Beranda blog Halaman 24

Subang Ngebut! Forum Otomotif Resmi Dibuka, BYD & Vinfast Jadi Bumbu Pedasnya

Transformasi industri Subang

SUBANG – Jangan remehkan Subang, ya. Kabupaten yang dulu dikenal sebagai lumbung padi kini mulai menjelma jadi “lumbung investasi otomotif”! Rabu, 23 Juli 2025, Wakil Bupati Subang, Kang Akur—nama panggung dari H. Agus Masykur Rosyadi—meresmikan Forum Industri Otomotif yang digelar di Hotel Laska Subang.

Acara bertajuk “Ekosistem Industri Subang dan Sekitarnya” ini bukan cuma sekadar ngumpul-ngumpul biasa, lho. Forum ini jadi ajang silaturahmi strategis antara para pelaku industri otomotif, baik kelas kakap maupun UKM, demi mengatur langkah bersama dalam menghadapi derasnya arus investasi.

Kepala Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Kemenperin RI, Dr. Gunawan, S.Si., M.Eng., langsung turun tangan. Beliau menyampaikan, “Industri otomotif di Subang tengah bergerak cepat. Besarnya minat investor harus dibarengi kolaborasi antar pelaku industri, baik skala besar, menengah, maupun kecil, termasuk peran pemerintah dalam memperkuat rantai pasok.”

Dan tentu, bukan Subang namanya kalau tidak peduli sama warganya. Gunawan juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja lokal. “Forum ini menjadi langkah awal kemitraan strategis antara pelaku industri utama dan pendukung, sekaligus meningkatkan kapasitas SDM lokal agar siap bersaing,” tambahnya.

Kang Akur pun tak tinggal diam. Beliau mengapresiasi Kemenperin yang mendukung percepatan industri Subang secara inklusif dan berkelanjutan. “Sinergi seperti ini menjadi pondasi penting dalam membangun Subang sebagai kawasan industri yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga menyejahterakan,” katanya dengan penuh semangat.

Kini, Subang sedang gaspol ke arah percepatan kemajuan, terutama setelah dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) resmi hadir. Namun tenang saja, Kang Akur menegaskan bahwa Subang tetap menjaga jati dirinya sebagai lumbung padi nasional ketiga. “KEK ini tidak hanya mempercepat industrialisasi, tetapi juga tetap mempertahankan peran Subang sebagai lumbung padi nasional ketiga,” tegasnya.

Nah, di sinilah peran warga lokal jadi kunci. Jangan sampai jadi penonton di kampung sendiri! “Kehadiran industri besar harus dibarengi pemberdayaan masyarakat lokal. Mereka harus dilibatkan agar benar-benar mendapat manfaat dari geliat pembangunan industri,” kata Kang Akur, menyentil dengan gaya khasnya.

Dengan infrastruktur seperti Tol Cipali dan Pelabuhan Patimban, posisi Subang makin menggoda investor. “Kami berharap pembangunan jalur penghubung dari KM 115 Cipali menuju Patimban bisa segera diselesaikan agar arus logistik makin lancar,” ungkapnya.

Tak ketinggalan, Sri Hastuti Nawaningsih, S.E., M.Si., Sekretaris Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin RI, menegaskan bahwa pemerintah pusat sudah pasang badan untuk mendukung pelaku industri. “Kementerian Perindustrian siap memberikan layanan konsultasi, bimbingan teknis, hingga sertifikasi. Silakan manfaatkan balai-balai kami,” ujarnya.

Sri Hastuti juga bilang bahwa Forum Industri Otomotif ini punya nilai strategis tinggi dalam membangun ekosistem industri yang sehat. Apalagi dengan masuknya BYD dan Vinfast, ini ibarat cabe rawit di antara sayur lodeh—menyengat dan menggairahkan! “Masuknya BYD dan Vinfast menjadi daya tarik tersendiri. Ini momentum yang tak boleh disia-siakan oleh Subang,” katanya mantap.

