Beranda blog Halaman 21

Fraksi PKS Dorong Optimalisasi Pendapatan dan Serapan Anggaran dalam Perubahan APBD Subang 2025

Perubahan APBD Subang 2025

Subang – Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kabupaten Subang menyoroti berbagai aspek penting dalam Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Subang Tahun Anggaran 2025. Pandangan umum fraksi tersebut disampaikan dalam rapat paripurna pada Rabu, 30 Juli 2025, oleh anggota Fraksi PKS, Lidya Fitriani.

Dalam pandangannya, PKS mendorong pemerintah daerah untuk memanfaatkan sisa waktu lima bulan ke depan guna memastikan target pendapatan tercapai, terutama dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu, fraksi ini menekankan pentingnya optimalisasi serapan anggaran di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

“Harapannya pada akhir tahun serapan anggaran bisa tercapai 100 persen. Ini kita lakukan demi pembangunan Kabupaten Subang yang kita cintai, untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik yang lebih baik,” ujar Lidya.

Fraksi PKS juga mencermati peningkatan proyeksi pendapatan dalam perubahan APBD 2025 yang naik sebesar Rp223 miliar, dari Rp2,905 triliun menjadi Rp3,128 triliun. Peningkatan ini dinilai sebagai peluang besar untuk memperbaiki kualitas layanan publik dan mempercepat pembangunan daerah.

Namun, PKS menegaskan perlunya kajian mendalam terhadap sumber-sumber pendapatan agar potensi yang ada dapat digali secara maksimal. Lidya juga mengingatkan bahwa pengelolaan keuangan harus dilakukan secara cermat dan bertanggung jawab.

“Dengan peningkatan APBD, pengelolaan keuangan juga harus dilakukan lebih cermat,” tegasnya.

Di sisi lain, fraksi ini mempertanyakan kebijakan belanja daerah, khususnya penurunan pada pos belanja tidak terduga. Mereka khawatir penurunan ini dapat mengurangi kemampuan pemerintah dalam merespons kondisi darurat seperti bencana alam maupun wabah.

“Penurunan ini juga berpotensi mengurangi fleksibilitas pemerintah dalam penanganan masalah mendesak lainnya. Kami meminta penjelasan terkait hal tersebut,” ujar Lidya.

Sebagai penutup, PKS menyatakan bahwa pembahasan rinci akan dilanjutkan dalam forum bersama Badan Anggaran DPRD Kabupaten Subang guna memastikan setiap keputusan anggaran berpihak pada kepentingan masyarakat.

DAHANA Dukung Usaha Difabel dengan Bantuan Alat Sablon

bantuan usaha difabel

Subang – PT DAHANA kembali menunjukkan komitmennya dalam pemberdayaan masyarakat. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan bahan peledak milik negara ini menyerahkan seperangkat alat sablon kepada Jahidin, seorang penyandang disabilitas yang menjalankan usaha sablon rumahan di Desa Pusakaratu, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Penyerahan bantuan yang dilakukan pada Rabu, 30 Juli 2025 ini bertujuan untuk memperkuat usaha Jahidin sekaligus membuka akses kesetaraan ekonomi bagi kelompok rentan.

Manajer TJSL PT DAHANA, Neni Sumarni, menegaskan bahwa dukungan ini merupakan bagian dari fokus program perusahaan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat.

“Salah satu fokus program TJSL kami adalah peningkatan kapasitas masyarakat. Bantuan ini diharapkan dapat memperkuat usaha rumahan yang dijalankan oleh Pak Jahidin, sekaligus mendorong produktivitas dan keberlanjutan usaha para penyandang difabel di sekitar perusahaan,” ujar Neni.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa program ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.

“Kami percaya bahwa pertumbuhan ekonomi harus dirasakan secara merata, termasuk oleh saudara-saudara kita penyandang difabel,” tuturnya. “Semoga bantuan ini dapat meningkatkan kesejahteraan Jahidin dan keluarganya. Kami juga mohon doa agar DAHANA semakin maju sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi lebih banyak masyarakat.”

Jahidin menyambut baik bantuan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa alat sablon yang diterimanya akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi usahanya.

“Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Dengan alat sablon baru, saya bisa meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas hasil sablon. Terima kasih kepada PT DAHANA atas perhatiannya kepada kami para penyandang disabilitas. Semoga DAHANA semakin sukses dan terus membawa manfaat bagi masyarakat,” ujar Jahidin.

