Beranda blog Halaman 4

Subang Anugerahkan Desa Wisata Terbaik 2025, Kang Rey: “Wisata Milik Rakyat, Bukan Investor”

Anugerah Desa Wisata Subang 2025

Subang – Bupati Subang Reynaldy Putra Andita bersama Wakil Bupati Agus Masykur Rosyadi menghadiri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Kabupaten Subang Tahun 2025 di Hotel Laska Subang, Rabu (8/10/2025).

Sebanyak 15 desa wisata berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini. Setelah melalui proses seleksi dan visitasi selama dua minggu, delapan desa wisata terpilih menerima penghargaan dari dewan juri yang terdiri dari akademisi, budayawan, birokrat, dan praktisi pariwisata.

Dewan juri diketuai oleh Dr. Dewi Turgarini, S.S., MM.Par dari Universitas Pendidikan Indonesia, dengan anggota Dr. Mohamad Zaini Alif (Budayawan ISBI Bandung), Irma Yuliawantini, S.STP., M.AP (Disparbud Provinsi Jawa Barat), dan Asep Hidayat Mustopa (Praktisi Rumah Hanjeli Indonesia, Sukabumi).

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Subang, Dra. Nenden Setiawati, M.Si, menjelaskan bahwa ADWI Subang bukan sekadar ajang penilaian, tetapi juga wadah kolaborasi antar pelaku wisata untuk memperkuat promosi desa wisata hingga tingkat nasional.
“Dari 27 desa wisata yang mendaftar, diseleksi menjadi 15, lalu tersisa 8 yang mendapat anugerah. Ke depan hasil ADWI Subang akan kami usulkan ke tingkat provinsi dan nasional,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Bupati Subang Reynaldy Putra Andita menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya ADWI yang menjadi simbol semangat gotong royong dalam membangun pariwisata berkelanjutan.
“Momen ini bukan sekadar penghargaan, tapi cermin kerja keras kita bersama dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Mari kita kembangkan potensi wisata Subang lewat desa wisata sebagai kekuatan ekonomi rakyat,” ujar Kang Rey.

Ia menegaskan bahwa Subang tidak hanya dikenal lewat sektor pertanian dan industri, tetapi juga harus tampil sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Barat.
“Selain terkenal pertaniannya, industrinya, Subang juga harus semakin dikenal karena pariwisatanya yang luar biasa,” tegasnya.

Kang Rey mengakui masih banyak pekerjaan rumah, terutama soal infrastruktur menuju kawasan wisata. Ia memastikan pemerintah daerah terus memperbaiki akses secara bertahap.
“Subang punya potensi wisata luar biasa, tapi memang belum semuanya mendapat sentuhan terbaik. Pelan-pelan kita benahi. Akses Kumpay–Kasomalang dan Kasomalang–Cibuluh sudah kita buka. Ini bukti nyata komitmen kita membangun akses wisata yang baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa desa wisata adalah wajah sejati Kabupaten Subang karena mencerminkan keindahan alam, kearifan lokal, dan keramahan masyarakat.
“Wisata di Subang harus menjadi motor ekonomi rakyat. Wisata bukan milik investor, tapi milik masyarakat Subang sepenuhnya,” tegasnya disambut tepuk tangan peserta.

Kang Rey juga mengungkapkan komitmen Pemkab Subang untuk terus berinovasi memperkenalkan potensi wisata daerah, salah satunya melalui Subangfest yang rutin digelar setiap akhir bulan.
“Satu hari Subangfest saja bisa menggerakkan ekonomi ratusan juta rupiah. Ini cara kami menarik orang datang ke Subang dan memberi dampak ekonomi langsung bagi masyarakat,” pungkasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penganugerahan kepada para pemenang:

  • Juara 1: Desa Wisata Sukamandi, Kecamatan Sagalaherang
  • Juara 2: Desa Wisata Kasomalang Kulon, Kecamatan Kasomalang
  • Juara 3: Desa Wisata Tambakmekar, Kecamatan Jalancagak

