Beranda Berita Nasional Kisah Penjara Nusakambangan Jadi Sarang Wabah Influenza Mematikan 1918

Kisah Penjara Nusakambangan Jadi Sarang Wabah Influenza Mematikan 1918

Penjara-Nusakambangan-1.jpg

Penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah pernah jadi sarang wabah influenza yang saat itu begitu mematikan. Karenanya, pada tahun 1918 penjara Nusakambangan mendapatkan perbaikan dari dana revitalisasi dari pemerintah kolonial.

Tujuan utama dana revitalisasi tersebut untuk memperoleh keadaan penjara yang lebih bersih dari sebelumnya.

Pasalnya keadaan penjara Nusakambangan di era wabah influenza nampak mengkhawatirkan. Puing-puing penjara hampir rusak sehingga berisiko narapidana kabur lewat jalur plafon.

Selain itu karena keadaan penjara yang kumuh wabah influenza yang mematikan memakan korban penghuni penjara berjumlah ratusan orang.

Peristiwa ini kemudian terdengar oleh pemerintah pusat kolonial di Batavia. Tak membutuhkan waktu lama pemerintah kolonial mengutus Direktur BOW –hoofdinspecteur B.G.D Jawa Tengah dan hoofdingenieur BOW dari Semarang untuk mengecek keadaan penjara sehingga segera dilakukan perbaikan.

Baca Juga: Kisah Pasukan Gerilya di Sokaraja Mengamuk, Puluhan Motor Tentara Belanda Ditembaki

Alhasil revitalisasi disetujui langsung oleh kepala penjara Nusakambangan. Mereka merasa senang tempat kerjanya yang menyeramkan itu akan diberikan perbaikan.

Walaupun tidak semuanya diperbaiki setidaknya proyek revitalisasi pasca pademi influenza ini sedikit banyak bisa membuat para penghuninya terbebas dari penyakit menular.

Kamar Mandi dan Tempat Tidur Narapidana di Penjara Nusakambangan Jadi Sarang Wabah Influenza

Menurut surat kabar Sin Po yang terbit pada hari Selasa, 3 Januari 1921 bertajuk, “Keadaan di Noesakambangan”, kamar mandi dan tempat tidur narapidana menjadi sarang wabah influenza.

BACA JUGA:  10 Tempat Wisata Keren di Subang 2024, No. 4 Viral

Dokter penyelidik penyakit menular menemukan jaringan wabah influenza bertebaran di antara bak mandi dan kasur tidur para tahanan.

Tak heran ada ratusan orang dalam dua hari terakhir ini yang mengeluh sakit dan berujung tewas mendadak akibat wabah influenza. Pernyataan ini sebagaimana mengutip informasi yang diberitakan oleh Sin Po (1921) berikut:

“Sebagimana orang taoe dalem tahoen 1918 Noesakambangan telah terserang oleh wabah influenza jang heibat sekali hingga banjak pendoedoeknja soedah meninggal doenia. Koemdian ketahoean jang pendjara disana ada lebih daru penoeh, sedeng orang tida terlaloe perhatiken pada keadaan kasehatan disana. Penjara Noesakambangan punya kamar mandi dan tempat tidur kotor dan koemoeh jadi sarang penjakit”.

Karena tidak diketahui pasti dari mana sebenarnya virus influenza yang berkembang di Nusakambangan itu berasal, petugas penjara mengkarantina sementara para narapidana baru sebelum masuk dan bercampur baur dengan para penghuni penjara di dalam.

Baca Juga: Kala Iklan Rokok Tahun 1930 Disusupi Agenda Politik Westernisasi Kolonial

Nusakambangan Didatangi Dokter Spesialis Wabah Influenza

Masih menurut berita yang terbit dalam Sin Po (1922), akibat merebaknya kasus penjara Nusakambangan jadi sarang wabah influenza.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Maka tak perlu lama menunggu ahli untuk meneliti datang ke tempat kejadian perkara –sel para narapidana di dalam penjara Nusakambangan.

Dokter yang bertugas menyelidiki wabah influenza di penjara Nusakambangan bernama dr. Vogel. Ia merupakan seorang dokter pemerintah kolonial yang sering bertugas mengurusi wabah berbahaya yang menjangkit masyarakat terisolasi. Salah satunya seperti wabah influenza yang meledak di awal tahun 1918-an.

Karena kunjungan kerja dr. Vogel ke penjara Nusakambangan mendapati pemandangan buruk, laporan negatif tentang penjara Nusakambangan untuk pemerintah pun sampai ke Batavia.

Dalam laporannya Vogel mengimbau agar Gubernur Jenderal membuatkan sesegera mungkin verslag agar kehidupan narapidana terjamin oleh negara.

Tekanan yang diberikan dr. Vogel pada pemerintah kolonial membuat suratnya sampai di meja Gubernur Jenderal.

Alhasil Gubernur Jenderal Hindia Belanda merespon laporan dr. Vogel dengan mengirimkan utusannya ke Jawa Tengah agar menindaklanjuti perbaikan fisik penjara yang mirip dengan penjara Alcatraz di San Fransisco, Amerika Serikat.

Menaruh Dokter dan Tenaga Kesehatan di Sekitar Penjara

Pasca revitalisasi oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dokter Vogel menyarankan agar ditaruh dokter atau tenaga kesehatan yang berjaga-jaga setiap hari di sekitar penjara Nusakambangan yang pernah jadi sarang wabah influenza.

Hal ini bertujuan supaya kondisi kesehatan para napi terpantau dengan baik, sehingga wabah influenza akan menurun setiap waktunya.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Baca Juga: Smokkel, Bajak Laut Penyelundup Senjata Api di Hindia Belanda 1922

Adapun pernyataan himbauan agar pemerintah kolonial menaruh dokter dan tenaga kesehatan di sekitar penjara terlihat dari kutipan Sin Po (1921) berikut ini: “Satoe tahoen jang laloe di Noesakambangan telah diadaken satoe dokter Gouvernement, hingga dengan begitoe pertoeloengan narapidana dari tabib (dokter) ada deket”.

Pengadaan dokter dan tenaga kesehatan di Nusakambangan oleh pemerintah kolonial diambil dari dokter-dokter muda orang Belanda.

Mereka adalah dokter yang baru saja lulus dan mendapat gelar profesinya belum lama. Penempatan jauh di luar pulau besar menjadi tantangan dan pengalaman para dokter muda saat praktik langsung di lapangan.

Peran dokter muda di Nusakambangan ini membuat kondisi narapidana sehat. Walaupun masih ada beberapa yang belum sembuh dari penyakit influenza, paling tidak setelah dokter ini bertugas di sekitar penjara kondisi kesehatan para tahanan selalu terpantau ketat.

Dengan demikian revitalisasi penjara Nusakambangan pada tahun 1918 tidak hanya berbentuk fisik (bangunan penjaranya saja) tetapi juga pembangunan kesehatan. Pemerintah kolonial mulai memperhatikan jika faktor sanitasi penting untuk membangun masyarakat yang sehat. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)