Forum ini pun ditutup manis dengan penandatanganan kerja sama antara BBLM dan Pemkab Subang untuk mendukung pengembangan industri kecil dan menengah (IKM). Sesi diskusi kelompok yang dipandu Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan menjadi panggung bertukar ide. Hadir pula para petinggi dari DPRD Subang, PT Surya Cipta Swadaya, PT BYD Auto Indonesia, hingga kepala dinas dan pelaku industri lainnya.

Subang, siap-siap jadi panggung utama industri otomotif nasional. Dan kita? Jangan cuma nonton—ikut main, dong!

SMA PGRI 1 Subang Meriahkan Hari Anak Nasional: Dari Senam Ceria hingga Kue OSIS!

Hari Anak Nasional SMA PGRI 1 Subang

Subang — Hari Anak Nasional yang jatuh setiap 23 Juli disambut semarak di SMA PGRI 1 Subang! Pada Selasa (23/7), halaman sekolah berubah jadi arena keceriaan dan semangat kebersamaan. Tak sekadar selebrasi, kegiatan ini jadi momen penting untuk memupuk karakter dan kebahagiaan siswa.

Peringatan dimulai dengan upacara yang diikuti seluruh warga sekolah. Upacara berlangsung khidmat, namun langsung disambung dengan suasana happy-happy saat para guru dan siswa larut dalam senam pagi bersama. Gerakan luwes, tawa lepas, dan semangat kompak menyulap halaman sekolah jadi panggung sehat dan bahagia.

Yang tak kalah menghangatkan hati, sekolah memberikan kejutan manis berupa kue ulang tahun dan penghargaan kepada pengurus OSIS dan MPK. Kue dan tepuk tangan jadi tanda apresiasi atas kerja keras mereka membangun kehidupan kesiswaan yang aktif dan positif. Siapa bilang jadi pemimpin muda itu nggak butuh selebrasi?

Keseruan makin pecah dengan digelarnya fun game antar kelas. Permainan edukatif yang dirancang untuk menantang kekompakan tim ini membuat siswa bersorak, berstrategi, dan pastinya… tertawa bersama. Kompetisi tanpa tekanan, justru memperkuat rasa solidaritas di tengah atmosfer sekolah yang penuh warna.

Kepala SMA PGRI 1 Subang, Asep Kahlan, menekankan bahwa Hari Anak Nasional bukan sekadar seremoni. “Hari Anak Nasional adalah pengingat bagi kita semua bahwa anak-anak adalah aset bangsa yang harus dilindungi dan diberi ruang untuk tumbuh dengan bahagia,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini adalah wadah untuk menanamkan nilai kebersamaan, apresiasi, dan semangat positif.

Lebih dari itu, Asep menyampaikan harapan jangka panjang dari kegiatan ini. “Kami berharap siswa-siswi SMA PGRI 1 Subang dapat tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial, semangat gotong royong, dan kepribadian yang kuat,” ungkapnya penuh harap.

Tak hanya menjadi ajang meriah, peringatan Hari Anak Nasional ini sekaligus memperkuat komitmen sekolah dalam membangun lingkungan belajar yang ramah anak, menyenangkan, dan penuh makna.

Lawan Rentenir dengan “Pembiayaan Home”! Subang Dapat Karpet Merah Perumahan dari Menteri PKP & Kang Dedi

Subang — Awas, rentenir minggir! Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait bersama Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, kini hadir membawa angin segar ke Kabupaten Subang. Lewat program Pembiayaan Home, warga Subang diajak move on dari jeratan “bank emok” menuju pembiayaan rumah yang aman, cepat, dan terjangkau.

“Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan Gubernur Jawa Barat atas kolaborasi pembiayaan mikro perumahan untuk masyarakat Jabar. Daripada mereka meminjam dana dari rentenir, lebih baik memanfaatkan fasilitas Pembiayaan Home untuk merenovasi rumah ataupun meningkatkan usaha kecil,” ujar Menteri Maruarar dalam acara hangat di Lembur Pakuan, kediaman resmi Kang Dedi.