Kategori penghargaan khusus:

  1. Ekonomi Terngabret: Desa Wisata Bunihayu, Kecamatan Jalancagak
  2. Sosial Budaya Terngabret: Desa Wisata Dayeuh Kolot, Kecamatan Sagalaherang
  3. Inovasi Terngabret: Desa Wisata Sidajaya, Kecamatan Cipunagara
  4. Lingkungan Terngabret: Desa Wisata Sukasari, Kecamatan Dawuan
  5. Desa Wisata Terfavorit/Terngabret: Desa Wisata Sanca, Kecamatan Ciater

Sebagai bentuk apresiasi pribadi, Kang Rey memberikan hadiah tambahan sebesar Rp5 juta kepada tiga desa wisata terbaik dan Rp2 juta untuk masing-masing pemenang kategori khusus.
“Ini bentuk kecil dukungan saya agar semangat teman-teman pengelola wisata tetap menyala,” ujarnya sambil menyerahkan hadiah.

Turut hadir dalam acara tersebut anggota DPRD Kabupaten Subang, para kepala OPD, camat, kepala desa, dan pelaku wisata dari berbagai wilayah.

Petani Subang Belajar Adaptasi Iklim Lewat Sekolah Lapang BMKG

Sekolah Lapang Iklim BMKG Subang

Subang – Perubahan iklim kini menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian. Cuaca ekstrem dapat menurunkan hasil panen dan kualitas produk, yang akhirnya mengancam ketahanan pangan nasional. Di tengah dampak pemanasan global, kemampuan petani beradaptasi menjadi kunci penting agar pertanian tetap bertahan dan produktif.

Sebagai langkah nyata, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Jawa Barat menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional di Desa Situsari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang. Kegiatan berlangsung pada 30 September hingga 2 Oktober 2025 dan diikuti oleh 50 peserta, terdiri dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), serta kelompok tani sekitar.

Peserta mendapatkan pembelajaran langsung mengenai pengamatan agroekosistem, diskusi interaktif, dan evaluasi pemahaman iklim di lingkungan mereka. BMKG juga membagikan kuesioner untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta setelah mengikuti kegiatan.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen BMKG dalam membantu petani memahami dinamika cuaca dan iklim. “Pertanian di Indonesia sangat sensitif terhadap variabilitas iklim. Karena itu, penting bagi petani untuk memahami dan memanfaatkan informasi iklim agar dapat mengelola lahan secara lebih adaptif dan produktif,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa Subang memiliki potensi pertanian besar karena kondisi iklimnya yang mendukung. “Iklim yang baik adalah sumber daya yang harus kita kelola dengan bijak. Dengan memahami informasi cuaca dan iklim, petani bisa meminimalkan risiko gagal panen serta meningkatkan hasil pertanian yang berkelanjutan,” katanya.

Kegiatan praktik di SLI tidak hanya berisi teori, tetapi juga pengamatan langsung di lahan sawah. Peserta belajar mengenali pertumbuhan padi, mendeteksi potensi gangguan organisme pengganggu tanaman, serta menganalisis faktor lingkungan yang memengaruhi hasil panen. Pembelajaran dilakukan bertahap, mulai dari pengamatan hingga pengambilan keputusan pengelolaan lahan.

Data iklim juga menjadi bagian penting. Peserta menggunakan Automatic Weather Station (AWS) dan data dari stasiun BMKG terdekat untuk memahami hubungan antara kondisi iklim dan pertumbuhan tanaman. Kombinasi antara data ilmiah dan observasi lapangan membantu petani menentukan waktu tanam, varietas, serta komoditas unggulan yang sesuai dengan kondisi wilayah mereka.

Dengan pendekatan ini, literasi iklim petani meningkat, membuat mereka lebih siap menghadapi perubahan iklim jangka panjang. Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat diteruskan kepada kelompok tani lain agar manfaatnya semakin luas.