Inisiatif ini merupakan bagian dari rangkaian program TJSL PT DAHANA yang fokus pada pemberdayaan masyarakat, pelestarian lingkungan, serta pembangunan berkelanjutan di sekitar wilayah operasional perusahaan.

FKIP Universitas Subang Gandeng PNJ: Kolaborasi Cerdas Ciptakan Wirausaha Muda Berdaya Saing

kerja sama FKIP Universitas Subang dan PNJ

Subang — Ada kabar segar dari dunia kampus! Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Subang kembali menunjukkan langkah inovatifnya. Kali ini, FKIP resmi menjalin kolaborasi strategis dengan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dalam rangka memperkuat riset dan pengabdian kepada masyarakat. Penandatanganan kesepakatan dilakukan pada 12 Juli 2025 di Gedung FKIP Universitas Subang—momen yang tak hanya formal tapi juga sarat harapan besar.

Kolaborasi ini bukan hanya urusan tanda tangan dan foto bareng, tapi wujud nyata dari kesepahaman dua institusi untuk saling bertukar keahlian lintas disiplin. Dekan FKIP Universitas Subang dan Ketua Jurusan Administrasi Niaga PNJ menjadi penggagas utama, dengan visi yang sama: menjadikan riset sebagai alat pemberdayaan masyarakat.

“Kami ingin menghadirkan riset yang tidak hanya berhenti di ruang akademik, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya dalam meningkatkan kompetensi kewirausahaan pemuda di Kabupaten Subang,” ujar Dekan FKIP penuh semangat.

Salah satu hasil kolaborasi yang langsung meluncur ke publik ilmiah adalah artikel berjudul “Implementasi Collaborative Knowledge Creation Pentahelix untuk Meningkatkan Kompetensi Kewirausahaan Pemuda Indonesia.” Artikel ini telah disubmit ke jurnal internasional bereputasi dan diharapkan dapat menjadi rujukan strategis dalam pengembangan program kewirausahaan berbasis kolaborasi.

Dua pendekatan andalan dibawa ke meja kolaborasi. Dari pihak FKIP, ada model inovasi sosial bernama Learning, Simulating, and Mentoring (LSM), sebuah pendekatan pembelajaran yang dirancang dengan format langsung praktik, simulasi lapangan, hingga pendampingan berkelanjutan. Sementara dari PNJ, hadir konsep Collaborative Knowledge Creation (CKC), yang fokus pada penciptaan pengetahuan bersama dengan melibatkan banyak pihak.

Yang membuat kolaborasi ini makin gurih adalah integrasi unsur pentahelix—yakni kolaborasi antara universitas, pemerintah, industri, masyarakat, dan media. Kombinasi model LSM dan prinsip CKC ini diyakini mampu menghasilkan program riset yang bukan hanya canggih, tapi juga membumi dan bisa langsung dirasakan manfaatnya.

“Kami berharap kolaborasi ini tidak berhenti pada riset semata. Ke depan, akan ada program-program pengabdian masyarakat yang dapat diimplementasikan bersama untuk mencetak generasi muda yang mandiri, kreatif, dan siap berkontribusi bagi pembangunan daerah,” imbuh sang Dekan dengan nada optimis.

Kerja sama ini menjadi bukti bahwa sinergi antarperguruan tinggi tak hanya soal akademik, tetapi juga bisa melahirkan solusi nyata untuk menjawab tantangan zaman—khususnya dalam mencetak wirausaha muda yang tahan banting, berdaya saing, dan punya hati untuk daerahnya.

Gotong Royong Merdeka! Warga RW 17 Puri Subang Kerahkan Excavator Sambut HUT RI ke-80

Subang — Menjelang Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, suasana semangat gotong royong membuncah di Perumahan Puri Subang. Minggu pagi, 28 Juli 2025, warga RW 17 kompak turun ke lapangan untuk menggelar kerja bakti besar-besaran. Tapi tunggu dulu, ini bukan kerja bakti biasa—mereka bawa excavator!

Aksi bersih-bersih ini terpusat di sisi barat kawasan perumahan, berbatasan langsung dengan Gedung KPU Kabupaten Subang. Empat RT bersatu padu: ada yang nyapu, ada yang angkat ranting, ada juga yang sibuk mondar-mandir bawain teh manis dan gorengan. Kombinasi antara semangat kemerdekaan dan logistik ringan khas warga—siapa yang bisa menolak?

