Tragedi Kanjuruhan Malang cetak rekor sepak bola paling mematikan kedua di dunia. Bahkan tragedi ini melampaui peristiwa Accra Sport Stadium, Ghana, pada 9 Mei 2001 yang menewaskan 126 orang. Saat itu pertandingan berlangsung antara Accra Hearts of Oaks melawan Asante Kotoko, yang merupakan 2 klub sepakbola terbaik Ghana.
Sedangkan untuk peristiwa Kanjuruhan Malang, data terbaru sampai saat ini, Minggu (2/10/2022) pukul 19.45 WIB, sebanyak 174 orang meninggal dunia.
Selain itu juga ratusan orang masih dalam perawatan di rumah sakit, baik itu luka ringan maupun berat.
Peristiwa tersebut terjadi setelah pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam kompetisi Liga 1, di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur (Jatim) pada Sabtu (1/10/2022).
Dalam pertandingan bertajuk derby Jatim ini, Arema FC kalah dari rivalnya, Persebaya, dengan skor 2-3.
Tragedi Kanjuruhan Malang tersebut terjadi usai adanya kericuhan dan kepanikan dalam stadion.
Suporter Arema FC tidak menerima kekalahan tim mereka, dan berusaha mencari pemain serta pelatih dengan memaksa masuk ke area pertandingan.
Korban berjatuhan dalam tragedi Kanjuruhan Malang, setelah polisi menembakan gas air mata ke arah tribun. Tujuan gas air mata tersebut untuk mengendalikan masa yang berusaha memasuki lapangan.
Baca Juga: Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, 127 Orang Meninggal Dunia
Namun alih-alih masa terkendali, justru membuat para suporter panik dan berusaha keluar dari stadion.
Karena panik dan banyaknya orang yang keluar melalui satu jalur, mereka pun berdesak-desakan sehingga berujung tragedi mengenaskan.
Tragedi Kanjuruhan Malang Cetak Rekor Kedua di Dunia
Insiden sepak bola tidak hanya terjadi kali ini saja. 21 tahun silam terjadi peristiwa serupa di Accra Sport Stadium, Ghana, Afrika pada tahun 2001.
Dalam kejadian tersebut sebanyak 126 orang meninggal dunia. Peristiwa ini hampir serupa dengan yang terjadi di Indonesia, yaitu akibat kerusuhan yang dihalau dengan gas air mata oleh kepolisian.
Baca Juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Presiden Jokowi : Hentikan Liga 1 Sementara
Sebelumnya, Insiden Accra Sport Stadium menempati posisi kedua setelah kejadian Estadio Nacional (Stadion Nasional) Peru pada tahun 1964.
Peristiwa tersebut usai berlangsungnya pertandingan antara timnas Peru melawan Argentina dalam babak kualifikasi Olimpiade. Korban meninggal dunia dalam insiden itu mencapai 300 orang lebih, dan sekitar 500 lainnya luka-luka.
Dari dua insiden terbesar yang terjadi puluhan tahun silam itu, kini Indonesia dengan tragedi Kanjuruhan Malang mencetak rekor mengenaskan kedua di atas Afrika.
Insiden Stadion Kanjuruhan Jadi Sorotan Dunia
Berbagai media internasional menyoroti peristiwa yang terjadi di awal bulan Oktober ini.
Salah satunya the rutters melaporkan sebagaimana tertera dalam aturan FIFA, penggunaan senjata api dan gas air mata tidak diperbolehkan dalam pengamanan sepak bola.
Baca Juga: Pilunya Tragedi Maut Kanjuruhan, Mantan CEO Arema: Ini Duka Bersama
Selain itu dalam laporan yang sama, ketua Konfederasi Sepak Bola Asia, Syaikh Salman bin Ebrahim Al-Khalifa menyampaikan keprihatinannya.
“Mendengar berita tragis itu, saya terkejut dan merasa sedih. Terlebih peristiwanya terjadi di Indonesia yang mencintai sepakbola,” ungkapnya.
Saat ini, tragedi Kanjuruhan Malang yang mencetak rekor kedua di dunia tersebut, telah mendapat tanggapan serius dari Presiden Jokowi. Presiden menginstruksikan untuk menghentikan sementara semua pertandingan sepakbola Liga 1. (Rizky/R5/HR-Online/Editor-Adi)