Beranda blog Halaman 20

Sabu Tak Dibayar, Tersangka Tertangkap: Drama Narkoba ala Pagaden Barat

Penangkapan sabu Subang
Foto: tribratanews.jabar.polri.go.id

Subang – Warga Kp. Ciwaru, Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, mendadak jadi sorotan. Bukan karena lomba balap karung atau hajatan gedean, tapi gara-gara satu nama: D.A. Ia ditangkap oleh Satuan Reserse Narkoba Polres Subang karena diduga terlibat dalam peredaran sabu.

Kejadiannya terjadi pada Minggu, 15 Juni 2025. Ceritanya bermula dari bisikan warga yang resah. Polisi pun bergerak cepat. Dan… jreng!, dalam sebuah penggerebekan penuh strategi, petugas menemukan 50 paket sabu seberat 15,35 gram brutto. Tak cuma itu, ada pula timbangan digital, plastik klip, tas selempang, dan ponsel ikut diamankan. Barang bukti yang cukup lengkap untuk bikin siapa pun susah tidur.

Dari hasil interogasi awal—yang mungkin lebih tegang dari wawancara kerja—tersangka D.A. buka suara. Ia mengaku cuma ‘dititipin’ sabu dari seorang misterius berinisial Ateng, yang kini jadi DPO alias Daftar Pencarian Orang. Misi D.A. adalah memecah sabu jadi paket kecil, dengan janji imbalan Rp2 juta. Tapi sayang, hingga dirinya diamankan, duit yang dijanjikan itu masih fiktif, alias belum juga mendarat di rekening. Ngenes, ya?

Tapi meski belum sempat menikmati upah, D.A. keburu dijerat pasal berat. Ia harus menghadapi Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 112 ayat (2) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Ancaman hukuman? Tidak main-main—dari 6 tahun penjara sampai seumur hidup. Sekali salah langkah, hidup bisa berubah total.

Namun ini belum selesai. Polres Subang, di bawah komando Plh Kapolres Kompol Endar Supriyatna, S.Kom., S.I.K, masih terus melakukan pengembangan. Mereka bertekad membongkar jaringan peredaran sabu ini sampai ke akar-akarnya.

Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memerangi narkoba dan segera melaporkan kepada pihak kepolisian apabila mengetahui adanya indikasi peredaran gelap narkotika di lingkungan sekitarnya,” ujar Kompol Endar dalam pernyataan resminya.

Kisah ini bukan sekadar penangkapan, tapi pengingat serius: narkoba bukan solusi, tapi jalan menuju kehancuran. Jangan sampai sabu-sabu bikin masa depanmu jadi abu-abu.

Berita ini telah dimuat berdasarkan sumber dari tribratanews.jabar.polri.go.id dengan judul asli “Polres Subang Ungkap Kasus Peredaran Sabu, Amankan Tersangka dan 15 Gram Barang Bukti.”

Booth DEFEND ID Diserbu! Hari Keempat Indo Defence 2024 Banjir Pengunjung

Booth DEFEND ID Indo Defence 2024

suarasubang.com – Hari keempat Indo Defence 2024 berubah jadi lautan manusia. Kalau biasanya Sabtu itu waktunya healing, ribuan orang justru “mengungsi” ke JIExpo Kemayoran. Tapi tenang, ini bukan demo atau konser, melainkan ajang pameran pertahanan paling bergengsi: Indo Defence 2024, yang resmi membuka gerbangnya untuk publik!

Salah satu spot paling ramai? Paviliun DEFEND ID. Bayangkan saja: dari anak sekolah berseragam, mahasiswa pencari ide skripsi, sampai komunitas pecinta teknologi persenjataan—semuanya berdesakan ingin melihat langsung karya anak bangsa dari BUMN Industri Pertahanan. Salah satu yang bikin penasaran? Booth PT DAHANA.

Booth ini bukan sembarang booth. Ia seperti magnet yang menyedot perhatian. Di balik kacanya, berjejer Rudal Merapi, Bomb P Series, dan berbagai jenis bahan peledak militer lain yang dikembangkan oleh tangan-tangan anak negeri. Rasanya seperti nonton film laga, tapi ini nyata—dan buatan Indonesia!

Arfian, sang Supervisor Riset Bahan Peledak Militer PT DAHANA, menjadi pemandu tak resmi bagi rasa ingin tahu publik. “Selain melihat langsung produk, pengunjung juga mendapatkan penjelasan teknis dari tim DAHANA terkait fungsi dan keunggulan masing-masing produk,” ujarnya penuh semangat. Edukasi? Jelas. Tapi yang lebih penting: ini soal menyuntikkan kebanggaan nasional.