Uniknya, satu unit excavator dari BPBD Subang turut diturunkan ke lokasi. Bukan untuk demo alat berat, tapi beneran bantu kerja bakti. Excavator ini dipakai untuk mengeruk tanah yang tinggi, meratakan lahan, dan memangkas pohon besar yang selama ini bikin warga cuma bisa mengelus dada.

Ridwan Abdullah, warga yang jadi komando lapangan dadakan, menyebut kegiatan ini bukan cuma urusan estetika. “Hari ini kita tata dulu, bersihkan sampah, keruk tanah, dan pangkas pohon. Ke depan kita akan lanjutkan agar kawasan ini menjadi lebih sedap dipandang mata dan nyaman untuk kita semua,” ujarnya.

Bagi Ridwan, merapikan lingkungan adalah bentuk kemerdekaan versi warga. “Kita sambut kemerdekaan dengan merdeka dari kekumuhan. Ini bukan hanya kerja bakti biasa, tapi juga bentuk rasa memiliki terhadap lingkungan tempat tinggal kita,” tambahnya mantap.

Kebersamaan jadi bumbu utama dalam kegiatan ini. Meski peluh bercucuran dan tangan pegal angkat-angkat, tawa ringan terus terdengar. “Meski capek, suasananya tetap ramai dan seru karena kita sambil bercanda,” ungkap RT Entis, sambil menambahkan bahwa semua warga terlihat kompak, dari yang nyapu sampai yang bawa termos air.

Kepala BPBD Subang pun tak luput dari apresiasi. Dukungan berupa alat berat dinilai sangat membantu, apalagi mayoritas warga Puri Subang adalah ASN yang tentu ingin lingkungannya tampil seindah gaji yang cair setiap bulan.

Hasilnya? Area yang tadinya kumuh kini berubah drastis: lebih rapi, lapang, dan sedap dipandang. Gotong royong ala RW 17 ini menunjukkan bahwa dengan semangat persatuan dan sedikit bantuan alat berat, lingkungan bisa “merdeka” dari semrawut.

Dan siapa sangka, kemerdekaan itu bisa dimulai dari sapu lidi, teh hangat, dan suara mesin excavator yang menderu gagah!

Lowongan Kerja Misterius! Hanya 12 dari 130 Perusahaan di Subang yang Mau Buka-Bukaan

lowongan kerja Subang

Subang — Pernah merasa lamar kerja kayak tebak-tebakan? Tenang, bukan kamu aja. Bahkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Subang pun pusing tujuh keliling! Kepala Disnakertrans, Rona Mairiansyah, mengungkapkan bahwa kendala utama dalam menyalurkan tenaga kerja di Subang bukan cuma soal pelatihan, tapi… informasi lowongan yang irit bicara dari perusahaan.

Bayangkan, dari sekitar 130 perusahaan yang beroperasi di Subang, cuma 12 yang aktif ngobrol dengan Disnaker soal kebutuhan tenaga kerja. Sisanya? Seperti mantan yang sudah move on—diam seribu kata.

“Masalahnya pabrik-pabrik ini tertutup dalam memberikan informasi lowongan kerja,” ujar Rona, Senin (29/7/2025), sambil menambahkan bahwa pihaknya sudah mengirimkan surat edaran untuk mengingatkan perusahaan agar melaporkan kebutuhan tenaga kerjanya.

Padahal, ada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57 Tahun 2023 yang mewajibkan perusahaan melaporkan lowongan kerja. Sayangnya, aturan ini masih seperti nasi tanpa garam—ada, tapi hambar. Kenapa? Karena belum ada sanksi yang bikin perusahaan ciut kalau melanggar.

“Perpres ini perlu direvisi lagi agar memiliki sanksi yang jelas, sehingga perusahaan lebih patuh melaporkan lapangan kerja yang tersedia,” kata Rona.

Lalu, bagaimana dengan pelatihan kerja? Rona menyebut pelatihan tetap jalan, durasinya minimal satu bulan, dan komunikasi dengan para peserta dijaga biar tidak putus hubungan layaknya chat tak dibalas.

Tapi ya itu tadi, pelatihan saja tak cukup. Setelah lulus, peserta pelatihan butuh pintu masuk ke dunia kerja. Dan ketika pintunya ditutup rapat oleh perusahaan, ya sulit juga mau melangkah.

“Yang sudah pelatihan tetap kita lakukan komunikasi. Hanya saja ada kalanya kita kesulitan, salah satunya karena keterbatasan informasi lowongan dari perusahaan,” jelas Rona, dengan nada diplomatis namun jelas menggigit.

