harapanrakyat.com,- Mengenal Wayang Geugeus Pulomajeti yang terbuat dari jerami. Wayang ini merupakan karya warga Lingkungan Kampung Siluman, Kelurahan/Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat, yang secara resmi dikenalkan kepada masyarakat.
Wayang Geugeus Pulomajeti sendiri sebelumnya pernah tampil perdana saat momen karnaval peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-78.
Pencipta Wayang Geugeus Pulomajeti Aan Andriana mengungkapkan inspirasi awal pembuatan wayang tersebut.
Aan mengatakan, awal mula membuat wayang dari komponen jerami itu pada bulan Juni lalu. Terinspirasi dari sosok Dewi Sri atau Nyi Pohaci.
Masyarakat percaya sosok Dewi Sri atau Nyi Pohaci selama ini menjadi pamomong warga di Pulomajeti.
“Inspirasi wayang Geugeus ini dari sosok seorang ibu (leluhur) Nyi Pohaci. Komponen wayang ini terbuat dari padi atau pare geugeus,” kata Aan, Jumat (22/12/2023).
Baca Juga: Wayang Geugeus Pulomajeti Milik Masyarakat Jadi Ikon Baru Budaya di Kota Banjar
Mengenal Wayang Geugeus Pulomajeti, lanjut Aan, bahwa makna dari komponen padi yang ada pada wayang geugeus, posisi padi tertata dan disimpan di anting wayang. Ini menggambarkan kerengkuhan.
Kemudian pada bagian dada wayang menyimbolkan keluwesan atau kelegowoan. Juga satu ikatan padi yang berarti simbol kebersamaan dan kegotongroyongan.
“Pare geugeus disimpan di anting. Anting menggambarkan kerengkuhan dan salah satunya tersimpan pada bagian dada yang menyimbolkan keluwesan atau kelegowoan,” terang Aan Andriana.
Tokoh masyarakat setempat Emed Setiawan menambahkan, Wayang Geugeus Pulomajeti ini suatu boneka yang terbuat dari komponen padi atau jerami, dengan tinggi sekitar 3-4 meter.
Penamaan Wayang Geugeus bermula dari kegiatan budaya yang ada di lingkungan Pulomajeti, yaitu budaya mipit yang berhubungan dengan padi.
“Pada zaman dahulu padi diikat menjadi dua ikatan. Dari dua ikatan itu kemudian kita satukan menjadi satu geugeus. Artinya, padi itu ada rundayan ada rentetan. Kalau kita manusia itu banyak kita satukan ke dalam satu ikatan atau wadah kebersamaan, itu maknanya,” pungkas Emed. (Muhlisin/R3/HR-Online/Editor: Eva