Antusiasme itu tak luput dari perhatian Cipta Ismaya Kusumah, Senior Manager Komunikasi Perusahaan & TJSL PT DAHANA. Wajahnya sumringah melihat booth penuh sesak, tapi hatinya lebih riang melihat betapa generasi muda turut menunjukkan ketertarikan. “Keterlibatan masyarakat, khususnya generasi muda, sangat penting dalam mendukung kemajuan industri pertahanan nasional,” ungkap Cipta. Ia percaya bahwa edukasi yang tepat bisa menumbuhkan akar kemandirian pertahanan dalam benak rakyat.

Salah satu pengunjung bernama Fakhri pun jadi saksi hidup dari efek pameran ini. Dengan mata berbinar, ia mengaku bangga melihat langsung teknologi pertahanan dalam negeri. “Ternyata kita punya Holding Industri Pertahanan yang spesialisasinya keren-keren. Semoga industri ini makin maju dan inovatif,” katanya, sambil tak lepas menatap Rudal Merapi—mungkin sambil membayangkan jadi ilmuwan roket di masa depan.

Pameran Indo Defence 2024 bukan sekadar tontonan, tapi jadi ruang bertemu antara inovasi dan aspirasi. Di sinilah pertahanan tak hanya soal kekuatan, tapi juga soal harapan.

Bupati Subang Ngamuk! Truk Bandel Disemprit, Warganet: “Jangan Biarkan Beliau Marah Sendirian”

Bupati Subang sidak truk
foto: tintahijau.com

SUBANG – Bupati Subang, H. Reynaldy Putra, mendadak jadi selebriti dadakan—bukan karena joget TikTok atau goyang viral, tapi karena… ngamuk! Ya, ngamuk beneran, bukan akting sinetron.

Dalam sidak di jalur Purwadadi–Sukamandi–Pasirbungur, Pak Bupati meledak emosinya. Penyebabnya? Truk-truk berat ngeyel masih berkeliaran di luar jam operasional, padahal sudah jelas-jelas ada larangannya lewat Peraturan Bupati No. 21 Tahun 2025. Truk-truk ini bukan cuma bandel, tapi kayak nggak tahu diri, nabrak aturan seolah nggak ada pemerintah.

Aksi sang bupati pun viral di jagat maya. Bukan karena efek kamera sinematik, tapi karena keberaniannya menyuarakan kekesalan atas ketidakpatuhan segelintir oknum. Komentarnya pun membakar semangat warganet yang langsung menyerbu kolom komentar Facebook.

“Mantapppp Bupati Subang…” tulis akun Bah Zen sambil, mungkin, senyum-senyum sendiri.
“Mantap Kang Rey, Bupati Subang idaman inih mah,” tambah akun Kabayan Lintuh—mungkin sambil ngopi.

Dan yang paling bikin adem, komentar dari Yayat Ruhiyat dalam bahasa Sunda yang menyentuh, “Karasa ayeuna mah boga Bupati teh bela pisan ka rahayatna. Barokallah hu lakum, Pak.”

Komentar-komentar ini bukan sekadar tempelan, tapi ekspresi dukungan yang nyata. Adi Saputra pun tak mau ketinggalan: “Keren, Pak. Lanjutkan!”

Tapi Tunggu Dulu…
Di balik pujian yang mengalir bak air galon tumpah, muncul juga suara kritis yang nyelekit tapi jujur. Netizen ramai-ramai menyentil Dinas Perhubungan dan aparat lainnya. Katanya, jangan dong biarkan Pak Bupati kerja sendirian sambil ngomel-ngomel di jalan.

“Dishub-nya ke mana atuh? Karunya bupati kudu gogorowokan!” celetuk Agus Mss Subang—yang sukses membuat netizen angguk-angguk setuju.

Udi Suhartono juga ikut nimbrung, “Tolong atuh jangan biarkan bupati bekerja sendiri. Hebat beliau, tapi aparat di bawahnya juga harus bantu. Jangan hanya diam di balik meja kantor.”

Dan jangan lupakan Kang Gunawan Zebredz yang menambahkan dengan gaya deg-degan: “Pantau juga arah Subang-Pamanukan, bikin deg-degan. Jalan rusak, apalagi kalau hujan.”

Serius, Ini Bukan Cuma Soal Sopir
Netizen nggak mau setengah-setengah. Mereka bukan cuma minta sopir ditegur, tapi juga bos-bos besar pemilik armada dan penyedia material yang ngotot operasional di luar jam.