Sebagai penutup, kegiatan diakhiri dengan panen bersama yang dihadiri oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Direktur Layanan Iklim Terapan BMKG, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan, serta sejumlah pejabat daerah. Kehadiran berbagai pihak ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan kapasitas adaptasi petani terhadap perubahan iklim.

Cemburu Membutakan, Pria di Subang Aniaya Mantan Istri hingga Luka Serius di Leher

Penganiayaan mantan istri di Subang

Subang – Aksi brutal terjadi di Subang. Seorang pria berinisial KS (28) nekat menganiaya mantan istrinya, Safitri (22), hingga mengalami luka serius di leher. Peristiwa memilukan itu terjadi pada Kamis (25/9/2025) sekitar pukul 21.30 WIB di Jalan Compreng–Pusak, Dusun Sukaseneng, Kecamatan Compreng, Subang.

Menurut keterangan Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, korban saat itu tengah melintas sendirian menggunakan sepeda motor. Tanpa disangka, pelaku yang sudah menunggu di lokasi langsung memepet kendaraan korban hingga terjatuh.

“Korban yang terluka parah sempat diselamatkan warga sekitar. Sementara pelaku melarikan diri dan menghilang selama satu hari penuh. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke Polsek Compreng pada Jumat (26/9/2025) pukul 10.00 WIB,” kata Hendra, Selasa (7/10/2025).

Setelah menjatuhkan korban, pelaku menyerang dengan senjata tajam dan melukai bagian leher korban. Beruntung, warga yang melintas segera memberikan pertolongan dan membawa korban ke fasilitas medis terdekat.

Tim Resmob Satreskrim Polres Subang bersama Unit Reskrim Polsek Compreng segera melakukan penyelidikan intensif.

“Dalam waktu kurang dari 24 jam, pelaku berhasil ditangkap di Kampung Kertasmaya, Desa Kertasmaya, Kecamatan Kertasmaya, Kabupaten Indramayu, pada Sabtu (27/9/2025) pukul 09.25 WIB,” ujar Hendra.

Penangkapan berlangsung tanpa perlawanan. Polisi mengamankan barang bukti berupa pakaian korban yang berlumuran darah dan sepeda motor korban yang rusak akibat insiden tersebut.

Hendra menjelaskan, aksi KS tergolong penganiayaan berat.

“Dari hasil pemeriksaan sementara, motifnya diduga kuat karena rasa cemburu dan masalah pribadi setelah perceraian. Kami masih mendalami apakah ada unsur perencanaan dalam aksi pelaku,” katanya.

Saat ini, korban masih menjalani perawatan intensif akibat luka robek cukup dalam di leher.

“Pelaku dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan Berat, dengan ancaman hukuman maksimal delapan tahun penjara,” ujar Hendra menegaskan.

VinFast Siap Serap 1.000 Tenaga Kerja Lokal di Pabrik Subang

VinFast Subang serap tenaga kerja

Subang – Pembangunan pabrik perakitan kendaraan listrik VinFast di Subang, Jawa Barat, dipastikan membawa angin segar bagi para pencari kerja. Perusahaan otomotif asal Vietnam ini menargetkan penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar pada tahap pertama operasional pabriknya.

Bagi masyarakat Subang dan sekitarnya, ini kabar baik. Pasalnya, VinFast Indonesia telah menyiapkan rekrutmen awal untuk pekerja lokal yang akan mengisi berbagai posisi di pabrik tersebut.

“Pada perencanaan awal, nanti di tahap pertama kita mungkin menyerap tenaga kerja antara 900 hingga 1.000 orang pada fase satu,” ungkap Kariyanto Hardjosoemarto, CEO VinFast Indonesia, kepada GridOto di Vietnam (24/09).

Kariyanto menambahkan, para pekerja ini akan mulai beraktivitas menjelang dimulainya produksi percobaan (trial production) yang dijadwalkan berlangsung pada akhir tahun ini.

“Dan tentu kita harapkan jumlahnya akan terus berkembang dan bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja,” harapnya.