Acara ini tak main-main. Sejumlah tokoh penting ikut hadir: Wakil Kepala Staf Kepresidenan M Qodari, Staf Ahli Kementerian Desa Sugito, Sekda Jabar Herman Suryatman, Kadis Perkim, Komisioner BP Tapera, serta Dirut PT Sarana Multigriya Finansial (SMF)—semuanya berkumpul demi satu tujuan: memberi akses pembiayaan rumah mikro yang manusiawi.

Inisiasi program ini hasil kerja tim solid: Kementerian PKP, Pemprov Jabar, PT SMF, BP Tapera, Permodalan Nasional Madani (PNM), dan Bank bjb. Misinya sederhana tapi berdampak besar: masyarakat bisa dapat dana untuk rumah dengan syarat ringan, bunga bersahabat, dan pencairan yang… hanya tiga hari. Cepatnya ngalahin pengiriman paket kilat!

Maruarar menegaskan bahwa kehadiran rentenir dan tengkulak adalah persoalan serius, bukan cuma masalah dompet tapi juga mental dan martabat. Dengan Pembiayaan Home, masyarakat bisa menghindari tekanan tak manusiawi dari pinjaman ilegal. “Lewat program ini, masyarakat tidak perlu lagi marah-marah menghadapi rentenir,” katanya sambil menekankan bahwa ini bukan sekadar janji manis.

Yang paling menyentuh, Menteri PKP berdialog langsung dengan para ibu rumah tangga penerima manfaat. Rata-rata mereka menerima pinjaman sebesar Rp 1 juta, bunga ringan, cair dalam hitungan hari, dan tidak perlu jual panci atau tabung gas buat modal usaha.

Sebagai simbol nyata, Maruarar juga menyerahkan langsung kunci rumah subsidi kepada 20 warga penerima KPR FLPP dari Bank bjb. Seremoni itu pun disambut penuh haru dan rasa syukur dari warga Subang.

Tak ketinggalan, Maruarar mengingatkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan program perumahan harus diberi “karpet merah”. “Ini kami realisasikan melalui program BPHTB dan PBG gratis. Di Jabar saja, ada jutaan rumah tidak layak huni (RTLH) yang harus segera dibenahi,” tegasnya.

Gubernur Kang Dedi Mulyadi ikut menambahkan bumbu semangat. Ia mengatakan meski Jabar menghadapi keterbatasan lahan dan lonjakan kebutuhan rumah, program Pembiayaan Home menjadi solusi praktis bagi warga yang sudah punya tanah atau RTLH. Rumah bisa direnovasi dengan cicilan ringan dan tanpa drama.

Dirut PT SMF, Ananta Wiyogo, juga menyoroti perubahan besar dalam sistem pembiayaan yang kini jauh lebih simpel. “Kita harus melawan rentenir. Sekarang masyarakat bisa dapat dana dalam tiga hari saja. Ini solusi nyata bagi mereka,” ujarnya.

Sementara itu, Sunar Basuki dari PNM menekankan bahwa Pembiayaan Home bukan sekadar pinjaman. “PNM bukan hanya tentang modal, tapi juga modal intelektual dan sosial,” katanya. Program ini dirancang untuk ibu-ibu pejuang ekonomi mikro—bukan hanya diberi dana, tapi juga pelatihan, pendampingan, dan bantuan legalitas usaha.

Per Juni 2025, PNM dan SMF telah menyalurkan dana senilai Rp 1,7 triliun secara nasional. Dan menariknya, Subang jadi salah satu daerah paling aktif dengan 141.000 nasabah pembiayaan mikro perumahan.

Satu hal pasti: dari Lembur Pakuan, semangat perumahan tanpa rentenir kini menyebar ke penjuru Jawa Barat. Dan Subang? Siap melaju di jalur cepat karpet merah pembangunan!