“Jangan supir aja yang dimarahin. Petinggi perusahaannya juga pak. Termasuk armadanya. Jangan cuma di lapangan, akarnya juga harus diberesin,” tegas akun Ipin Nengviatrans—kayak detektif investigasi.

“Supir tronton nggak punya aturan, Pak. Segera ditindak,” keluh Kang Evol, dengan nada sudah lelah tapi masih peduli.

Semangat, Tapi Jangan Sekali Doang Ya, Pak!
Aksi Bupati Reynaldy ini memang bikin semangat warga melonjak. Tapi netizen juga minta: jangan cuma hari ini marahnya, besok lusa hilang.

Perbup No. 21 Tahun 2025 itu sudah ketok palu, berlaku sejak 10 Juni 2025. Isinya jelas: kendaraan berat yang bawa tanah, batu, pasir, air mineral, sampai limbah—harus taat jam operasional. Kalau bandel? Siap-siap izin operasional dicabut.

Yang warga harapkan sekarang, konsistensi. Tegakkan aturan sampai ke akar-akarnya, dan pastikan semua pihak, dari Dishub sampai aparat lapangan, ikut bergerak. Jangan biarkan bupati jadi one-man-show dalam serial drama ketertiban lalu lintas.

Berita ini telah dimuat oleh portal berita Tintahijau.com dengan judul asli: “Viral Aksi Bupati Reynaldy Ngamuk Truk Langgar Jam Operasional, Warganet Sentil Kinerja Dishub Subang”

12 Kecamatan Tanpa SMA Negeri: Ketika Mimpi Anak Subang Terbentur Tembok Sekolah

SMA Negeri di Subang
foto: ilustrasi

SUBANG – Bayangkan ini: semangat membara anak-anak Subang untuk sekolah tinggi-tinggi, eh, malah mentok di gerbang sekolah yang tak kunjung dibangun. Ibarat ingin naik pesawat, tapi bandara di kampung halaman belum juga muncul di peta!

Sampai tahun ajaran 2024/2025 ini, ada 12 kecamatan di Subang yang masih ‘puasa’ SMA Negeri. Alias, tak punya satu pun. Duh, padahal siswa-siswa di sana sudah siap berjuang demi seragam putih abu-abu. Tapi apalah daya, bangunan tempat menuntut ilmu belum juga jadi nyata.

Iwan Masna, praktisi pendidikan yang tak asing di jagat edukasi Subang, ikut bersuara. “Minat siswa di 12 kecamatan itu sangat tinggi, tapi tidak ada SMA Negeri di wilayah mereka. Ini menciptakan ketimpangan dan memaksa banyak siswa masuk SMK, meski sebenarnya ingin ke SMA,” katanya. Ugh, kebayang sedihnya—suka tapi tak bisa milih.

Pemerintah sih sudah menunjuk beberapa SMA Negeri sebagai “sekolah penyangga”, berdasarkan SK Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IV. Tapi ibarat tambal ban bocor, daya tampungnya cuma cukup buat segelintir siswa.

Coba lihat ini: kuotanya hanya 3 siswa per rombel. Kalau satu sekolah punya 12 rombel, maksimal cuma 48 siswa dari wilayah ‘tak berjodoh’ dengan SMAN yang bisa masuk. Sisanya? Ya terlempar ke zona galau pendidikan.

Buat yang penasaran, ini dia 12 kecamatan Subang yang masih menanti hadirnya SMA Negeri seperti menanti hujan di musim kemarau:
Cikaum, Cibogo, Pusakajaya, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Dawuan, Tambakdahan, Cipunagara, Cijambe, Pagaden Barat, Sukasari, dan Legonkulon.

Kalau dilihat dari data PPDB 2024, situasinya bukan sekadar genting, tapi nyaris gawat darurat! Dari 6.854 pendaftar di 15 SMAN, cuma 4.789 yang berhasil masuk. Sisanya—sebanyak 2.065 siswa—harus gigit jari karena kuotanya udah kepenuhan.

Contoh ‘sengitnya’ persaingan:

  • SMAN 1 Cisalak, kuota 180, pendaftar 452 → 272 gagal
  • SMAN 3 Subang, kuota 396, pendaftar 617 → 221 gagal
  • SMAN 1 Ciasem, kuota 432, pendaftar 686 → 254 gagal

Dan jangan lupa, ini belum termasuk anak-anak dari 12 kecamatan ‘tanpa rumah’ itu. Mereka harus berjuang ekstra keras, bersaing di zona khusus yang super sempit, atau… ya sudah, pindah haluan ke SMK meskipun hati tak sepenuh itu.