Optimisme ini sejalan dengan visi besar VinFast untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Selain membuka lapangan kerja langsung, keberadaan pabrik juga diyakini akan memunculkan efek berganda bagi sektor lain.

“Kami yakin dengan pabrik itu akan memberikan multiplier effect yang sangat besar, tidak hanya kepada kami, direct employee, tapi juga kepada indirect dengan supplier dan lain sebagainya,” jelas Kariyanto.

Dengan semangat inovasi dan komitmen terhadap kontribusi sosial, VinFast berharap pabrik Subang menjadi salah satu tonggak penting dalam pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia — sekaligus membuka peluang kerja luas bagi masyarakat.

Dahana Ajak Media Subang “Merajut Cerita, Menguatkan Relasi” Lewat Media Gathering

Media Gathering PT Dahana Subang

Subang – PT Dahana kembali menjalin keakraban dengan insan media melalui kegiatan Media Gathering bersama para jurnalis lokal Subang. Acara yang berlangsung di RM Saung Ambu, Subang, Jawa Barat, pada Selasa, 7 Oktober 2025, ini dihadiri oleh sejumlah awak media dari berbagai platform cetak, daring, dan elektronik.

Senior Manager Komunikasi Perusahaan dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Dahana, Cipta Ismaya Kusumah, menyambut hangat kehadiran para jurnalis. Ia menuturkan bahwa kegiatan media gathering merupakan agenda rutin yang digelar oleh divisinya untuk memperkuat hubungan baik dan mempererat silaturahmi dengan media yang selama ini menjadi mitra strategis perusahaan.

“Kami berterima kasih atas dukungan teman-teman media yang selalu setia memberitakan kegiatan dan kontribusi Dahana untuk masyarakat, khususnya di Kabupaten Subang. Melalui pertemuan ini, kami ingin semakin mempererat hubungan dan saling memahami peran masing-masing dalam membangun ekosistem informasi yang sehat,” ujar Cipta.

Kegiatan bertema “Merajut Cerita, Menguatkan Relasi” ini menggambarkan semangat kebersamaan dalam membangun kisah positif antara perusahaan dan media. Melalui saling berbagi cerita dan pengalaman, diharapkan hubungan antara PT Dahana dan media lokal dapat terus tumbuh kuat dan berkelanjutan.

Acara berlangsung dalam suasana santai dan penuh keakraban. Para jurnalis tampak aktif berdialog dan berdiskusi mengenai berbagai informasi serta kegiatan terbaru dari Dahana. Suasana kehangatan semakin terasa saat sesi tanya jawab, ramah tamah, dan permainan interaktif yang diselingi makan siang bersama.

Perwakilan media lokal Subang, Dally, menyampaikan apresiasi terhadap langkah Dahana yang konsisten menjaga keterbukaan informasi.

“Kami merasa dihargai dengan adanya kegiatan seperti ini. Semoga sinergi antara Dahana dan media lokal terus terjalin erat, tidak hanya dalam pemberitaan, tetapi juga dalam mendukung pembangunan dan kemajuan masyarakat Subang,” ujar Dally.

Melalui kegiatan ini, Dahana menunjukkan komitmennya untuk terus membangun hubungan harmonis dengan media sebagai mitra strategis dalam membangun citra industri pertahanan yang inovatif dan berdaya saing, sekaligus berkontribusi bagi kemajuan masyarakat sekitar.

Lestarikan Budaya Sunda, Dahana Gelar Lomba Tari Jaipong Kreasi untuk Pelajar Subang

Lomba Tari Jaipong Kreasi PT Dahana

Subang – Rangkaian Pekan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Dahana terus berlanjut dengan semangat budaya yang menggelora. Pada hari ketiga, Selasa, 7 Oktober 2025, perusahaan spesialis bahan peledak ini menggelar Lomba Tari Jaipong Kreasi tingkat SMP se-Kabupaten Subang di Bale Dahana. Suasana berlangsung meriah, diwarnai antusiasme puluhan pelajar yang tampil memukau dengan berbagai gaya Jaipong khas Sunda.

