belakang.
  • Dan… yang berban banyak banget: 2 di depan dan 8 atau lebih di belakang.

“Kendaraan lain yang sesuai dengan spesifikasi, dan dimensi berdasarkan peraturan perundang-undangan,” ujar Kang Rey, menambahkan dengan gaya khas pemimpin daerah yang tak mau ada jalanan rusak hanya karena truk suka lewat sembarangan.

Rambu-Rambu Siap Menggoda Mata

Pemerintah Daerah juga gak mau setengah-setengah. Supaya peraturan ini bukan hanya sekadar wacana, ruas-ruas jalan yang jadi ‘area terlarang’ akan dihiasi rambu-rambu baru. Jadi, tak ada lagi alasan “nggak tahu, Pak Polisi!”

Ayo, Jadi Pengusaha Truk yang Tertib dan Keren!

Dengan suara yang penuh semangat tapi tetap bersahabat, Kang Rey mengimbau semua pelaku usaha dan sopir angkutan barang agar patuh.

“Dengan disosialisasikannya peraturan ini, seluruh pengusaha dan operator angkutan barang di wilayah Kabupaten Subang, diimbau untuk mematuhi ketentuan yang berlaku, demi terciptanya ketertiban, keselamatan, dan kelancaran lalu lintas, bagi seluruh pengguna jalan,” pungkasnya.

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber dari Rii.co.id dengan judul asli “Subang Revisi Perbup Jam Operasi Kendaraan Angkutan Barang”

Pelantikan ASN di Jalan Rusak, Bupati Subang Tempel Tampar Malas Ngantor!

Pelantikan ASN Subang di jalan rusak
foto: lampusatu.com

SUBANG – Ada yang beda di Kabupaten Subang, dan bukan, ini bukan episode sinetron politik dramatis. Di tengah terik matahari yang tak kenal kompromi, 111 ASN dilantik langsung di atas jalan yang… rusak parah! Lokasi pelantikan yang biasa di aula adem ber-AC kini digeser ke Dusun Cibanteng, Desa Jatiragas Hilir, Kecamatan Patokbeusi. Katanya sih, biar makin “nempel” sama kenyataan. Nah lho!

Bupati Subang, Kang Rey – begitu beliau akrab disapa – tampil tidak hanya dengan jas resminya, tapi juga dengan semangat yang membara ala reformis sejati. Dalam sambutannya, ia menabuh genderang perang terhadap penyakit akut birokrasi: malas ngantor.

“Saya tidak ingin dengar satu pun keluhan soal pelayanan. Hari ini ada 10 ASN yang sudah disidangkan, dan 500-an lainnya sedang dalam proses. Ini bukti bahwa kami serius memperbaiki birokrasi dan memastikan uang negara digunakan untuk kepentingan masyarakat,” tegas Kang Rey, dengan gaya yang bikin ASN bolos langsung berkeringat dingin.

Tidak cuma simbolik, pelantikan outdoor ini punya pesan filosofis yang “nendang”. Jalan rusak bukan sekadar latar, tapi pengingat: setinggi apapun jabatanmu, tugasmu melayani masyarakat, bukan selfie-selfie di meja kerja.

“Selamat kepada 111 orang yang baru saja dilantik. Jabatan ini adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan akan dipertanggungjawabkan,” lanjutnya, sambil melirik tajam. Serius tapi manis.

Tak main-main, pelantikan ini juga bebas mahar—alias zero rupiah. “Kami jamin tanpa KKN,” ujar Kang Rey. Birokrasi bersih ala Subang kini bukan cuma mimpi, tapi (semoga) jadi budaya.

Uniknya lagi, pelantikan seperti ini akan jadi kebiasaan. “Mulai hari ini pelantikan akan dilaksanakan di tempat yang dekat dengan masyarakat. Ini baru satu dari banyak ruas jalan yang rusak berat. Tahun 2027 target saya sudah selesai,” tambahnya, dengan keyakinan setebal aspal yang diimpikan.