“Pemerintah seolah-olah sedang merampas hak siswa untuk mendapatkan pendidikan sesuai minat dan potensi mereka. Jangan dulu bicara kualitas, saat ini saja banyak yang tidak punya pilihan,” tegas Iwan, penuh keprihatinan.

Solusi jangka panjang? Menurut Iwan, satu-satunya jalan adalah membangun SMA Negeri baru di setiap kecamatan yang belum punya. “Pemerataan pembangunan sekolah harus jadi prioritas. Kalau tidak, setiap tahun ribuan anak akan mengalami hal yang sama: tidak diterima di SMA, dipaksa masuk SMK, atau bahkan tidak melanjutkan pendidikan sama sekali,” ujarnya.

Pertanyaannya: akankah mimpi anak-anak Subang terus tertahan oleh dinding tak kasatmata bernama ‘akses pendidikan’? Ataukah pemerintah akan membuka mata dan hati, dan menjadikan pembangunan sekolah sebagai hadiah nyata, bukan sekadar janji?

Karena pada akhirnya, sekolah bukan hanya soal bangunan—tapi soal harapan.

Berita ini telah dimuat oleh portal berita Tintahijau.com dengan judul asli: “Darurat Pendidikan! Minat Siswa di 12 Kecamatan Tanpa SMA Negeri di Subang Sangat Tinggi!”

Drama Rawa-Rawa Subang: Mau Ditolong, Eh Malah Nunjuk-nunjuk Pistol!

suarasubang.com
foto; Ilustrasi

Subang — Minggu pagi di Subang yang biasanya tenang mendadak berubah jadi drama aksi bak film laga. Lokasinya? Jalan Kapten Hanafiah Rawabadak, Kelurahan Karanganyar. Dua pria yang diduga kuat sebagai pencuri sepeda motor bikin geger warga, bukan cuma karena aksinya, tapi juga karena gaya kaburnya yang dramatis—komplit dengan senjata dan adegan nyemplung ke rawa-rawa!

Peristiwa ini terjadi pada Minggu, 15 Juni 2025 sekitar pukul 09.00 WIB. Polisi yang dapat laporan ada maling motor, langsung meluncur ke lokasi. Tapi begitu sampai, eh, pelakunya malah nabrak pengendara lain! Bukannya minta maaf atau pura-pura pingsan, pelaku justru makin menjadi.

“Saat tiba di lokasi kejadian, pelaku menabrak pengendara lain yang sedang melintas, melihat kejadian tersebut, sejumlah warga berupaya memberikan pertolongan. Namun pelaku justru mendorong kendaraan milik pengendara yang ditabrak,” jelas Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu lewat Kasat Reskrim Polres Subang AKP Bagus Panuntun.

Kendaraan si pelaku memang mencolok: sepeda motor putih bernomor polisi E-5090-USB. Tapi yang lebih mencolok lagi adalah kelakuannya. Saat warga berniat menolong—ya, menolong!—eh, mereka malah disuguhi pemandangan yang tidak mengenakkan: pistol ditodong ke arah muka!

“Pelaku diduga mengacungkan senjata api yang terlihat oleh warga, yang menyebabkan situasi menjadi panik, pelaku lalu melarikan diri ke arah rawa-rawa di sekitar lokasi kejadian. Sebelum menceburkan diri ke rawa, pelaku menodongkan senjata api ke arah warga dan petugas yang mengejar,” lanjut Bagus.

Warga pun langsung bubar jalan. Polisi mengambil alih pengejaran. Tapi ini bukan sembarang kejar-kejaran, karena medan tempurnya adalah… rawa-rawa! Untuk mempercepat pencarian, polisi sampai harus menerbangkan drone—yup, kayak operasi militer mini.

Karena pelaku membawa senjata dan sudah menunjukkan niat jahat yang jelas, polisi mengambil langkah tegas. “Pada saat pencarian maka anggota kepolisian memberikan tembakan peringatan. Namun, pelaku tetap berupaya melarikan diri, sehingga anggota melakukan tindakan tegas terukur dengan menembak pelaku, hingga pelaku berhasil dilumpuhkan,” terang Bagus.

Akhirnya, kedua pelaku berhasil ditangkap di dalam rawa. Satu orang terkena tembakan, satu lagi menyerah tanpa banyak gaya. Polisi mengamankan mereka bersama barang bukti, salah satunya kunci astag—kunci para maling sejati.

“Setelah diamankan salah satu Pelaku atas nama Mohamad Nur Pashah yang mengalami luka tembak segera dibawa ke RSUD Subang untuk mendapatkan penanganan medis dan satu pelaku atas nama Gus Dede Maolanah Usmaul Arifin dibawa ke Mako Sat Reskrim Polres Subang untuk dimintai keterangan lebih lanjut, keduanya merupakan warga Indramayu,” pungkasnya.