Ajang ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan bakat sekaligus menumbuhkan kecintaan terhadap budaya daerah. Jaipong, yang merupakan warisan seni tradisional Sunda, disulap menjadi tarian yang segar dan penuh kreasi, mencerminkan semangat remaja Subang yang bangga dengan identitas budayanya.

Manajer TJSL PT Dahana, Ismail Kurbani, membuka acara dengan semangat tinggi. Ia menyampaikan apresiasinya terhadap para peserta yang menunjukkan kepedulian terhadap warisan budaya lokal.

“Kami sangat bangga melihat generasi muda yang tetap mencintai budaya tradisional, khususnya tari Jaipong. Melalui lomba ini, kami berharap semakin banyak anak muda yang menghargai dan menjaga kearifan lokal,” ujar Ismail.

Lebih lanjut, Ismail menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar hiburan, tetapi bagian dari komitmen Dahana untuk memperkuat nilai-nilai kebudayaan di wilayah Subang — tempat berdirinya salah satu fasilitas utama perusahaan bahan peledak nasional ini.

Sebagai anggota DEFEND ID dan BUMN yang bergerak di bidang bahan peledak serta layanan peledakan terintegrasi, PT Dahana berupaya untuk tidak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga berkontribusi aktif terhadap pembangunan sosial, pendidikan, dan budaya masyarakat sekitar.

Melalui berbagai program TJSL — mulai dari lomba seni, edukasi lingkungan, hingga pengobatan gratis — Dahana terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan visi Serving the Nation Better, yakni melayani negeri dengan lebih baik.

Subang Guyub! 12 Ketua PKK Kecamatan Resmi Dilantik, Kang Akur: Dari Dapur yang Bersih Lahir Subang yang Tangguh

Pelantikan Ketua PKK Subang

Subang pagi itu semarak.
Deretan kebaya warna-warni menebar semangat di aula pelantikan yang penuh tawa dan tepuk tangan.

Sebanyak 12 Ketua TP PKK dan Tim Pembina Posyandu dari berbagai kecamatan resmi dikukuhkan, Senin (6/10/2025).
Acara yang dihadiri Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi—atau yang akrab disapa Kang Akur—menyatukan 250 peserta yang datang dengan wajah sumringah.

Terdiri dari 210 anggota TP PKK kecamatan, mulai dari ketua, sekretaris, hingga pokja, serta 40 pengurus kabupaten, suasana pelantikan terasa lebih seperti reuni besar keluarga.
Tapi tentu bukan sekadar temu kangen—ini tentang misi besar pemberdayaan keluarga Subang.

Tak hanya pelantikan, acara juga dirangkai dengan sosialisasi dua program penting: Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) serta Keluarga Sehat Sadar Gizi (Kadarzi).
Dua istilah panjang yang intinya: makan jangan sembarangan, tapi juga jangan kelaparan informasi soal gizi.

Dalam sambutannya, Kang Akur menyampaikan apresiasi dengan gaya khasnya yang hangat dan bersemangat.
“Apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran TP PKK Kabupaten Subang, yang dikomandani Ibu Ega, yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa, dalam menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat, mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi keluarga, hingga ketahanan pangan,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa membangun keluarga sehat dan sejahtera bukan proyek semusim, tapi investasi jangka panjang daerah.
“Investasi jangka panjang itu adalah, investasi sumber daya manusia. Masalah kita bukan hanya soal infrastruktur, tapi bagaimana anak-anak kita bergizi, cerdas, dan sejahtera. Dan salah satu komandonya ada di keluarga,” ujarnya.

Kalimatnya menohok tapi hangat—seperti teh manis yang diseruput pagi-pagi.
Kang Akur juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah kecamatan, PKK, dan masyarakat, agar gizi keluarga tak hanya cukup, tapi juga kuat menahan guncangan zaman.

