Beranda blog Halaman 5

Ratusan ASN Subang Belum Gajian, Ternyata Gara-Gara “Telat Klik”!

ASN Subang belum gajian

SUBANG – Senin, 6 Oktober 2025, bukan hari yang manis bagi ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Subang. Bukan karena lupa sarapan, tapi karena gaji dan tunjangan yang biasanya sudah mampir ke rekening, kali ini belum juga tampak bayangannya.

Kepala Bidang Perbendaharaan di Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Subang, Budhi Purnama, menjelaskan penyebabnya dengan nada yang tetap tenang meski situasinya bikin jantung ASN deg-degan. “Biasanya akhir bulan sudah di-input, namun sebanyak 10 kecamatan meng-input datanya sekitar tanggal 1 kemarin,” ujar Budhi.

Ya, bisa dibilang masalah ini bukan karena uangnya tidak ada, tapi karena jari-jemari bendahara di 10 kecamatan tadi agak “lelet” mengetik. Ibarat ujian daring—klik telat sedikit, nilainya pun ikut melayang.

Adapun kecamatan yang “bernasib sama” itu adalah Sagalaherang, Binong, Pamanukan, Compreng, Pusakanagara, Ciasem, Cikaum, Serangpanjang, Sukasari, dan Pusakajaya. “Totalnya sekitar Rp700 juta-an, kecuali Kecamatan Binong, Insya Allah besok, Selasa, 7 Oktober 2025, 9 kecamatan sudah bisa mencairkan gaji,” ucap Budhi penuh harap.

Nah, kalau ASN di Binong masih harus sedikit bersabar, alasannya bukan karena salah kirim data, tapi karena “ganti pemain.” “Ada perubahan bendahara,” jelas Budhi.

Jadi, pelajaran hari ini: bukan hanya murid yang harus disiplin mengumpulkan tugas tepat waktu. Bendahara pun harus gesit meng-input data, supaya gaji tak perlu ikut puasa panjang.

Polres Subang Rayakan HUT ke-80 TNI, Sinergi Semakin Kokoh di Bumi Jawara

HUT ke-80 TNI Subang

Subang – Dalam suasana penuh semangat kebersamaan, Polres Subang turut ambil bagian dalam Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang digelar di Makodim 0605/Subang, Minggu (5/10/2025). Upacara berlangsung khidmat, menggambarkan sinergi nyata antara TNI dan Polri dalam menjaga keutuhan serta keamanan bangsa.

Polres Subang diwakili langsung oleh Wakapolres Subang, KOMPOL Endar Supriyatna, S.Kom., S.I.K., yang hadir mewakili Kapolres Subang AKBP Dony Eko Wicaksono. Acara juga dihadiri jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Subang.

Upacara dipimpin oleh Dandim 0605/Subang, Letkol Czi Asep Saepudin, S.E., dengan mengusung tema nasional “TNI Prima – TNI Rakyat – Indonesia Maju.” Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan penegasan komitmen TNI untuk terus menjaga kedaulatan bangsa dan mempererat kemanunggalan dengan rakyat—pondasi penting menuju Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.

Dalam amanat Panglima TNI yang dibacakan saat upacara, seluruh prajurit diingatkan agar senantiasa memperkokoh iman, menjaga soliditas, dan memperkuat kemanunggalan dengan rakyat. Tak kalah penting, prajurit juga diimbau bijak dalam bermedia sosial dan melaksanakan tugas dengan tulus—sebuah refleksi profesionalisme TNI di era digital.

Selepas upacara, suasana menjadi hangat dan akrab lewat ramah tamah dan panggung prajurit. Tak berhenti di situ, acara dilanjutkan dengan peletakan batu pertama serta penandatanganan prasasti pembangunan sebagai simbol sinergi dalam membangun negeri.

Sebagai bentuk penghormatan, Polres Subang menyerahkan kue dan tumpeng HUT TNI kepada jajaran TNI di Subang, termasuk Kodim 0605/Subang, Yonif 312/Kala Hitam, Subdenpom III/3-2, dan Lanud R. Suryadi Suryadarma. Gestur sederhana namun sarat makna ini mempertegas semangat soliditas dan persaudaraan antara dua institusi penjaga NKRI.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung aman, tertib, dan penuh keakraban. Melalui momentum ini, Polres Subang menyampaikan selamat ulang tahun ke-80 kepada seluruh prajurit TNI di mana pun bertugas—semoga TNI semakin tangguh, profesional, dan senantiasa menjadi kebanggaan rakyat Indonesia.