Jadi, lain kali kalau ada orang minta tolong habis nabrak, jangan langsung percaya. Siapa tahu, bukan butuh bantuan… tapi butuh ditangkap!

Berita ini dimuat berdasarkan sumber dari detikjabar: “Todong Warga Saat Mau Ditolong, Kriminal di Subang Ditembak Polisi” (https://www.detik.com/jabar/hukum-dan-kriminal/d-7965642/todong-warga-saat-mau-ditolong-kriminal-di-subang-ditembak-polisi)

Frasa kunci utama: , pelaku todong senjata, drama rawa Subang, kriminal Subang ditangkap, polisi tembak pelaku
Deskripsi meta:

Tag:

Panahan Subang Siapkan Anak Panah Emas Jelang Porprov 2026!

coaching clinic panahan Subang
foto: www.lampusatu.com

SUBANG – Angin segar berembus dari lereng Gunung Tangkuban Parahu, tepatnya dari Rumah Kebun Sari Ater Subang, tempat di mana panah-panah harapan sedang ditempa. Ya, menjelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XV Jawa Barat 2026, Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Kabupaten Subang resmi menggelar coaching clinic perdana selama dua hari, 14–15 Juni 2025. Dan bukan sembarang acara—ini semacam bootcamp panahan versi Subang yang digodok serius tapi santai.

Siapa sangka, yang jadi narasumber bukan kaleng-kaleng. Dialah Fauzi Hockiaji S.Pd., alias Coach Oki, pelatih Pelatda Panahan Jawa Barat yang sudah malang melintang di dunia anak panah dan tali busur. Beliau turun langsung membekali 13 pelatih lokal Subang, mulai dari guru SD, dosen, prajurit TNI AU, sampai mahasiswa yang tampaknya jago memanah tugas akhir.

Ketua Perpani Subang, H. Cecep Mulyono, S.Pd., M.Si., menyebutkan bahwa inilah langkah awal untuk memperbanyak pelatih berkualitas di Subang. “Kegiatan ini adalah bentuk ikhtiar kami untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi seluruh pelatih panahan di Kabupaten Subang,” ujar beliau dengan semangat panah melesat.

Dalam sambutannya, Cecep menegaskan bahwa 70 persen keberhasilan atlet panahan ditentukan oleh pelatihnya. Jadi, jangan remehkan peran pelatih. Tanpa mereka, anak panah bisa nyasar ke gorengan tetangga.

“Coaching clinic ini jadi momen penting untuk memberikan motivasi dan inspirasi bagi para pelatih untuk terus mengembangkan diri dan menjadi pelatih yang lebih baik,” tambahnya, seakan memberi semangat layaknya busur yang menegang sebelum anak panah dilepaskan.

Tidak berhenti di situ, Cecep juga menyebut coaching clinic ini akan menjadi acara rutin. Targetnya? Menelurkan lebih banyak pelatih panahan profesional, bukan hanya jago menembak tapi juga jago membina atlet masa depan. Eh, jangan lupa, Subang juga punya gawe rutin: Subang Series 1 dan 2 yang sukses dihelat beberapa waktu lalu.

“Kami akan buat kalender event panahan minimal empat kali dalam setahun. Jadi, tiga bulan sekali ada kegiatan. Biar semangat pelatih dan atlet nggak turun kayak panah yang salah tarikan,” katanya sembari menyusun rencana jangka panjang ala Robin Hood versi Sunda.

Yang bikin makin seru, Perpani Subang juga membuka pintu lebar-lebar bagi masyarakat. Mau jadi atlet? Hayu. Mau sekadar hobi-hobi manis? Bisa banget. “Silakan daftar ke klub-klub di bawah naungan Perpani Subang,” ajak Cecep dengan nada menggoda, seolah sedang menawarkan kupon belanja gratis.

Sementara itu, Coach Oki tampil all out. Dari teknik dasar recurve dan compound, tuning alat, sampai program latihan dan pembinaan mental—semuanya disajikan ngalir kayak aliran sungai Cipunagara. “Coaching clinic ini berdampak positif pada perkembangan olahraga panahan, khususnya di Kabupaten Subang,” ujar Coach Oki, sang maestro busur.

Tak ketinggalan, peserta bernama Ahmad Sirojuddin ikut bersuara. “Melalui coaching clinic ini kami mendapatkan banyak ilmu. Mudah-mudahan Archery Subang semakin berkembang,” ucapnya, sambil mengelus quiver (tempat anak panah), mungkin.

