KBRN, Cimahi : Warga di 10 RW yang berada di Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), meminta Pemda KBB membangun jembatan permanen yang bisa dilalui mobil di wilayahnya.
Pasalnya akibat tidak ada jembatan di atas daerah aliran sungai (DAS) Saguling yang menghubungkan antara RW 08 Kampung Sekecengek dan RW 06, membuat warga harus memutar sepanjang 7 kilometer untuk bisa sampai ke kantor desa.
“Di kami itu ada 10 RW mulai dari RW 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 yang semi terisolasi. Mereka kalau mau ke kantor desa dengan mobil harus muter sejauh 7 km karena tidak ada jembatan yang melintas DAS Saguling,” ujar Kepala Desa Cangkorah, Asep Mulyana yang ditemui di kantor DPRD KBB, Senin (13/9/2021).
Asep menjelaskan, wilayah tersebut saat ini hanya terhubung oleh jembatan dari bambu yang dibuat pihak swasta pada tahun 2018 dan hanya bisa dilintasi jalan kaki atau sepeda motor. Setiap melintas warga yang bawa motor harus bayar Rp2.000 sekali jalan.
Sementara untuk akses mobil harus menempuh jalan memutar melewati la desa. Yaitu Desa Pangauban, Galanggang, Batujajat Barat, Batujajar Timur, Giriasih, dan baru tiba di Desa Cangkorah.
Atas dasar itu pemerintah desa meminta agar Pemda KBB segera membangun jembatan permanen yang bisa dilalui mobil.
“Sebenarnya sudah lama warga pengen dibangunkan jembatan, beberapa kali Pa Plt Bupati (Hengki Kurniawan) sudah survei datang ke lokasi. Tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda akan dibangun jembatan di sana,” kata Asep.
Dia mengakui memang untuk membangun jembatan sepanjang sekitar 150-200 meter itu butuh biaya miliaran rupiah. Namun jika tidak ada jembatan, 6.000 warganya yang ada di 10 RW tersebut akan kesulitan mendapatkan akses program atapun kesehatan seperti warga di RW lainnya.
Salah seorang petugas Desa Siaga Cangkorah, Rahmat mengakui, seringkali kasihan ke warga yang harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan pelayanan mobil ambulans dari kantor desa. Sebab dirinya harus mengambil rute jalan memutar untuk sampai di rumah warga yang terhalang genangan Saguling tersebut.
“Ya kasihannya ke warga kalau butuh mobil ambulans, saya berangkat dari kantor desa harus muter, bisa sejam lebih sampai ke sana, padahal urusannya sama nyawa seseorang. Tapi kalau ada jembatan yang bisa dilewati mobil, bisa lebih cepat,” ujarnya.