Produksi Gabah Subang Tembus 1 Juta Ton, Bukti Sinergi Petani dan Teknologi Modern

Produksi Gabah Subang 2025

Subang – Produksi gabah kering di Kabupaten Subang, Jawa Barat, melonjak signifikan pada 2025, menandai penguatan ketahanan pangan nasional di tengah upaya pemerintah mencapai swasembada beras. Berdasarkan data terbaru, produksi gabah kering Subang mencapai 1 juta ton, naik dari 900 ribu ton pada tahun sebelumnya.

Kenaikan ini ditopang oleh penerapan teknologi pertanian modern dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan petani melalui program Komunitas 10 Ton yang diinisiasi Syngenta Indonesia. Keberhasilan tersebut dipamerkan dalam Festival Panen Raya Komunitas 10 Ton di Lapangan Stadion Perjuangan, Compreng, Subang, pada 4 Oktober 2025.

Acara bertema “Sinergi untuk Indonesia Maju: Memberdayakan Petani, Menguatkan Ekonomi, dan Menjaga Keberlanjutan Pertanian” ini dihadiri lebih dari 500 petani, pejabat pemerintah, anggota DPR, Bulog, serta perwakilan Kementerian PPN/Bappenas dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat.

Tenaga Ahli Menteri PPN/Bappenas, Frans B.M. Dabukke, yang hadir mewakili Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy, menegaskan pentingnya sinergi multipihak dalam memperkuat sektor pangan nasional. “Untuk mencapai swasembada pangan dan beras, harus ada sinergi dan kolaborasi yang baik antara kementerian/lembaga pemerintah, pihak swasta, hingga pelaku usaha,” ujar Frans dalam sambutannya, Minggu (5/10/2025).

Program Komunitas 10 Ton menjadi contoh kolaborasi efektif. Beranggotakan 20 petani dengan total lahan 1,5 hektar, komunitas ini berhasil mencapai produktivitas hingga 10 ton per hektar—dua kali lipat dari rata-rata nasional yang berkisar 5–6 ton per hektar.

Presiden Direktur Syngenta Indonesia, Eryanto, menyebut keberhasilan tersebut sebagai bukti nyata manfaat penerapan teknologi dalam peningkatan hasil panen. “Program Komunitas 10 Ton merupakan bukti nyata komitmen Syngenta dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui pemberdayaan petani dan penerapan teknologi pertanian modern,” ujarnya.

Peningkatan hasil di Subang sejalan dengan tren nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras Indonesia pada periode Januari–November 2025 naik 12,62% menjadi 33,19 juta ton, dibanding 29,47 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. Lembaga internasional seperti USDA dan FAO juga memperkirakan produksi beras nasional tahun ini mencapai 34–35 juta ton.

Selain panen raya, kegiatan di Subang menampilkan demonstrasi teknologi drone untuk pertanian, dialog interaktif antarpetani, serta peluncuran buku panduan “Raih Hasil Optimal Budidaya Padi.” Buku ini memuat praktik terbaik dan pengetahuan teknis hasil pendampingan Syngenta kepada petani, dan akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Festival Panen Raya Subang menegaskan bahwa peningkatan produktivitas dan kolaborasi lintas sektor merupakan fondasi utama dalam menjaga kemandirian pangan nasional. Kabupaten Subang kini menjadi contoh nyata daerah yang berhasil memperkuat kapasitas produksi sekaligus menunjukkan arah transformasi pertanian menuju keberlanjutan.

Festival Panen Raya Subang: Kolaborasi Syngenta dan Pemkab Sukses Dongkrak Produksi Padi Dua Kali Lipat

Festival Panen Raya Subang

Subang – Kolaborasi antara Syngenta Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Subang sukses menggelar Festival Panen Raya di Lapangan Stadion Perjuangan, Compreng, Subang, Jawa Barat, Jumat (4/10). Mengusung tema “Sinergi untuk Indonesia Maju,” acara ini menegaskan keberhasilan Komunitas 10 Ton Subang dalam meningkatkan produktivitas padi hingga dua kali lipat dari rata-rata nasional.

Festival yang dihadiri perwakilan Kementerian PPN/Bappenas, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bupati Subang, anggota DPR, Bulog, KTNA, dan lebih dari 500 petani ini menghadirkan berbagai kegiatan. Mulai dari demonstrasi panen, peragaan teknologi pertanian modern seperti drone, hingga dialog interaktif antara petani, pemerintah, dan pihak swasta.