Panahan bukan sekadar olahraga. Di Subang, panahan jadi jalan ninjanya para pelatih dan atlet untuk menorehkan prestasi, menyemai mimpi, dan menancapkan nama Subang di papan skor Porprov 2026 nanti.

Berita ini telah dimuat di portal berita www.lampusatu.com dengan judul asli “Jelang Porprov Jabar 2026, Perpani Subang Gelar Coaching Clinic Bagi Pelatih”

Terobos Rawa Demi Curanmor: Aksi Polisi Subang Ini Bikin Netizen Pegang Kepala

kejar-kejaran polisi Subang curanmor rawa
foto: www.radarbandung.id

SUBANG – Siapa bilang rawa cuma tempat kodok bernyanyi dan nyamuk bercengkrama? Di Subang, Minggu (15/6/2025), rawa-rawa justru jadi panggung aksi kejar-kejaran dramatis antara polisi dan dua terduga maling motor!

Kejadian ini mendadak viral setelah video aksi tersebut diunggah oleh akun @jurnal.informasi di media sosial. Netizen pun dibuat tercengang, bukan karena adegan sinetron, tapi karena keberanian polisi dan aksi dramatis pelaku yang seolah lolos dari film laga.

Menurut Plh Kapolres Subang, Kompol Endar Supriyatna, insiden bermula di Jalan Kapten Hanafiah, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan/Kabupaten Subang sekitar pukul 09.00 WIB. Dua pria yang mengendarai Yamaha N-Max mendadak menabrak pengendara lain. Tapi yang bikin mata melotot bukan itu.

“Saat warga berupaya memberikan pertolongan, salah satu terduga pelaku justru mengeluarkan senjata api dan mengancam warga, kemudian melarikan diri ke arah area rawa-rawa di sekitar lokasi kejadian. Warga pun lantas mengejar dan mengepung dan mengejarnya,” ujar Kompol Endar.

Kejadian ini bukan sekadar kejar-kejaran biasa. Ketika warga dan polisi bersatu padu, bak pasukan film aksi, tim Polres Subang langsung mengerahkan personel lengkap — plus drone! Yup, bukan cuma burung yang bisa terbang di atas rawa, tapi juga teknologi kepolisian.

Penyisiran dilakukan dengan cermat dan penuh adrenalin. Polisi menyusuri semak-semak dan cekungan air. Setelah beberapa saat, keberadaan para terduga pelaku berhasil dideteksi.

Hasilnya? Dua pria itu berhasil diamankan tanpa sempat berbuat macam-macam lagi. Keduanya kini sudah meringkuk di Mapolres Subang untuk menjalani proses penyelidikan lebih lanjut.

“Saat ini, kedua terduga pelaku telah diamankan di Mapolres Subang guna menjalani proses penyelidikan lebih lanjut,” tutup Kompol Endar, dengan nada yang tentu jauh lebih tenang dari kondisi di lapangan.

Berita ini telah dimuat di portal berita www.radarbandung.id dengan judul asli “Viral, Aksi Personel Polres Subang Kejar Terduga Curanmor yang Lari ke Rawa”

Gubernur Dedi: Jadi Pejabat Itu Bukan Buat Tidur Nyenyak, Tapi Buat Keringetan!

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Foto: Radarbogor.jawapos.com

Suarasubang.com – Kalau Anda pikir jadi pejabat itu artinya makan enak, tidur nyenyak, terus jalan-jalan sambil selfie, wah… Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi punya pandangan yang bisa bikin keringetan duluan!

Dalam rapat serius tapi santai bareng para pimpinan daerah, Dedi langsung menyentil dengan kalimat yang bisa bikin yang hadir salah tingkah.
“Orang percaya itu bukan perkara mudah. Maka hari ini kita harus bekerja dengan baik,” katanya penuh penekanan.

Dan belum sempat menarik napas panjang, Dedi menegaskan bahwa duduk di kursi pemerintahan itu bukan buat leha-leha.
“Bukan mau makan enak, bukan mau tidur nyenyak, bukan mau leha-leha, bukan mau jalan-jalan, tapi mau bekerja,” ujarnya, tegas tapi dengan gaya khasnya yang nyeleneh.

Kenapa harus kerja keras? Karena menurut sang gubernur, Jawa Barat masih punya banyak PR! Mulai dari lamanya waktu sekolah, angka pengangguran, sampai kemiskinan—semuanya masih relatif tinggi. Belum lagi masalah pinjol alias pinjaman online.
“Orang pelanggannya Bank Emok masih sangat tinggi. Berbagai hal Jawa Barat ranking pertama,” beber Dedi, sambil menggambarkan situasi yang bisa bikin geleng-geleng kepala.