Meski tantangannya tak kecil, Disnakertrans Subang tidak tinggal diam. Mereka tetap berkomitmen untuk menjalin komunikasi dengan industri serta mencari cara agar tenaga kerja yang sudah dilatih bisa terserap lebih optimal. Sebab buat apa belajar mati-matian kalau akhirnya cuma jadi alumni pelatihan tanpa arah?

Semoga ke depan, lowongan kerja tak lagi jadi misteri seperti password Wi-Fi tetangga. Terbuka, jelas, dan bisa diakses siapa saja—asal punya skill!

Gudang KPU Subang Dibobol! Ketua KPU: “Murni Pencurian, Bukan Ulah Orang Dalam”

gudang KPU Subang dibobol

Subang — Drama kriminal merambah ke ranah demokrasi. Kali ini bukan tentang kecurangan pemilu, tapi… gudang KPU yang dibobol maling! Yap, kamu nggak salah baca. Gudang KPU Subang yang berada di Gedung SKB Dinas Pendidikan Kabupaten Subang jadi sasaran aksi tak terpuji, yang baru ketahuan Senin siang, 21 Juli 2025 lalu.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Subang, Abdul Muhyi, membenarkan kejadian ini sambil menekankan keras bahwa insiden tersebut bukan konspirasi dari dalam. “Ini murni pencurian, tidak—saya tekankan sekali lagi—tidak ada keterlibatan dari orang dalam KPU Subang,” tegasnya mantap saat diwawancarai RRI pada Selasa, 29 Juli 2025.

Jadi, kalau kamu sempat berasumsi soal teori konspirasi internal, bisa disimpan dulu di laci paling bawah. Ketua KPU-nya sendiri sudah turun langsung mengumpulkan jajaran internalnya untuk memastikan bahwa tidak ada main belakang di tubuh KPU.

Meski sempat bikin alis mengernyit, ternyata pengamanan gudang selama ini tak sembarangan. Sesuai SOP, gudang KPU Subang dijaga dengan sistem patroli gabungan—ada dari pihak security KPU dan juga dari aparat kepolisian. Komisioner KPU sendiri pun aktif melakukan monitoring.

“Pengamanan dilakukan sudah sesuai SOP, tak hanya dilakukan monitoring oleh seluruh Komisioner dan Staf KPU, juga patroli oleh aparat Kepolisian,” terang Abdul Muhyi.

Namun begitu, tetap saja maling bisa melenggang masuk. Maka dari itu, pihak KPU berjanji akan meningkatkan lagi keamanan di seluruh gudang, biar tak ada episode lanjutan dari “Surat Suara Hilang, Siapa Dalangnya?”.

“Tentunya kami akan memperketat pengamanan tersebut, agar kejadian pencurian tidak terulang kembali,” kata sang ketua.

Soal berapa banyak surat suara bekas Pemilu 2024 yang raib? Eits, sabar dulu. Muhyi belum bisa menyebutkan angka pasti. Alasannya sederhana: tim KPU masih sibuk menghitung kerugiannya. Dan penghitungan ini, katanya, baru akan jelas saat proses lelang surat suara dilakukan nanti.

“Kami belum bisa memastikan jumlahnya berapa, yang pasti kami masih dalam proses menghitung kerugiannya,” papar Abdul Muhyi.

Yang patut diapresiasi, tentu saja kinerja Polres Subang. Nggak pakai lama, pelaku pembobolan berhasil ditangkap dan saat ini sedang dalam proses penyidikan. Ketua KPU pun menyampaikan rasa terima kasihnya dengan gaya yang khas pejabat bijak.

“Terima kasih kepada Polres Subang yang sudah gerak cepat menangkap dan memproses pelaku,” tandasnya, menutup dengan nada lega.

Demokrasi memang kadang dibumbui insiden tak terduga, tapi semoga surat suara bekas ini tak menguap begitu saja ke pasar loak. Dan kita semua berharap, pengamanan gudang KPU ke depan bukan cuma ketat… tapi super ketat—kayak lemari besi isi warisan keluarga!

Ekologi dan AI Bertemu di Subang: Guru Biologi Belajar Pakai Laptop, Sumpit, dan… Gelas Plastik?!

pelatihan guru biologi Subang

Subang — Ada yang berbeda di SMAN 1 Subang hari itu. Bukan karena kantinnya kasih diskon atau muridnya mendadak rajin, tapi karena guru-guru biologi se-Kabupaten Subang sedang upgrade ilmu! Institut Teknologi Bandung (ITB), melalui Kelompok Keahlian Ekologi dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), datang membawa kabar baik—dan ilmu segar.