Tenaga Ahli Menteri PPN/Bappenas, Frans B.M. Dabukke, menegaskan bahwa sinergi lintas sektor menjadi kunci swasembada pangan nasional. “Untuk mencapai swasembada pangan dan beras, harus ada sinergi dan kolaborasi yang baik antara kementerian/lembaga pemerintah, pihak swasta, hingga pelaku usaha,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (5/10).

Keberhasilan panen raya ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat produksi beras nasional periode Januari–November 2025 mencapai 33,19 juta ton, naik 12,62% dibanding tahun sebelumnya. Angka ini juga sesuai dengan proyeksi lembaga internasional seperti USDA dan FAO.

Komunitas 10 Ton Subang, yang beranggotakan 20 petani dengan total lahan 1,5 hektar, menjadi sorotan utama. Didampingi Syngenta, komunitas ini menerapkan praktik pertanian modern hingga mampu menghasilkan panen 10 ton per hektar—dua kali lipat dari rata-rata nasional 5–6 ton per hektar. Prestasi ini turut mendorong peningkatan produksi gabah kering Subang menjadi 1 juta ton pada 2025, naik dari 900 ribu ton di tahun sebelumnya.

Presiden Direktur Syngenta Indonesia, Eryanto, menegaskan komitmen perusahaan terhadap ketahanan pangan nasional. “Program Komunitas 10 Ton merupakan bukti nyata komitmen Syngenta dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui pemberdayaan petani dan penerapan teknologi pertanian modern,” jelasnya. Ia berharap inisiatif ini dapat menjadi model pertanian berkelanjutan yang bisa diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu, Syngenta meluncurkan buku panduan “Raih Hasil Optimal Budidaya Padi” yang berisi pengalaman dan pengetahuan praktis dalam meningkatkan produktivitas petani. Buku ini dapat diakses secara gratis sebagai referensi lapangan bagi petani dan masyarakat umum.

Melalui demonstrasi penggunaan drone, Syngenta juga memperkenalkan pertanian presisi yang efisien dan ramah lingkungan. Festival Panen Raya ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan petani untuk mewujudkan swasembada beras dan ketahanan pangan nasional—sejalan dengan visi Syngenta Indonesia: Petani MAJU (Maximize profitability, Accelerate innovation, Joint effort in sustainability, United one team).

Dahana Rayakan Pekan TJSL 2025 dengan Lomba Ngadongeng Bahasa Sunda untuk Siswa SD

Lomba Ngadongeng Bahasa Sunda Dahana

Subang – PT Dahana melanjutkan rangkaian Pekan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) 2025 dengan menggelar lomba ngadongeng berbahasa Sunda bagi siswa SD se-Kabupaten Subang. Kegiatan ini berlangsung di Bale Dahana pada Kamis, 2 Oktober 2025, mengusung tema sasatoan atau fabel sebagai bentuk pelestarian bahasa dan budaya Sunda di kalangan generasi muda.

Lomba Ngadongeng Bahasa Sunda Dahana

Acara dibuka oleh Manajer TJSL PT Dahana, Ismail Kurbani. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap pelestarian budaya daerah. “Lomba ngadongeng dalam bahasa Sunda ini kami hadirkan untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap budaya lokal. Sebagai perusahaan yang lahir dan berkembang di Subang, Dahana ingin memastikan nilai-nilai budaya Sunda tetap terjaga di tengah arus globalisasi,” ujar Ismail.

Lomba dibagi menjadi dua kategori, yaitu putra dan putri. Para peserta menampilkan cerita fabel penuh pesan moral dengan ekspresi dan intonasi khas dongeng Sunda. Antusiasme tinggi tampak dari peserta, guru, hingga orang tua yang turut hadir memberikan dukungan.

Selain sebagai ajang pelestarian budaya, kegiatan ini juga menjadi bagian dari perayaan HUT ke-59 PT Dahana. Sebagai perusahaan BUMN anggota DEFEND ID yang bergerak di industri bahan peledak untuk sektor tambang, migas, kuari, hingga pertahanan militer, Dahana berkomitmen memberi kontribusi tak hanya di sektor industri strategis, tetapi juga dalam bidang sosial dan budaya masyarakat.