Tapi kenapa Jabar selalu muncul di ranking atas? Jawabannya simpel tapi bikin mikir: jumlah penduduknya buanyak!
“Jumlah penduduk yang sangat besar memiliki konsekuensi pada 1% angka di Jawa Barat itu akan mempengaruhi statistik nasional,” lanjutnya.

Makanya, kata Dedi, sekarang enggak ada waktu buat gaya-gayaan ala Menara Gading—yang cuma bagi-bagi uang tanpa tahu ujungnya buat apa.
“Maka hari ini provinsi enggak bisa lagi begitu,” katanya sambil mengingatkan, zaman sudah berubah, bung!

Provinsi Jawa Barat, katanya lagi, sekarang harus jadi stimulator, regulator, dan motivator. Singkatnya: provinsi kudu jadi mesin penyemangat, bukan sekadar mesin fotokopi anggaran.
“Karena brandingnya hari ini sudah branding Jawa Barat. Kita tahu bahwa hari ini apapun komplain itu komplainnya ke gubernur,” katanya, seolah-olah siap menerima komplain sambil ngopi.

Dedi juga menyampaikan fakta unik:
“Jalan desa atau jalan kabupaten rusak komplain ke gubernur. Kemudian berbagai problem sampai anak tidak mau makan aja komplain ke gubernur. Kemudian anak tidak mau tidur komplain ke gubernur. Anak tidak mau sekolah komplain ke gubernur. Ini adalah sesuatu yang menurut saya ikonic,” ujarnya sambil mungkin menahan tawa.

Tapi semua itu ada sisi seriusnya juga. Karena kalau tidak dikelola dengan baik, bisa-bisa kepercayaan publik meluruh seperti es krim di siang bolong.
“Di mana nanti akan mengalami degradasi ketidakpercayaan orang,” tandasnya menutup pernyataan.

Berita ini telah dimuat di portal berita radarbogor.jawapos.com dengan judul asli “Jabar Rangking Pertama, Bekerja dengan Gubernur Jawa Barat Tidak Bisa Tidur Enak, Dedi Mulyadi: Orang Pelanggannya Bank Emok Masih Sangat Tinggi”

Deskripsi Meta:

Tag:

Jalan Rusak Sejak 2020, Warga Soklat Kompak Turun Tangan!

Warga Soklat Subang swadaya perbaiki jalan
Foto: tintahijau.com

SUBANG – Di tengah harapan yang tak kunjung datang dari langit birokrasi, warga RT 32 RW 12 Kelurahan Soklat, Kecamatan Subang, akhirnya memilih untuk bertindak. Tak ingin lagi motor tergelincir atau sepeda nyelonong ke lubang tanpa permisi, mereka pun bahu-membahu memperbaiki jalan rusak sepanjang 200 meter dengan semangat gotong royong yang bikin hati hangat.

Jalan ini bukan jalan biasa. Ia adalah jalur penghubung Kecamatan Subang dan Kecamatan Cibogo via Kelurahan Wanareja. Sejak 2020, jalan ini lebih mirip trek off-road ketimbang fasilitas umum. Lubang menganga, permukaan tak rata, dan kisah tragis jatuhnya pengendara sudah menjadi cerita sehari-hari.

Lelah menunggu janji manis yang tak kunjung ditepati, warga akhirnya mengambil langkah berani: “Kita perbaiki sendiri saja!” kata mereka, tentu dengan sedikit keluhan, banyak harap, dan satu dua gelas kopi.

Lurah Soklat, Adang Poluan, pun angkat topi atas semangat warga. Ia mengatakan, “Karena tidak ada anggaran, warga akhirnya berinisiatif swadaya. Mereka iuran untuk beli semen, pasir, bahkan kopi untuk mendukung kegiatan kerja bakti ini,” ucapnya pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Aksi ini tak tanggung-tanggung. Campuran pasir dan semen disiapkan. Satu truk pasir senilai satu juta rupiah pun diturunkan ke medan tempur—eh, jalan berlubang. Dari Pak RT sampai karang taruna, dari Bhabinsa hingga Bhabinkamtibmas, semua turun ke jalan. Bukan demo, tapi gotong royong!

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak RT, RW, karang taruna, tokoh agama, dan seluruh masyarakat yang ikut membantu. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapat ridho Allah SWT,” tambah Pak Lurah dengan suara haru dan penuh syukur.

Namun, beliau juga mengingatkan: ini bukan akhir dari segalanya. Urusan anggaran tetaplah tugas Dinas PUPR. Warga berharap semangat mereka ini bisa menjadi lampu sorot yang menyinari mata para pengambil kebijakan di Kabupaten Subang. Supaya jalan-jalan rusak tak lagi jadi jebakan Batman.