Tak sampai di situ, semua pejabat ke depan akan mengantongi fakta integritas, lengkap dengan target bulanan dan tahunan. Jadi, bukan cuma tandatangan doang, tapi juga kerja nyata. “Semua pegawai harus bisa mengimbangi kerja saya yang serba cepat,” ujar beliau dengan ekspresi fast and furious.

Kang Rey juga menjanjikan pelayanan publik yang makin terbuka dan responsif. “Setiap aduan lewat media sosial saya tanggapi langsung. Itu bukti bahwa Pemerintah Daerah hadir untuk rakyat,” katanya, menandakan era baru: dari ‘diabaikan’ menjadi ‘dibalas langsung’.

Dan yang bikin masyarakat tersenyum haru, Kang Rey membocorkan rencananya membangun RSUD di wilayah Subang utara. “Mudah-mudahan tahun 2028 RS Pantura sudah berdiri. Kita akan wujudkan mimpi itu bersama-sama,” harapnya, penuh semangat ala visionary leader.

Dengan gaya nyentrik, cara unik, dan tekad magnetik, Bupati Subang ini tampaknya sedang membalikkan wajah birokrasi dari yang kusut menjadi terurus. Dan ya, semua dimulai dari jalan rusak—yang semoga segera jadi mulus!

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber asli dari Lampusatu.com dengan judul asli “Bupati Subang ‘Sikat’ ASN Males Ngantor, 10 Masuk Tahap Sidang dan 500 Lainnya Tahap Proses”

Polisi Subang Bagi-Bagi Sembako, Warga Senang, Jumat Jadi Lebih Berkah!

bakti sosial Polres Subang
foto: www.jabarpress.com

SUBANG – Ada yang berbeda dari Jumat pagi 13 Juni 2025 di Kabupaten Subang. Kalau biasanya hari Jumat identik dengan gorengan dan teh hangat di warung, kali ini suasananya terasa lebih hangat—karena ada sembako ikut dibagi!

Ya, benar! Kali ini, giliran Sipropam Polres Subang yang turun tangan (dan kaki) dalam aksi sosial bertajuk Jum’at Berkah. Dengan semangat menggelora, tim ini dipimpin langsung oleh Kasi Propam Polres Subang, IPTU Gumilar Prasetia, S.H., M.A.P.—yang bukan hanya lihai mengatur barisan polisi, tapi juga peka terhadap denyut nadi masyarakat.

Sekitar pukul 10.00 WIB, dimulailah misi kebaikan di wilayah Kecamatan dan Kabupaten Subang. Sebanyak 50 paket sembako dibagikan kepada warga yang memang membutuhkan. Paket ini bukan sekadar bungkusan, tapi simbol harapan bahwa hidup tidak sekeras batu nisan.

Tentu saja, kegiatan ini bukan sekadar spontanitas manis di pagi hari. IPTU Gumilar menjelaskan bahwa aksi sosial ini merupakan tindak lanjut dari arahan Kabidpropam Polda Jabar berdasarkan Surat Telegram Kapolda Jabar. Jadi, ini adalah misi mulia yang sudah dirancang rapi dan penuh makna.

“Kami ingin hadir di tengah masyarakat, membawa manfaat dan menunjukkan bahwa Polri, khususnya Propam, senantiasa peduli, tegas, humanis, dan merakyat. Semoga kegiatan ini menjadi berkah dan bermanfaat bagi masyarakat yang menerima,” ujar IPTU Gumilar sambil tersenyum penuh ketulusan (ya, senyum polisi juga bisa bikin adem, lho!).

Warga yang menerima bantuan pun menyambut dengan wajah ceria. Antusiasme mereka tak terbendung. Ucapan terima kasih mengalir seperti air sungai Cipunagara di musim hujan. Suasana berlangsung hangat, lancar, dan—yang penting—aman tanpa drama.

Bukan hanya soal bagi-bagi sembako, tapi kegiatan ini menjadi benang merah yang memperkuat jalinan antara Polri dan masyarakat. Kepercayaan tumbuh, hubungan menguat, dan Jumat pun jadi hari favorit (selain karena sebentar lagi weekend, tentu saja).

