Beranda Berita Nasional Tren Kasus Kekerasan Anak di Kabupaten Tasikmalaya Makin Meningkat, Ini Pemicunya

Tren Kasus Kekerasan Anak di Kabupaten Tasikmalaya Makin Meningkat, Ini Pemicunya

KPAID.jpg

harapanrakyat.com,- Tren kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami peningkatan pada tahun 2022 ini. Tren kekerasan terhadap anak rata-rata didominasi oleh kasus pencabulan dari orang terdekat para korbannya.

Hal tersebut berdasarkan data yang tercatat pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya.

Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan, dari tahun 2017 sampai sekarang 2022, kasus kekerasan terhadap anak selalu meningkat. Tetapi tahun ini kualitas kasusnya lebih berat daripada kasus tahun sebelum-sebelumnya.

Terkait dengan penyebab kenapa trennya meningkat, kemudian dari bobot kualitas kasusnya semakin berat, Ato menduga hal itu akibat dari pola asuh.

BACA JUGA:  Cartridge Emulsion: Bahan Peledak Ekspor Andalan PT DAHANA ke Australia

“Tingkat kecepatan perkembangan media sosial tidak semua orang tua atau tidak semua masyarakat bisa mengikuti kecepatan itu. Sehingga proses edukasi terhadap anak juga bisa saja berdampak tidak baik terhadap anak-anak,” ujar Ato kepada harapanrakyat.com, Rabu (28/12/2022).

Pemicu Tren Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Tasikmalaya

Kasus kekerasan terhadap anak tersebut, menurut Ato, masih terjadi di wilayah Hukum Polres Kota Tasikmalaya maupun di Polres Kabupaten Tasik.

Baca Juga: Alat Vital Anak Laki-laki di Tasikmalaya Dipotong Ayah Kandungnya Pakai Silet

BACA JUGA:  10 Tempat Wisata Keren di Subang 2024, No. 4 Viral

“Pemicunya itu memang pola asuh, kemudian kepekaan keluarga, kepekaan lingkungan yang lemah. Sehingga keluarga maupun lingkungan tidak bisa melakukan deteksi dini dengan peristiwa kasus tersebut ataupun kekerasan yang lainnya,” kata Ato.

Kemudian, lanjutnya, perkembangan media sosial ketika tidak diikuti dengan pola didik, pola asuh dan ilmu yang cukup, maka akan selalu tidak berkembang dengan positif. Bisa saja berkembang secara negatif.

“Kalau pelakunya itu bervariatif, dari teman seusia, teman bermain, tetangga, orang tua sambung, orang tua kandung. Tetapi mayoritas para pelakunya itu adalah orang dekat,” katanya.

BACA JUGA:  Cartridge Emulsion: Bahan Peledak Ekspor Andalan PT DAHANA ke Australia

Masala tersebut tentunya butuh perhatian semua pihak, bukan hanya tugas KPAID saja. Improvisasi pemerintah daerah dalam menjawab persoalan tersebut, kini di Kabupaten Tasikmalaya sudah ada UPTD PPA.

Pihaknya pun berharap agar trend kekerasan terhadap anak turun. Harus menggugah secara bersama-sama. Karena deteksi dini itu adanya dalam keluarga, lingkungan. Serta pemerintah setempat yang dekat dengan masyarakat, seperti RT/RW dan lainnya.

“Harus melakukan sosialisasi secara masif supaya nanti tahun 2023 itu, kita bisa melakukan sebuah improvisasi kecepatan dalam penanganan kasus untuk pencegahan kasus,” pungkas Ato. (Apip/R3/HR-Online/Editor-Eva)