Lomba Ngadongeng Bahasa Sunda Dahana

Melalui lomba ngadongeng ini, Dahana berharap dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal sekaligus menginspirasi anak-anak Subang untuk lebih mencintai bahasa dan budaya Sunda sebagai warisan luhur bangsa.

Deskripsi meta:

Tag:

DPRD Subang Bahas Pilkades 2026: Rp34,3 Miliar Demi Demokrasi Digital Desa

DPRD Subang

SUBANG – Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Subang kali ini bukan sekadar rutinitas formal di gedung megah. Di dalamnya, Wakil Bupati Subang, H. Agus Masykur, menyampaikan kabar penting: Pilkades Serentak Tahun 2026 akan digelar di 165 desa dengan anggaran fantastis — Rp34,3 miliar!

Namun, bukan sekadar besarannya yang menarik, melainkan cara pemerintah menyiapkannya. “Pilkades adalah jantung demokrasi desa, sehingga setiap langkah menuju digitalisasi harus tetap menjamin keadilan, transparansi, dan partisipasi rakyat,” tegas Agus, seolah mengingatkan bahwa demokrasi pun butuh ‘detak jujur’, bukan sekadar seremonial kotak suara.

Pernyataan itu disampaikan dalam rapat yang dipimpin Ketua DPRD Subang, Victor Wirabuana Abdurachman, SH, Kamis (2/10/2025). Agenda rapat membahas Jawaban Bupati atas Pandangan Umum Fraksi-fraksi DPRD terhadap Rancangan APBD Tahun Anggaran 2026. Atmosfernya hangat, kadang serius, kadang diselingi tawa ringan — khas dinamika antara legislatif dan eksekutif yang sama-sama ingin Subang melangkah lebih jauh.

Agus pun menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota DPRD atas berbagai masukan dan kritik yang konstruktif. “Dinamika dalam pembahasan RAPBD merupakan wujud komitmen bersama untuk menghadirkan APBD yang realistis, adil, dan berpihak kepada kepentingan masyarakat,” ujarnya dengan nada diplomatis namun tegas.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa arah RAPBD 2026 tetap konsisten pada visi dan misi pembangunan Subang. Meski transfer dana dari pusat mengalami penurunan, pemerintah daerah tak ingin menyerah. “Pemerintah Daerah bersama DPRD berkomitmen agar APBD tidak sekadar teknis administrasi, tetapi menjadi instrumen nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Agus.

Tak berhenti di situ, Agus juga mengungkapkan sejumlah langkah strategis: optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa membebani masyarakat kecil, penguatan kinerja BUMD agar lebih produktif, dan dorongan terhadap inovasi pelayanan publik berbasis digital — karena di era serba daring ini, masyarakat tak lagi sabar menunggu antrean panjang.

“Pada aspek belanja daerah, pemerintah menekankan pentingnya prioritas pada pembangunan infrastruktur dasar, layanan kesehatan, pendidikan, serta pengentasan kemiskinan,” tambahnya.

Sementara itu, Sekda Subang, Asep Nuroni, menutup dengan penegasan bernada harapan. Ia menyampaikan bahwa pemerintah tetap berpegang pada prinsip transparansi, akuntabilitas, dan gotong royong dalam setiap tahap penyusunan serta pelaksanaan APBD. “Kami percaya bahwa dengan sinergi antara eksekutif dan legislatif, APBD Subang Tahun 2026 dapat memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya dengan senyum optimis — seperti Subang yang siap menatap masa depan dengan langkah mantap.

Deskripsi Meta:

Tag:

Festival Panen Raya Komunitas 10 Ton di Subang: Kang Rey Janjikan BPJS Ketenagakerjaan untuk Petani Tahun 2026

Festival Panen Raya Komunitas 10 Ton

Subang – Subang kembali berdenyut penuh semangat. Sabtu pagi (4/10/2025), Lapangan Bola Mekarjaya, Kecamatan Compreng, berubah menjadi lautan topi caping dan bendera panen. Sorak gembira para petani menggema dalam Festival Panen Raya Padi Komunitas 10 Ton, ajang tahunan yang bukan hanya soal hasil panen, tapi juga perayaan kerja keras dan kolaborasi.

Di tengah riuh tawa dan gemericik gabah yang baru dituai, hadir Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita Budi Raemi, S.IP, atau yang akrab disapa Kang Rey. Ia datang bukan hanya membawa sambutan, tapi juga harapan besar: Subang sebagai lumbung pangan nasional yang kuat, inovatif, dan menyejahterakan.

