KBRN, Mekkah: Kementerian Agama RI membentuk satuan operasi (Satop) khusus menghadapi puncak musim haji Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Satop tersebut beranggotakan petugas yang sebelumnya bekerja di daerah kerja (Daker), baik Makkah, Madinah, maupun Bandara.
“Personelnya hampir sama perwakilan daker-daker. Jadi daker ketika masuk ke Armuzna tidak lagi dinamai Daker,” jelas Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Arsyad Hidayat, kepada wartawan di ruang Media Center Haji (MCH) Daker Makkah, Minggu (26/6/2022).
Personel dari ketiga Daker tersebut akan dibagi. Untuk Arafah akan diisi Daker Bandara, sedangkan yang bertugas di Muzdalifah diisi oleh Daker Makkah dan Mina akan diisi oleh Daker Madinah.
Selain itu juga, akan ada tim monitoring yang akan mengawasi seluruh proses pergerakan jemaah saat pelaksanaan Armuzna.
Adapun mobilisasi Armuzna akan dimulai sejak 8 Zulhijjah 1443 Hijriyah pagi.
“Kemarin kita simulasi dengan Kementerian Haji (Arab Saudi), jika dulu biasanya dimulai (mobilisasi jemaah) jam 07.00 pagi sampai 24.00 malam, dengan jumlah jemaah saat ini, dari hotel ke Arafah InsyaAllah akan selesai pukul 17.00 sore (waktu Arab Saudi),” ujar Arsad lebih lanjut.
Pada 9 Zulhijjah, jemaah akan melakukan rangkaian ibadah wukuf di Arafah, sejak masuk waktu Zuhur. Selanjutnya, jemaah akan dimobilisasi ke Muzdalifah.
“Setelah Maghrib, jemaah akan mulai kita dorong masuk ke Muzdalifah. Mudah-mudahan sebelum tengah malam sudah tuntas. Biasanya dulu pergerakan ke Muzdalifah sampai pukul 01.00-02.00 dini hari,” ujarnya.
Arsyad yang juga menjabat Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama ini mengatakan, petugas haji akan berjaga dan mendorong jemaah yang sudah berada di Muzdalifah segera mengambil batu dan bergeser ke Mina.
“Di Muzdalifah jemaah yang duluan sampai pukul 19.00 (waktu Arab Saudi) segera bergegas menuju Mina untuk melakukan lempar jumrah aqabah. Biasanya proses mobilisasi jemaah ke Mina ini sampai pagi,” tambah Arsad.
Untuk mobilisasi jemaah selama Armuzna, PPIH telah berkomunikasi dan menjalin kontrak dengan Organda Arab Saudi.
“Untuk transportasi, kita kontrak dengan Naqabah (Naqabah lis-Sayyarat) Organdanya Arab Saudi yang diberikan kewenangan mengangkut jemaahdari hotel ke Arafah-Muzdalifah-Mina dan kembali ke hotel,” ujarnya.
Sejak 5 Juli 2022, seluruh bus yang beroperasi di Arab Saudi termasuk bus shalawat akan fokus disiapkan untuk melayani Armuzna. Bus shalawat baru akan beroperasi normal, diperkirakan setelah 16 Juli 2022.
“Nanti setelah tanggal 5 tidak akan ada lagi bus shalawat berkeliaran. Semuanya akan ditarik untuk pelaksanaan Armuzna. Jadi tanggal 5-15 Juli 2022 tidak akan ada bus shalawat. Di periode tersebut silakan salat lima waktu di sekitar hotel sekaligus juga hemat tenaga,” ujarnya.
Sementara itu, terkait Armuzna tahun ini, jemaah Indonesia dipastikan akan menerima fasilitas jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tenda bagi jemaah selama di Arafah dan Mina misalnya, akan lebih baik dengan pendingin udara (AC) baru yang lebih dingin dari sebelumnya.
Jika tahun lalu rata-rata satu tenda hanya terpasang 4 AC, tahun ini akan ditambah menjadi 6 AC dengan suplay listrik dari dari PLN Saudi.
Selain karpet, jemaah juga akan dimanjakan dengan adanya kasur dan bantal di dalam tenda. Dengan kasur, jemaah diharapkan bisa beristirahat dengan lelap sehingga bisa mengembalikan energi fisik untuk tahapan ibadah selanjutnya.
Selain itu, satu maktab atau pemondokan yang biasanya berisi 2.900-3.000 jemaah, tahun ini hanya akan diisi 2.100 jemaah sehingga lebih longgar.
“Untuk tahun ini kapasitas per jemaah di dalam tenda, 1.6 meter persegi untuk Arafah dan jemaah di Mina 0.9 meter persegi,” ujarnya.
Begitu juga toilet jemaah. Jika tahun sebelumnya jumlah toilet per maktab hanya 21, sekarang diperbanyak menjadi 38. Juga ada tambahan toilet portabel sehingga mampu mengurangi antrean toilet, khususnya di toilet perempuan.
Untuk katering, Kementerian Agama juga mendatangkan personel dari Ikatan Chef Indonesia serta mahasiswa ahli resep dari Politeknik Pariwisata NHI Bandung.
“PPIH Arab sudah melakukan skenario pelatihan juru masak dan mendatangkan teman-teman dari NHI Bandung dan Ikatan Chef Indonesia. Harapannya makanan yang diberikan memiliki selera Indonesia dan tentunya lezat,” tandas Arsad.