Kegiatan bertajuk “Peningkatan Pemahaman Ekologi dan Keanekaragaman Hayati bagi Para Guru Mata Pelajaran Biologi di Subang” ini bukan sekadar seminar ngantuk yang penuh slide. Ini adalah kolaborasi antara akademisi keren dan guru-guru tangguh, yang diadakan sebagai bentuk pengabdian masyarakat oleh ITB.

“Guru itu ujung tombak generasi emas. Maka, biar tombaknya tajam, ya diasah dong,” tutur Dr. Ardhiani Kurnia Hidayanti, dosen ITB sekaligus Ketua Panitia acara, dengan semangat seperti habis minum teh tarik dua gelas. Ia menekankan pentingnya pemahaman guru terhadap keanekaragaman hayati dan metode ekologi—baik yang simpel buat praktik di sekolah, maupun yang modern seperti pemodelan berbasis AI.

Sementara itu, Prof. Dr. Tati Suryati Syamsudin, Ketua KK Ekologi SITH ITB, mengingatkan bahwa belajar biologi itu tak bisa cuma modal buku. “Referensi biologi kita kebanyakan dari negeri empat musim. Padahal, Indonesia ini surganya biodiversitas! Masak iya nggak kita eksplorasi?” katanya dalam sambutannya yang bikin para guru makin sumringah.

Para guru pun diberi sajian materi yang wah! dari para ilmuwan. Mulai dari pencuplikan dan preservasi hewan, pengenalan karakter tumbuhan dan kunci determinasi, hingga pemodelan distribusi spesies berbasis AI. Ya, betul. Kegiatan yang awalnya terdengar seperti piknik ilmiah ini berubah jadi petualangan digital.

Program MaxEnt (Maximum Entropy), misalnya, bikin para guru duduk manis di depan laptop sambil ngutak-ngatik peta distribusi spesies. Anisa Kirana Dini Ary, guru dari SMAIT As Syifa Jalancagak, berhasil menjalankannya dengan lancar. “Yang penting laptop kita sudah terinstal JAVA,” ujarnya. Tapi jangan bayangkan ngopi ya—ini JAVA yang coding, bukan kopi!

Bukan cuma di kelas, para guru juga diajak praktik langsung di lapangan. Salah satunya, mencuplik fauna tanah pakai metode pitfall trap. Alatnya? Gelas plastik, sumpit, dan papan bekas. Kombinasi yang mungkin lebih sering dipakai anak kos buat makan mi instan, kini jadi senjata ilmiah tangkap serangga.

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 30 guru dari berbagai SMA di Kabupaten Subang. Ikut hadir pula Ibu Saribanon, Kepala SMAN 1 Subang yang juga Wakil Ketua MKKS Subang, serta Pak Dadang Rosada, Ketua MGMP Biologi Subang. Semuanya kompak mendukung—karena saat guru semangat belajar, murid juga pasti ikut terinspirasi!

Dengan perpaduan antara ilmu modern, alat sederhana, dan semangat luar biasa, kegiatan ini bukan hanya menambah pengetahuan, tapi juga menyulut kembali semangat mengajar para guru biologi. Dari AI hingga alat-alat seadanya, semua bisa jadi jembatan menuju masa depan pendidikan ekologi yang lebih segar dan membumi.

Kang Akur Tinjau Normalisasi Saluran Air ke PT Taekwang, Ajak Warga Jaga Lingkungan

normalisasi saluran air Subang

Subang – Wakil Bupati Subang, H. Agus Masykur Rosyadi, S.Si., M.M., meninjau langsung proses normalisasi saluran air menuju PT. Taekwang pada Minggu, 27 Juli 2025. Kegiatan ini berlangsung di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Subang, sebagai respons atas keluhan warga terkait banjir yang melanda wilayah Rawabadak.

Banjir tersebut disebabkan oleh saluran air yang tersumbat, sehingga menghambat aliran menuju Situ Belendung dan Situ Cinangsi. Penumpukan sampah dan endapan menjadi salah satu faktor utama penyumbatan, yang berpotensi memperparah genangan air di wilayah permukiman.