Festival ini mengusung semangat sinergi untuk Indonesia maju—menghubungkan pemerintah, komunitas petani, dan pelaku usaha demi ketahanan pangan nasional yang tangguh di tengah tantangan global. Hadir pula tokoh-tokoh penting: Anggota DPR RI Dapil Jabar IX, Staf Khusus Menteri PPN/Bappenas, Direktur Pembinaan Tanaman Pangan, Dirut Perum Bulog, Ketua Umum KTNA, hingga para petani milenial yang siap menjadi penerus tonggak pertanian masa depan.

Pendiri Komunitas 10 Ton, Dr. Frans Dabuke, tampil dengan semangat khasnya.
“Kunci pokoknya meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan teknologi yang tepat, kita bukan hanya bisa panen lebih banyak, tetapi juga hidup lebih sejahtera,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah dari peserta.

Bupati Kang Rey menegaskan bahwa festival ini adalah bukti nyata gotong royong dan inovasi petani Subang.
“Subang adalah salah satu lumbung pangan nasional dengan potensi besar di sektor pertanian. Hadirnya komunitas seperti 10 Ton dan penerapan teknologi pertanian inovatif sejalan dengan visi kami membangun ekonomi daerah yang kokoh dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Namun, Kang Rey tak berhenti di situ. Ia menyoroti satu isu penting yang sering terabaikan: regenerasi petani.
“Kita perlu menyiapkan generasi petani baru yang melek teknologi dan tangguh menghadapi perubahan iklim serta tantangan global,” katanya dengan nada penuh keyakinan.

Dan di momen yang paling ditunggu, Kang Rey meluncurkan kebijakan baru yang langsung membuat suasana semakin riuh.
“Tahun 2026, seluruh petani di Subang akan ditanggung dalam program BPJS Ketenagakerjaan dengan pembiayaan dari pemerintah daerah,” tegasnya.
Seketika, tepuk tangan bergemuruh. Para petani tersenyum lega—akhirnya ada jaminan nyata bagi mereka yang setiap hari bergulat dengan lumpur dan cuaca.

Festival ini juga diwarnai dengan diskusi interaktif bertema “Peran Teknologi Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pertumbuhan Ekonomi.” Narasumbernya berasal dari berbagai pihak: petani Komunitas 10 Ton, Presiden Direktur PT Syngenta, hingga perwakilan Bappenas.

Lewat momentum ini, Bupati Subang berharap sinergi lintas sektor bisa terus diperkuat. Karena bagi Kang Rey, ketahanan pangan bukan hanya soal panen berlimpah, tapi juga tentang kesejahteraan petani yang memanen harapan.

Jalan Mulus, Warga Kumpay Bersorak: “Janji Bupati Subang Bukan Isapan Jempol!”

peresmian jalan Tambakmekar Kasomalang

Subang – Pagi di Desa Kumpay, Kecamatan Jalancagak, terasa berbeda. Udara sejuk pegunungan kini bersanding dengan aroma aspal baru. Warga berjejer di pinggir jalan, wajah-wajah sumringah menatap deretan mobil dinas yang melintas. Ya, Bupati Subang Reynaldy Putra Andita Budi Raemi, S.IP, atau yang akrab disapa Kang Rey, datang bersama Wakil Bupati Agus Masykur Rosyadi, S.Si., M.M untuk meresmikan Ruas Jalan Kabupaten Tambakmekar–Kasomalang, Jumat (3/10/2025).

Sorak gembira menggema. Anak-anak melambai, para ibu tersenyum lebar, dan para bapak bertepuk tangan pelan. Jalan yang dulu rusak dan berdebu kini mulus seperti janji yang akhirnya ditepati. Warga menyambut Kang Rey bukan sekadar sebagai pemimpin, tapi sebagai sosok yang benar-benar menepati kata-katanya.

Ruas Tambakmekar–Kasomalang memang bukan jalan sembarangan. Ia menjadi jalur alternatif penting untuk mengurai kemacetan di jalur utama, sekaligus urat nadi ekonomi warga, menghubungkan Kasomalang hingga Tanjungsiang. Bagi masyarakat, jalan ini bukan sekadar beton dan aspal—tapi simbol dari perhatian pemerintah terhadap desa yang kerap terlupakan.