JSubang–Palembang Kolaborasi Ngadi-ngadi: Sinergi Beras Premium, Lawan Inflasi!

kerja sama pangan Subang Palembang

Subang — Ada yang “matang” di luar dandang! Pemerintah Kota Palembang dan Pemerintah Kabupaten Subang resmi meneken deal manis antar daerah: Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama soal distribusi pangan, khususnya beras premium—bukan sembarang beras, tapi yang kalau dimasak bisa bikin nasi goreng auto naik kelas!

Penandatanganan yang berlangsung Rabu sore (23/7) di Kantor Bupati Subang ini bukanlah cinta lokasi yang tiba-tiba. Ini adalah kelanjutan dari pendekatan resmi sebelumnya yang sudah dimulai sejak 16 Mei 2025. Jadi bukan karena perjodohan instan.

Dokumen penting itu ditandatangani langsung oleh dua “pemain utama”: Wakil Wali Kota Palembang, Prima Salam, dan Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi. Aura serius tapi hangat terasa di ruangan, apalagi saat aroma ketahanan pangan dan anti-inflasi mulai menyeruak.

Tak hanya duo pemimpin daerah, acara juga dihadiri para pejabat penting dan perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan. Kepala perwakilan BI Sumsel pun menyatakan dukungan penuh. “Bank Indonesia siap terus mendukung upaya pengendalian inflasi dan penguatan ketahanan pangan di daerah,” ujarnya dengan nada seperti membumbui nasi dengan rempah kebijakan ekonomi.

Ia juga menegaskan bahwa inflasi di Palembang masih aman, stabil, dan on track—tidak seperti harga cabai yang suka meledak mendadak.

Prima Salam, Wakil Wali Kota Palembang, tak ingin kerja sama ini hanya sebatas penandatanganan simbolis. “Saya ingin kerja sama ini benar-benar menjadi langkah konkret. Sepulang dari sini, saya ingin melihat hasil nyata dari MoU ini dalam mendukung pengendalian inflasi di Kota Palembang,” katanya, serius tapi tetap diplomatis.

Lebih lanjut, beliau berharap kerja sama ini bukan cuma urusan beras, tapi juga menjadi pintu gerbang kerja sama lintas sektor, termasuk pengembangan SDM. Pokoknya, dari ladang padi ke ruang pelatihan!

Sementara itu, Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi, menyambut baik kepercayaan yang diberikan oleh Kota Palembang. “Kami siap membuka pembicaraan kerja sama lanjutan di berbagai sektor. Ini adalah titik awal hubungan baik antara Kabupaten Subang dan Kota Palembang,” ujarnya dengan senyum khas Subang: adem dan tulus.

Tak hanya MoU, acara juga diisi dengan High Level Meeting Pengendalian Inflasi Daerah dan sesi Capacity Building—semacam ngobrol serius soal teknis pengolahan dan distribusi beras di Kabupaten Subang.

Kolaborasi ini bukan sekadar basa-basi beras. Ini adalah strategi konkret yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan, menjaga harga tetap waras, dan menggenjot pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan tahan banting.

Compreng Rayakan Ulang Tahun ke-38, Wabup Subang: Saatnya “Ngabret” Menuju UTAMA!

Milangkala ke-38 Compreng

Subang — Alun-alun Kecamatan Compreng berubah jadi panggung kemeriahan pada Rabu (22/7/2025), saat warga tumpah ruah merayakan Milangkala ke-38. Tapi ini bukan ulang tahun biasa. Ini pesta rakyat yang dibalut semangat gotong-royong, kekeluargaan, dan tentu saja… semangat Ngabret ala Subang!

Camat Compreng, Cecep Rahmat, membuka acara dengan penuh semangat. Ia menyampaikan rasa terima kasih setulus ulekan sambal, kepada Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi, yang menyempatkan hadir di tengah-tengah warga. “Semangat gotong-royong, kekeluargaan, dan kekompakan warga Compreng yang disertai dengan do’a, adalah modal penting untuk terus ‘Ngabret’ bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Subang,” ujarnya dengan nada penuh harap.

