KBRN, Cimahi : Akibat keterbatasan kenderaan operasional, cakupan pelayanan sampah di Kabupaten Bandung Barat (KBB) belum mencapai kesemua wilayah. Selain keterbatasan kendaraan operasional, masih banyak masyarakat yang membuang dan mengolah sampahnya sendiri karena memiliki lahan pekarangan luas.
Kepala UPT Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Kabupaten Bandung Barat (KBB), Nurjaman mengatakan, dari total 16 kecamatan di KBB yang baru terlayani pelayanan sampah baru 10 kecamatan. Sisanya masih dikelola masyarakat secara konvensional terutama di pelosok kampung.
“Baru 10 kecamatan yang terlayani itupun tidak semua. Sedangkan yang belum seperti Kecamatan Cililin (baru pasarnya saja), Sindangkerta, Rongga, Cipongkor, Cipuendeuy, dan Cikalongwetan,” sebutnya, Jumat (10/9/2021).
Menurut Nurjaman, belum terlayaninya pengangkutan sampah itu juga dikarenakan dari masyarakat di kecamatan tersebut belum ada permintaan. Sebab jika menghitung efektivitas jarak, waktu, dan biaya akan tidak sebanding menarik sampah dari wilayah selatan KBB untuk dibuang ke TPA Sarimukti di Kecamatan Cipatat.
Mengacu ke Perbup Nomor 22 Tahun 2016 tentang Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan untuk sektor industri, hotel, restoran dan tempat wisata, dikenakan tarif sesuai meter kubik sampah yang dihasilkan. Seperti hotel berbintang Rp40.000/meter kubik, restoran Rp50.000/meter kubik. Untuk rumah tangga, terendah Rp6.000/KK/bulan dan tertinggi Rp10.000/KK/bulan.
“Jika mengacu SNI dari 1,7 juta jiwa penduduk KBB bisa menghasilkan sampah 650 ton/hari, namun saat ini yang terlayani baru 150 ton/hari. Kondisi itu pada akhirnya berpengaruh kepada PAD yang dihasilkan,” sebutnya.
Selain kendala itu, pihaknya juga memiliki persoalan minimnya armada truk pengangkut yang masih kekurangan. Saat ini hanya ada 39 truk sampah dan lima truk warisan dari Kabupaten Bandung saat KBB dimekarkan tahun 2007 yang kondisinya sudah tidak layak. Hanya karena keterbatasan armada, truk-truk itu masih dipaksakan untuk beroperasi menarik sampah.
“Truk ini kan giliran, makanya kadang ada daerah yang pengangkutannya telat beberapa hari karena truknya dipakai ngangkut di daerah lain. Belum lagi keterbatasan sopir dan kernet, jadi memang harus diakui pelayanan sampah di KBB belum bisa optimal,” pungkasnya.