“Ini bukan sekadar janji, tetapi kerja nyata Bupati dan Wakil Bupati. Paling lambat tahun 2026, seluruh jalan di Kabupaten Subang harus leucir (mulus/licin),” tegas Kang Rey, disambut tepuk tangan panjang dari warga yang mungkin sudah bosan menghindari lubang jalan.

Tak hanya bicara pembangunan, Kang Rey juga menitipkan pesan moral: agar warga menjaga infrastruktur yang telah dibangun bersama. “Kalau jalannya sudah bagus, jangan dirusak lagi. Jaga, rawat, dan manfaatkan sebaik mungkin,” ujarnya dengan nada akrab, seperti berbicara kepada keluarga sendiri.

Kepala Desa Kumpay, Asep Saepuloh, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Kami sangat berterima kasih kepada Pemkab Subang. Jalan beton sepanjang 500 meter di dua titik ini sudah lama kami impikan. Sekarang sudah jadi kenyataan,” ucapnya penuh haru.

Hal senada datang dari Euis (52), warga yang terlihat sumringah sejak pagi. “Rasa bahagia ini sulit diungkapkan dengan kata-kata. Jalan ini sudah lama kami tunggu. Sekarang bisa kami nikmati bersama,” ujarnya dengan mata berbinar.

Tak hanya meresmikan, Kang Rey juga meninjau langsung kondisi lapangan, memastikan pembangunan berjalan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat. Langkah kecil di atas jalan mulus itu menjadi simbol besar dari komitmen Pemkab Subang untuk menghadirkan pembangunan yang merata hingga pelosok desa, bukan hanya di pusat kota.

Dan hari itu, di antara riuh tepuk tangan dan senyum warga, satu hal jadi jelas: janji bukan lagi sekadar kata di spanduk, tapi sudah menjelma jadi jalan yang bisa dilalui bersama.

Teguran Berujung Tragis: Lansia di Pamanukan Tewas, Tiga Pengamen Diringkus Polisi

pengeroyokan di Pamanukan

Subang – Siang yang mestinya damai di Pamanukan, Subang, berubah jadi ngeri. Hanya gara-gara teguran sederhana dari seorang kakek berusia 66 tahun, tiga pengamen mabuk ciu mendadak kehilangan akal sehat. Batu, bambu, dan kayu jadi senjata. Dan sore itu, langit Subang seolah ikut berduka.

Tak butuh waktu lama, Tim Resmob Sat Reskrim Polres Subang bergerak cepat seperti film laga tanpa jeda. Hanya beberapa jam setelah kejadian, tiga pelaku pengeroyokan brutal berhasil dibekuk. Mereka adalah DS (28), MA (15), dan EK (39) — warga Dusun Kedung Gede, Desa Mulyasari, Kecamatan Pamanukan. Uniknya, ketiganya sehari-hari dikenal sebagai pengamen jalanan.

Menurut keterangan resmi Kapolres Subang AKBP Dony Eko Wicaksono, S.H., S.I.K., M.H., Ph.D., peristiwa ini terjadi pada Jumat (3/10/2025) sekitar pukul 12.20 WIB. Saat itu, ketiga pelaku diketahui sedang menikmati minuman keras jenis ciu di rumah seorang warga bernama Rendi. Dari sini, bencana pun dimulai.

Korban, Herna (66), merasa terganggu dan menegur mereka. Tapi yang datang bukan permintaan maaf, melainkan lemparan batu yang menghantam wajah dan pipinya. Tak puas, para pelaku juga melempari rumah korban dengan bambu dan kayu. Brutal, tanpa nalar, dan tanpa rasa iba.

“Tidak terima dengan teguran itu, pelaku kemudian melempar batu ke arah korban hingga mengenai wajah dan pipinya. Setelah itu, mereka juga melempari rumah korban dengan batu, bambu, dan kayu,” jelas Kapolres Dony kepada awak media, Sabtu (4/10/2025).

Tragisnya, korban ditemukan meninggal dunia di ruang tamu rumahnya pada Sabtu dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB. Peristiwa ini sontak membuat warga sekitar syok, bahkan sebagian masih tak percaya seseorang bisa kehilangan nyawa hanya karena menegur orang mabuk.

Dua pelaku, DS dan MA, ditangkap pada Sabtu pagi sekitar pukul 07.00 WIB di rumah masing-masing. Sementara satu pelaku lain, EK, sempat mencoba melarikan diri sebelum akhirnya tertangkap di wilayah Kasomalang, Kabupaten Subang, sekitar pukul 14.30 WIB.