Tak hanya itu, Cecep juga menyuarakan tekad Kecamatan Compreng untuk terus bergerak maju. “Dengan Milangkala ke-38 ini, Kecamatan Compreng diharapkan, terus bergerak menuju wilayah yang Unggul, Tangguh, dan Makmur (UTAMA),” ujarnya, menyebut slogan andalan pembangunan wilayahnya.

Wakil Bupati pun tak tinggal diam. Dalam sambutannya yang penuh energi seperti kopi robusta dua sendok, beliau mengucapkan selamat ulang tahun bagi Kecamatan Compreng. “Selamat ulang tahun ke-38 untuk Kecamatan Compreng. Usia ke-38 merupakan usia yang matang penuh energi. Semoga makin maju dengan semangat Ngabret, bekerja dengan lebih cepat lagi,” tuturnya penuh optimisme.

Namun perayaan tak hanya soal tepuk tangan dan tumpeng. Wabup juga merespons aspirasi warga soal jalanan yang berlubang bagai permukaan bulan. Ia menegaskan bahwa Pemkab Subang tak tutup mata. “Perlu diketahui, jalan-jalan akan diperbaiki di Kabupaten Subang, terutama Compreng juga,” jelasnya, seperti menabur harapan di atas aspal.

Sambil meminta maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan warga, ia juga menjelaskan bahwa perbaikan infrastruktur bukan seperti masak mie instan—perlu perencanaan dan proses yang matang. “Pemkab Subang terus berkomitmen memperbaiki sarana prasarana umum, dan infrastruktur di seluruh wilayah, termasuk Compreng,” tegasnya.

Dan sebagai penutup yang manis seperti dodol Garut, Wabup kembali menyuarakan harapan besar untuk Kecamatan Compreng. “Selamat milangkala, In Syaa Allah, Compreng UTAMA (Unggul, Tangguh, Makmur) menuju Subang religius, adil, makmur dengan semangat pembangunan Ngabret,” pungkasnya.

Judul:Drama Gas Melayang: Dua Pria, Ribuan Tabung Kosong, dan Aksi “Kirim-Tapi-Hilang”

penggelapan tabung gas elpiji Subang

Subang — Ada yang hilang di langit-langit dapur warga, dan bukan… bukan wajan bolong atau sendok yang nyangkut di rak atas. Kali ini, hilangnya ribuan tabung gas elpiji 3 kilogram kosong bikin heboh! Lokasinya? Sebuah perusahaan bernama PT Samudra Sinergi Industri (SSI) di Kecamatan Pabuaran, Subang, Jawa Barat.

Kapolres Subang, AKBP Dony Eko Wicaksono, membenarkan bahwa insiden ini bukan sekadar drama harian emak-emak kehabisan gas saat masak mi instan. “Akibat penggelapan itu, PT SSI mengalami kerugian hingga mencapai Rp100 juta,” ujar beliau saat konferensi pers penuh kejutan di Mapolres Subang, Rabu lalu.

Dua pria dengan inisial AP (42) asal Bekasi dan AF (39) asal Brebes jadi bintang utama dalam kasus ini—tentu bukan karena aktingnya, tapi karena aksinya. Mereka diciduk di Kecamatan Wanasari, Brebes, saat diduga hendak melanjutkan “tour de penggelapan”.

Lebih lucunya, saat ditangkap, mereka sedang asyik mengangkut perabotan rumah tangga dari Daan Mogot, Jakarta Barat. Barang-barang ini juga diduga akan diboyong ke Surabaya dengan modus yang sama. Entah tabung gas, entah lemari bumbu, siapa yang tahu?

Dari tangan keduanya, polisi mengamankan beragam souvenir digital: surat jalan, CCTV, bukti transfer, chat WhatsApp yang (mungkin) lebih panjang dari status galau, flashdisk, buku tabungan, dan sejumlah dokumen lain. Lengkap, tinggal kurang playlist Spotify.

Ternyata, ini bukan kerja sendirian. Ada tiga orang lain yang sedang dalam pengejaran: satu bertugas menjual barang hasil kejahatan, satu penyedia armada, dan satu lagi pendamping sopir. Wah, tim ini komplit—cuma kurang manajer logistik.