Ia menyebut pelantikan dan sosialisasi ini bukan sekadar seremoni, melainkan gerakan nyata menuju Subang yang sehat dan tangguh dari dapur ke dapur.
Bahkan, ia menyinggung isu penting tentang pengawasan keamanan MBG (Makanan Bergizi Gratis) di Jawa Barat.

“Karena itu saya titip, minggu lalu saya diundang mewakili Bapak Bupati untuk rapat bersama Gubernur,” ucapnya, dengan nada serius tapi tetap bersahabat.

Tak lupa, Wabup mengajak seluruh jajaran PKK agar tak hanya berkegiatan di atas kertas, tapi turun langsung ke masyarakat.
“Tidak ada salahnya para Ketua PKK di tiap kecamatan berkunjung, bersilaturahmi, mendekat ke setiap dapur di wilayah masing-masing. Dari dapur yang bersih, sehat, dan aman, lahir keluarga yang kuat dan Subang yang tangguh,” pesannya.

Sebuah pesan sederhana tapi mengena—bahwa kekuatan sebuah daerah, kadang memang dimulai dari aroma masakan di dapur yang bersih.

Sisingaan Subang: Dari Gotong Singa ke Singa Manuk, Ketika Tradisi Bertransformasi

Kesenian Sisingaan Subang

SUBANG – Kalau dulu arak-arakan warga Subang selalu diiringi dengan denting gamelan dan raungan terompet khas Sunda, kini pemandangannya mulai bergeser. Kesenian Sisingaan—ikon budaya yang dulu menjadi kebanggaan kabupaten ini—perlahan tergeser oleh “adik modernnya” bernama Singa Manuk.

Kesenian Sisingaan atau yang kerap disebut gotong singa biasanya hadir saat warga punya hajat, seperti khitanan atau syukuran besar. Diiringi musik gamelan yang menggelegar lembut, arak-arakan ini membawa patung singa yang dinaiki oleh anak dari tuan rumah. Sementara itu, warga yang ikut mengiringi berjoget riang dan sesekali memberikan saweran kepada pesinden.

“Biasanya akhir arakan ditutup dengan atraksi sulap atau pertunjukan seru lainnya,” kata salah satu seniman lokal. Dulu, Sisingaan bukan sekadar hiburan—ia simbol kebersamaan dan kebanggaan masyarakat Subang.

Namun, seiring waktu, selera generasi muda bergeser. Gamelan dan terompet dianggap “kurang greget”, kalah pamor dari dentuman musik modern. Para pengusaha Sisingaan pun putar otak—mereka menambahkan musik modern di belakang gamelan agar dua generasi bisa sama-sama bergoyang: yang tua ikut menikmati tradisinya, yang muda ikut menari dengan irama kekinian.

Transformasi tak berhenti di situ. Kini, yang digotong bukan lagi patung singa, melainkan burung—bahkan karakter dari film animasi! Masyarakat pun menamainya Singa Manuk, meskipun bentuknya sudah jauh dari “singa” aslinya. “Gerakannya juga beda, lebih santai. Kalau Sisingaan dulu lincah dan enerjik, Singa Manuk cukup bergoyang atau berputar ketika orang tua penunggang memberi saweran,” ujar warga setempat sambil tertawa.

Agar lebih meriah, pengusaha hiburan menambahkan badut-badut lucu dalam rombongan arak-arakan. Jadilah suasana yang lebih ramai, penuh warna, dan tentu—lebih Instagramable. Tak heran, masyarakat Subang bagian utara kini lebih memilih Singa Manuk untuk memeriahkan hajatan mereka.

Sayangnya, di balik keriuhan itu, Sisingaan asli Subang mulai kehilangan panggungnya. Kini, ia hanya tampil di acara kebudayaan atau dilestarikan di sekolah-sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Sebuah ironi: kesenian yang dulu hidup di jalanan, kini hanya bisa bernapas di ruang-ruang pendidikan.

Program Pemutihan Pajak Kendaraan Berakhir, Samsat Subang Siap “Razia” Penunggak Pajak!