Karena ya… jalan itu harusnya dilalui, bukan dilawan.

Berita ini telah dimuat di portal berita tintahijau.com dengan judul asli “Warga Soklat Subang Swadaya Perbaiki Jalan Rusak Sejak 2020”

RSUD Subang Ngebut! Nilai Kepuasan Masyarakat Melejit, Layanan Makin Ciamik!

IKM RSUD Subang meningkat 2025

SUBANG – Ada kabar segar dari dunia pelayanan kesehatan, dan kali ini datang langsung dari jantung pelayanan medis Kabupaten Subang. RSUD Subang bikin gebrakan! Bukan dengan drama sinetron medis ala TV, tapi lewat lonjakan nilai cinta masyarakat alias Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang bikin senyum makin lebar!

Dalam survei terbaru yang digelar sesuai Permenpan-RB Nomor 14 Tahun 2017, RSUD Subang menorehkan nilai IKM fantastis: 94,41 untuk Semester I tahun 2025. Itu artinya, RSUD kita masuk kategori A, dengan label manis: Kinerja Baik. Cihuy!

Capaian ini tentu bukan sulap, apalagi sihir. Dengan jumlah responden sebanyak 2.639 orang dari Februari sampai Juni 2025, suara masyarakat jelas tak bisa dianggap angin lalu. Sebagai perbandingan, nilai IKM tahun 2024 hanya 84,44 dari 3.573 responden, dan tahun 2023 lebih mungil lagi: 84,24 dari 124 responden.

Nah lho, lonjakan ini bukan cuma angka di kertas, tapi bukti nyata kalau RSUD Subang bukan sekadar rumah sakit, tapi rumah pelayanan yang makin mantap.

Menurut sang nahkoda RSUD Subang, dr Ahmad Nasuhi, keberhasilan ini bukan karena dewa-dewa statistik. Tapi karena kritik dan masukan dari masyarakat yang langsung dijadikan bahan bakar perbaikan.

“Setiap kritik dan masukan dari pasien menjadi bahan evaluasi penting bagi kami. Kami tidak hanya menargetkan angka tinggi dalam survei, tapi juga pengalaman nyata pasien di lapangan,” ujarnya kalem namun mantap.

Salah satu jurus andalan yang bikin puas adalah sistem antrean online berbasis barcode. Gak perlu lagi datang pagi-pagi kayak mau rebutan sembako. Tinggal scan dari rumah, dan… voilà, nomor antrean di tangan. Antrean? Jadi nostalgia masa lalu.

Ibu Yuliani (42) dari Pagaden mengangguk puas. Beberapa kali mendampingi ibunya kontrol, beliau merasakan perubahan nyata.

“Sekarang antreannya lebih cepat, enggak seruwet dulu. Cukup scan barcode dari rumah, kita sudah tahu jadwalnya. Ibu saya yang sudah sepuh juga nyaman karena enggak nunggu lama. Petugasnya juga lebih ramah sekarang,” ceritanya sambil tersenyum.

Deni (35), warga Subang Kota, yang baru saja menyambut buah hati pertamanya di RSUD Subang, juga angkat bicara. Ia memuji pelayanan yang tertib, informatif, dan bebas jebakan biaya siluman.

“Dari pendaftaran sampai ruang bersalin semua tertib, informatif, dan tidak ada biaya tambahan yang membingungkan. Kita juga mudah nanya-nanya ke petugas. Sangat membantu buat keluarga seperti kami yang baru pertama kali punya anak,” katanya penuh syukur.

Tak heran kalau pencapaian ini jadi catatan emas di meja Pemkab Subang. Ini bukan sekadar laporan formalitas, tapi bukti nyata pelayanan publik bisa ramah dan efisien dalam satu paket lengkap.

RSUD Subang pun tak mau terlena. Manajemen menegaskan, target mereka bukan hanya memoles angka, tapi membangun kepercayaan jangka panjang, memperluas digitalisasi, dan menghadirkan layanan yang lebih manusiawi dari sekadar mesin antrean.

“Prestasi ini bukan akhir, tapi baru langkah awal menuju pelayanan rumah sakit yang makin profesional, modern, dan humanis,” begitu bunyi pesan penutup dari manajemen RSUD—yang sepertinya sedang hangat-hangatnya membangun pelayanan penuh cinta.

Berita ini telah dimuat di portal berita tintahijau.com dengan judul asli “IKM Terhadap Layanan RSUD Subang Meningkat Tajam, Semester I 2025 Raih Nilai A”

Recent Posts