Kronologi bermula akhir April 2025, saat kedua tersangka mempromosikan jasa angkutan barang lewat media sosial. Mereka berhasil menggaet orderan mengangkut tabung kosong dari Subang ke Cirebon. Tapi alih-alih sampai tujuan, tabung-tabung itu malah “terdampar” entah ke mana.

Kini, keduanya mendekam di rumah tahanan Mapolres Subang. Mereka dikenakan Pasal 372 dan 374 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun. Harapannya, tentu bukan cuma gas yang kembali, tapi juga kepercayaan.

Rayakan Ultah ke-59, Radio Benpas Dapat Kado Spesial dari Kang Rey

Ultah ke-59 Radio Benpas Subang

SUBANG – Suasana nostalgia membungkus udara hangat Studio Radio Benpas, Senin (21/7/2025). Di tengah perayaan ulang tahun Benpas ke-59, hadir tamu istimewa: Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita Budi Raemi—atau yang akrab disapa Kang Rey. Tapi tenang, ini bukan kunjungan formal yang kaku. Talkshow ini seperti reunian akrab yang penuh cerita dan secangkir kenangan.

Dipandu Pranata Siaran Ahli Pertama, Farida Alqodariah, S.I.Kom, talkshow ini menjadi ajang bincang santai tapi bermakna. Kang Rey membuka hati dan memori masa kecilnya yang pernah ditemani suara khas Benpas.

“Benpas ini yang sempat mengisi masa kecil saya. Dulu saya sering mendengarkan, dan radio ini menjadi penyambung informasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat,” kenangnya, sambil tersenyum.

Di era digital yang makin riuh, Kang Rey justru melihat Radio Benpas sebagai oase suara. Ia berharap radio ini tetap eksis, bukan sekadar corong pemerintah, tapi juga ruang aspirasi publik.

“Di tengah digitalisasi, saya berharap Benpas tetap berdiri kokoh sebagai radionya orang Subang. Media ini bisa menjadi nafas pemerintah daerah,” ucapnya.

Menurut Kang Rey, kekuatan media lokal seperti Benpas bukan main-main. Ia bahkan menyebutnya sebagai “senjata zaman now”.

“Hari ini, senjata seseorang bukan lagi pedang atau pistol. Senjata hari ini adalah media,” katanya mantap.

Bukan cuma bicara, Kang Rey juga membuktikan komitmennya dalam membangun komunikasi publik yang terbuka. Ia menegaskan, warga bisa langsung menyampaikan aduan—bahkan lewat DM Instagram pribadinya. Gaya bupati yang kekinian dan responsif, bukan basa-basi!

“Saya membuka ruang, masyarakat bisa komunikasi langsung dengan saya,” jelasnya.

Tak hanya memberi pujian, Kang Rey juga mendorong Radio Benpas agar terus berkembang. Ia mengajak Benpas untuk ikut serta dalam berbagai program Pemkab Subang seperti “Sabtu Bersama Kang Rey”, dan menjadi jembatan suara rakyat yang makin kokoh.

Sebagai penutup, Kang Rey memberikan kado simbolis: memotong tumpeng dan menyerahkannya langsung kepada Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika. Sebuah bentuk penghormatan kepada radio legendaris yang tetap berdiri tegak di tengah gempuran zaman.

“Subang ke depan harus ngabret! Bukan cuma slogannya, tapi semangatnya juga,” seru Kang Rey, menutup sesi talkshow dengan semangat menggelora.

Gaspol Lawan Stunting! RSUD Subang Gandeng 40 Puskesmas Demi Generasi Emas 2045

penanggulangan stunting RSUD Subang

SUBANG – Ada yang beda dari obrolan santai di Studio Radio Benpas Subang, Senin (21/7). Kali ini bukan soal dangdut koplo atau gosip artis lokal, melainkan soal masa depan bangsa: stunting! Dan RSUD Subang tampil sebagai superhero kesehatan yang siap menumpasnya—dengan bekal ilmu, kolaborasi, dan semangat tiada dua.