Pemutihan pajak kendaraan Subang

SUBANG – Warga Subang, siap-siap ya! Masa santai dari “ampunan pajak” resmi berakhir. Program pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang selama ini jadi penyelamat bagi para penunggak, kini sudah ditutup rapat. Tak ada lagi pemutihan di tahun-tahun mendatang—artinya, semua wajib pajak harus kembali disiplin membayar kewajibannya.

Kepala Kantor P3DW Samsat Subang, Lovita Andriana Rosa, menjelaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan pengumuman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Badan Pendapatan Daerah (Bapenda), Nomor 1085/KU.03.02/Bapenda. Program pemutihan PKB dan BBNKB berakhir pada 30 September 2025. Mulai Oktober ini, masyarakat diimbau untuk membayar pajak kendaraan bermotor lewat berbagai layanan—baik di kantor Samsat, gerai, maupun platform digital yang disediakan pemerintah.

“In syaa Allah, di pertengahan Oktober 2025 ini, kami akan melakukan penelusuran tunggakan pajak dan menegakkan aturan demi optimalisasi pendapatan daerah,” ujar Lovita kepada RRI Subang, Senin (6/10/2025).

Penelusuran tersebut akan berlangsung hingga akhir Desember 2025. Lovita pun mengimbau masyarakat yang masih menunggak untuk segera melunasi pajaknya sebelum petugas Samsat dan Kepolisian turun ke lapangan. “Kalau masih menunggak dan terjaring, harus bayar di tempat. Kalau belum punya uang, kami berikan surat peringatan agar segera melunasi sesuai ketentuan,” tegasnya.

Ia menambahkan, kesadaran wajib pajak memegang peran penting agar pendapatan daerah dari sektor pajak kendaraan bermotor bisa tetap stabil. “Mudah-mudahan dengan penelusuran ini, pendapatan pajak kendaraan bermotor bisa optimal dan memberi manfaat bagi pembangunan daerah,” tandasnya.

Jadi, sebelum petugas datang dengan senyum ramah tapi tegas, pastikan kendaraanmu sudah lunas pajaknya—biar jalan tenang, hati pun tenteram.

Kuwu dan Kaur Keuangan di Kecamatan Subang Terseret Kasus Korupsi Dana Desa, Rugikan Negara Rp182 Juta

Korupsi Dana Desa Subang

Suarasubang.com – Drama baru kembali muncul di jagat pemerintahan desa. Seorang Kuwu berinisial ME dan Kaur Keuangan berinisial DA di salah satu desa Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan, resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Kuningan, Senin (6/10/2025).

Penetapan keduanya dilakukan setelah Tim Penyidik Pidana Khusus Kejari Kuningan mengantongi bukti permulaan yang dinilai cukup, berlandaskan Pasal 184 KUHAP Ayat (1) jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 21/PUU-XII/2014.

Modusnya pun, bisa dibilang “klasik tapi tetap menyakitkan”—memotong hak rakyat. “Adapun modus yang dilakukan oleh kedua tersangka adalah dengan melakukan pemotongan Tunjangan Kinerja Perangkat Desa dan pemotongan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) yang seharusnya diterima masyarakat,” ungkap Kepala Kejari Kuningan, Ikhwanul Ridwan Saragih, SH, melalui Kasi Intel, Brian Kukuh Mediarto, SH.

Akibat perbuatan itu, negara diperkirakan merugi sebesar Rp182.062.000. Uang yang seharusnya meringankan beban masyarakat, justru “tersangkut di jalan” akibat ulah dua oknum tersebut.

Para tersangka kini dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Mereka juga disangkakan Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, dan subsidair Pasal 3 undang-undang yang sama.

“Setelah ditetapkan sebagai tersangka, terhadap para tersangka dilakukan penahanan penyidik selama 20 hari ke depan di Lapas Kelas IIA Kuningan, Jawa Barat,” tambah Brian.

Kasus ini menjadi pengingat pahit bahwa godaan uang rakyat masih sering menggoda tangan-tangan yang seharusnya amanah.

Recent Posts