Kini ketiganya tak bisa lagi bernyanyi di jalanan. Mereka akan bernyanyi di balik jeruji besi. Polisi menjerat mereka dengan Pasal 170 ayat (3) KUHP tentang pengeroyokan yang mengakibatkan kematian, dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara.

“Polres Subang berkomitmen untuk menindak tegas setiap bentuk tindak pidana yang meresahkan masyarakat demi terciptanya situasi kamtibmas yang aman dan kondusif,” tegas Kapolres Dony, menutup pernyataannya dengan nada yang tegas tapi tetap manusiawi.

Kasus ini menjadi pengingat betapa mahalnya harga emosi dan betapa rapuhnya batas antara teguran dan tragedi. Pamanukan kembali tenang hari ini—tapi luka di hati warga, terutama keluarga korban, masih lama sembuhnya.

Jeritan Anak Korban di Pamanukan: “Bapak Saya Kalian Bunuh!”

pembunuhan di Pamanukan

Subang – Ada aroma getir yang menyeruak dari jagat maya Subang. Bukan tentang gosip selebritas, bukan pula soal diskon akhir pekan. Tapi tentang jeritan pilu seorang anak yang kehilangan ayahnya secara tragis di Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Kasus pembunuhan yang bikin netizen mendadak hening—lalu ramai seketika.

Di akun Facebook bernama Thiee Theaa, sang anak menulis dengan amarah yang tak bisa lagi ditahan. Katanya, “Bapak saya kalian bunuh. Rumah saya kalian rusak. Dulu bapak saya difitnah menanam ganja agar masuk penjara. Jangan pikir saya diam saja.”
Kalimatnya pendek, tapi bergetar. Seolah setiap hurufnya keluar bersama air mata dan dada yang sesak.

Tak berhenti di situ, ia juga menyentil tetangga-tetangga yang dulu cerewet, tapi kini bungkam seribu bahasa. “Sebenci apa kalian pada bapak saya sampai kalian bunuh bapak saya. Hukum tabur tuai itu ada. Saya akan kejar orang yang bunuh bapak saya. Dan ganti rugi sudah merusak rumah saya.”
Seketika warganet pun terbelah antara sedih, marah, dan tidak percaya.

Unggahan penuh emosi itu ditutup dengan kalimat yang membuat siapa pun tercekat:
“Semoga bapak dapat keadilan dan manusia-manusia busuk itu dihukum seberat-beratnya.”
Doa yang terasa seperti cambuk bagi nurani siapa pun yang membacanya.

Kolom komentar pun mendadak jadi ruang duka bersama. Ada Nenk Shakila yang menulis, “Sing sabar nya neng, mugia pun bapa Husnul khotimah.”
Ada juga Nuraenah Kenan yang berkata, “Innalillahi wainailaihi rojiun. Sing tabahnya. Semoga pembunuhnya bisa dihukum seberat-beratnya.”
Dan tak ketinggalan Hams Rafisqi Jaya, yang menambahkan, “Astaghfirullah ya Allah, mugia almarhum di tampi amal sae na, di tempatkan di sisi ridho-Mu ya Rabb. Keluarga sing ikhlas ridho na. Sing enggal rengse perkara na.”

Dunia maya mendadak seperti ruang tahlilan digital—tempat orang bersimpati, berduka, sekaligus menuntut keadilan.

Sementara itu, dari dunia nyata, Kapolres Subang AKBP Dony Eko Wicaksono mengonfirmasi bahwa motif di balik pembunuhan ini adalah sakit hati. Korban disebut menegur para pelaku yang membuat keributan dalam kondisi mabuk.
Tiga terduga pelaku—DS (28), MA (15), dan EK (39)—berhasil ditangkap hanya beberapa jam setelah kejadian. Mereka kini dijerat Pasal 170 ayat (3) KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara.

Namun bagi keluarga korban, bukan sekadar vonis yang diharapkan. Mereka ingin luka ini diakui, suara mereka didengar, dan keadilan benar-benar ditegakkan—tanpa jeda, tanpa kompromi.

Tragedi Pamanukan ini bukan sekadar kisah kriminal. Ia adalah potret getir tentang bagaimana kehilangan bisa bersuara, bahkan lewat layar ponsel yang dingin. Sebab kadang, jeritan hati lebih keras daripada sirene polisi.

Recent Posts