Lewat program talkshow LEKAT, dua narasumber dari RSUD Subang tampil penuh wibawa dan kepedulian. Ada dr. Riri Andriana, Sp.A., sang dokter spesialis anak yang paham betul seluk-beluk tumbuh kembang, dan Novi Achmad, S.S., M.AP., Ketua Dharma Wanita Persatuan RSUD Subang yang tak kalah energik.

Dalam bincang-bincang hangat tapi sarat makna, dr. Riri menyampaikan bahwa stunting bukan cuma urusan gizi, tapi soal masa depan bangsa. “Usia 30 tahun adalah usia emas seseorang untuk menjadi pemimpin yang matang. Maka, pembangunan kualitas anak harus dimulai sejak sekarang,” tegasnya.

Dan RSUD Subang tak cuma jago omong. Mereka sudah on the move lewat kerja sama solid bersama 40 puskesmas se-Kabupaten Subang. Misinya? Edukasi masyarakat dan deteksi dini stunting. Kalau ada gejala yang mencurigakan, langsung disikat—dengan intervensi gizi, bukan emosi.

Lima fokus utama jadi senjata mereka:

  1. Penurunan angka stunting
  2. Layanan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus
  3. Pencegahan kekerasan terhadap anak
  4. Penurunan angka pernikahan dini
  5. Literasi dan kecerdasan digital sejak dini

Angka stunting di RSUD Subang kini sudah ditekan sampai 12 persen. Targetnya? Turun sampai 15 persen tahun depan. Tunggu, itu bukan typo—mereka memang ingin lebih turun dari sekarang!

“Gizi yang tidak tercukupi jadi penyebab utama stunting. Maka, edukasi adalah kunci,” ucap dr. Riri penuh semangat.

Sementara itu, Novi Achmad menyoroti bahwa isu stunting tak bisa ditangani secara medis semata. “Kesehatan anak bukan hanya urusan medis, tapi juga sosial dan kultural. Maka perlu pendekatan lintas sektor,” jelasnya.

Karena itu, kolaborasi lintas instansi, edukasi masif, dan pendekatan yang menyentuh hati masyarakat jadi strategi andalan mereka. Nggak cukup hanya kasih tahu soal isi piring sehat, tapi juga menyadarkan bahwa tumbuh kembang anak itu investasi masa depan—bukan pengeluaran.

Stunting, FYI, adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Bukan cuma bikin tubuh anak pendek, tapi juga bisa menghambat perkembangan otak dan melemahkan daya tahan tubuh.

Maka dari itu, baik pemerintah pusat maupun daerah terus gaspol dalam program percepatan penurunan stunting. Subang pun siap menyambut generasi Indonesia Emas 2045—yang bukan cuma tinggi badan, tapi juga tinggi wawasan dan daya saing.

Subang Darurat DBD: 601 Kasus, 6 Nyawa Melayang, 1 Balita Jadi Korban

kasus DBD Subang 2025

SUBANG – Cuaca galau antara hujan dan panas ternyata bukan hanya bikin cucian lama kering, tapi juga jadi panggung ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berpesta. Hasilnya? Kabupaten Subang dihantam lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang bikin waswas.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, mengonfirmasi kabar tak mengenakkan ini. “Iya benar, kasus DBD di Subang terus meningkat. Selama Januari hingga pertengahan Juli 2025 tercatat ada 601 kasus suspek DBD,” ungkapnya, Selasa (21/7/2025).

Dan ini bukan sekadar angka di atas kertas. Mei dan Juni menjadi bulan paling mencekam dengan masing-masing 152 dan 147 kasus. Sementara hingga pertengahan Juli, sudah tercatat 54 kasus.

Empat kecamatan paling terdampak adalah Cipunagara, Tambakdahan, Pusakanagara, dan Patokbeusi. Dari wilayah ini saja, ada 471 kasus suspek DBD. Bisa dibilang, nyamuknya seperti tahu lokasi hotspot yang empuk.