Artikel ini telah dimuat dari jabarpress.com dengan judul asli “Propam Polres Subang Gelar Bakti Sosial Berbagi Puluhan Paket Sembako Kepada Warga”

Limbah Ikan Disulap Jadi Cuan: Nelayan Subang Kini Punya Jurus Rahasia!

Pertamina NRE olah limbah ikan
Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) mendukung upaya nelayan di Desa Rawa Meneng, Subang, Jawa Barat untuk meningkatkan perekonomian melalui pengolahan ikan-ikan yang tidak bernilai jual menjadi produk yang dibutuhkan pasar. (DOK. Humas Pertamina)

Subang – Siapa sangka, ikan-ikan kecil yang biasanya hanya dianggap ‘anak bawang’ di Tempat Pelelangan Ikan, kini justru jadi bintang lapangan! Di Desa Rawa Meneng, Subang, para nelayan menemukan jalan ninja baru untuk cuan—berkat tangan dingin dari Pertamina NRE dan program kece badai: Desa Energi Berdikari.

Nah, jangan bayangkan program ini cuma soal ceramah dan rapat-rapat. Ini aksi nyata, sobat! Bayangkan saja: ikan rucah—yang dulunya dibuang begitu saja karena dianggap enggak laku di pasar—kini naik kasta menjadi tepung ikan, bahan pakan unggas dan ikan yang gizinya gak main-main. Dan, makin keren lagi, alat pengering ikannya digerakkan oleh tenaga surya alias PLTS. Matahari Subang? Kini bukan cuma bikin gosong, tapi juga bikin cuan!

Pertamina NRE dan PT Jawa Satu Power (JSP) kompak turun gunung. Mereka tak cuma memberi edukasi, tapi juga menyuntikkan PLTS berkapasitas 2.200 watt peak (Wp). Artinya, para nelayan bisa mengeringkan ikan tanpa harus ngutang ke PLN. Lebih hemat, lebih hijau, dan pastinya lebih bahagia!

“Desa Rawa Meneng punya potensi luar biasa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar Rika Gresia, sang Manager Corporate Communication Pertamina NRE, dalam siaran pers, Sabtu (14/6/2025). Ia juga menambahkan bahwa PLTS ini membuat biaya produksi olahan ikan jadi lebih irit. Uang listriknya bisa dialihkan buat beli sambal atau mungkin… sekalian upgrade jaring?

Ketua KUD Mina Karya Baru, Pak Karyono, dengan wajah cerah—secerah langit Subang di siang bolong—menjelaskan, “Biasanya ikan rucah dibuang karena harganya sangat rendah. Tapi sekarang, bisa kami olah jadi tepung ikan.” Mesin pengering berbasis matahari pun jadi pahlawan baru di kampung nelayan ini. Tidak hanya menyelamatkan ikan rucah dari nasib tragis, tapi juga membawa harapan baru bagi 175 nelayan yang tergabung dalam koperasi.

Tak kalah penting, CEO Pertamina NRE, John Anis, menyelipkan filosofi mendalam: “Transisi energi itu bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal membangun masyarakat yang mandiri energi dan ekonomi.” Wah, ini sih bukan sekadar program, tapi semacam gerakan revolusi energi berbalut cinta lingkungan dan semangat gotong royong!

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, juga menambahkan, “Kami sudah bangun 172 Desa Energi Berdikari. Tujuannya, ya supaya ekonomi jalan, karbon berkurang. Dua-duanya dapet, bukan kaleng-kaleng!”

Kini, dari aroma laut Subang, lahirlah harapan baru: desa nelayan yang tak cuma jago mancing, tapi juga piawai mengolah potensi lokal jadi penggerak ekonomi. Ikan kecil tak lagi jadi korban, tapi justru jadi kunci perubahan besar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Pertamina NRE Dukung Nelayan Subang Olah Limbah Ikan Jadi Cuan”, klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2025/06/14/14404501/pertamina-nre-dukung-nelayan-subang-olah-limbah-ikan-jadi-cuan

Recent Posts