Yang lebih menyayat, dari total 601 kasus, sudah ada 6 warga Subang yang meninggal dunia. “Keenam orang yang meninggal rata-usianya di bawah 40 tahun, bahkan satu di antaranya masih balita usia 2,5 tahun,” ujar dr. Maxi.

Penyebabnya? Lagi-lagi klasik tapi fatal: keterlambatan penanganan. Banyak pasien dibawa ke rumah sakit saat kondisinya sudah parah. Dan saat itu, penyesalan datangnya lebih cepat dari ambulans.

Untuk mengantisipasi agar nyawa tak melayang sia-sia, Dinas Kesehatan Subang kembali menggencarkan kampanye 3M—Menguras, Menutup, dan Mengubur. Tak cukup itu, fogging pun dilakukan secara rutin.

“Pihak Dinkes Subang hingga hari ini masih terus melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk untuk membasmi DBD agar kasusnya tidak terus meningkat,” tegasnya.

Warga diimbau untuk tak lengah. DBD bukan sekadar demam biasa—ini penyakit yang bisa jadi tragis kalau disepelekan. Kalau nyamuk bisa bicara, mungkin dia akan bilang, “Cuma butuh setetes air dan sedikit kelengahan, bro.”

Jadi, jangan kasih ruang! Warga harus kompak, rumah bersih, selokan lancar, dan air tergenang? Harus auto musnah!

Janji Seragam Gratis di Subang Masih “Ngendap”: Bupati Minta Bersabar, Ruang Kelas Masih Luka

seragam gratis Subang 2025

SUBANG – Bagi para pelajar SD dan SMP di Subang, tahun ajaran baru 2025 ini terasa seperti menunggu gebetan yang belum tentu datang. Seragam sekolah gratis yang dijanjikan saat kampanye Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita Budi Raemi, ternyata belum bisa dibagikan.

Alasannya? Anggarannya belum turun lapangan. Seragam idaman itu baru akan dibelanjakan setelah perubahan APBD 2025 diketok palu.

“Saya sampaikan, pembagian seragam menunggu dari anggaran perubahan, dan tolong siapkan teknisnya,” kata Bupati Reynaldy saat rapat bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Subang, Senin (21/7/2025).

Janji ini bukan sekadar basa-basi. Seragam gratis ini masuk dalam program unggulan yang dulu dibawa saat kampanye Pemilihan Bupati Subang 2024. Targetnya: semua siswa SD hingga SMP dapat seragam nasional dan pramuka secara cuma-cuma.

Tapi sabar dulu, ya. Seragam olahraga dan batik khas sekolah belum termasuk. Mungkin itu masuk wishlist tahun depan.

Meski belum digelontorkan dananya, pendataan ukuran seragam siswa sudah dilakukan. Bupati berharap distribusinya bisa dimulai akhir Agustus atau awal September 2025. Total anggaran yang dibutuhkan? Antara Rp7 miliar hingga Rp15 miliar. Ini bukan sekadar proyek seragam, melainkan usaha nyata meringankan beban pendidikan masyarakat.

Namun, seragam bukan satu-satunya PR dunia pendidikan Subang. Ternyata, lebih dari 3.000 ruang kelas di kabupaten ini masuk kategori rusak. Miris, bukan?

Menurut Kadisdikbud Nunung, “Terdapat 2.713 ruang kelas SD dan 410 ruang kelas SMP yang masuk dalam kategori rusak.” Tahun ini, hanya 335 ruang yang bisa diperbaiki.

Biayanya? Siapkan tisu! Kebutuhan anggaran mencapai Rp51 miliar, dengan rincian Rp15 miliar dari APBD dan sisanya—Rp36 miliar—mengandalkan APBN.

Proyek perbaikan dijadwalkan mulai semester kedua 2025. Semoga saja tak molor seperti seragam tadi. Karena mau belajar sambil pakai seragam baru, tapi kalau atap kelasnya bocor, itu tetap bukan pengalaman yang menyenangkan.

Recent Posts