Wakil Bupati Subang, yang akrab disapa Kang Akur, menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen yang telah terlibat dalam upaya penanganan banjir melalui kegiatan gotong royong. “Saya atas nama pemerintah daerah mengucapkan terima kasih kepada PJT II, Taekwang, warga masyarakat Kelurahan Karanganyar, dan seluruh warga yang terlibat menyelesaikan masalah ini melalui gotong royong,” ujarnya.

Kang Akur juga menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga kebersihan lingkungan, khususnya saluran air. Ia mengingatkan bahwa upaya fisik seperti normalisasi saluran akan sia-sia jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan.

“Dengan semangat gotong royong, Insha Allah, ke depan tidak banjir lagi, dengan syarat tidak membuang sampah sembarangan,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab bersama. “Ayo kita pelihara, kita jaga lingkungan kita supaya tidak banjir, karena tumpukan sampah yang mengalir ke sungai itu menjadi penyebab utama,” ajaknya.

Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya Pemerintah Kabupaten Subang dalam membangun sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan responsif terhadap keluhan warga.

Dahana Bantu Penyandang Disabilitas dengan Mesin Obras untuk Usaha Mandiri

bantuan usaha disabilitas Dahana

Subang – PT Dahana menunjukkan komitmennya dalam mendukung kemandirian ekonomi kelompok rentan dengan menyerahkan bantuan mesin obras kepada Suryadi, seorang penyandang disabilitas. Bantuan ini diberikan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) pada Rabu, 23 Juli 2025.

Manajer TJSL PT Dahana, Neni Sumarni, menjelaskan bahwa bantuan tersebut merupakan bagian dari fokus perusahaan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, khususnya penyandang disabilitas. “Salah satu fokus kami dalam program TJSL adalah peningkatan kapasitas masyarakat. Bantuan ini diharapkan dapat memperkuat usaha rumahan yang dijalankan oleh Suryadi, sekaligus mendorong produktivitas dan keberlanjutan usaha bagi penyandang disabilitas,” ujar Neni.

Ia menambahkan bahwa program ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya Pilar Ekonomi TPB 8 yaitu “Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi”. Dahana berharap penyandang disabilitas dapat memperoleh akses yang lebih luas terhadap peluang usaha serta menjadi pelaku ekonomi yang setara dan mandiri.

Suryadi mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada PT Dahana atas bantuan yang sangat bermanfaat tersebut. “Saya merasa sangat terbantu. Mesin obras ini sangat penting untuk menunjang pekerjaan saya. Terima kasih kepada PT Dahana atas perhatiannya. Semoga Dahana semakin sukses dan terus membawa manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

PT Dahana melalui program TJSL terus berkomitmen memberikan kontribusi konkret bagi pembangunan sosial dan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya di sekitar lingkungan operasional perusahaan.

21 Ibu Meninggal Saat Melahirkan di Subang, Dinkes Soroti Lambatnya Penanganan Rumah Sakit

kematian ibu melahirkan Subang

Subang – Hingga pekan ketiga Juli 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Subang mencatat 21 kasus kematian ibu saat melahirkan. Angka ini mendekati total kasus tahun sebelumnya yang mencapai 30 kematian. Dinkes Subang menyoroti lambatnya penanganan medis di rumah sakit sebagai penyebab utama.

Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr. Maxi, mengungkapkan data ini saat berdialog dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melalui video yang ditayangkan di kanal YouTube @lemburpakuanchannel pada Sabtu (26/7/2025) malam. “Tahun kemarin sekitar 30-an,” ujarnya. Ia menambahkan, “(pada tahun ini) sampai hari ini ada 21 yang sudah meninggal.”

Mayoritas Kasus Terjadi di Rumah Sakit

Menurut dr. Maxi, sekitar 80 persen dari total kematian ibu melahirkan terjadi di rumah sakit. “Hasil analisa kami di kabupaten, ternyata yang 80 persen meninggal di rumah sakit itu karena memang terlambat penanganan,” jelasnya.

Secara teori, rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan seharusnya menyediakan dokter spesialis kandungan dan kebidanan (ObGyn) secara penuh, 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Namun, kenyataannya tak selalu demikian.

Emergensi yang Tidak Ditangani Secara Emergensi

dr. Maxi menyoroti praktik di lapangan yang tidak mencerminkan penanganan kegawatdaruratan. Ia memberi contoh, “Jadi dirujuk dari pihak puskesmas dalam keadaan emergensi, tapi perlakuan di rumah sakit tidak emergensi.”

Kondisi ini menunjukkan adanya celah serius dalam manajemen layanan medis, terutama saat pasien ibu hamil dalam kondisi kritis. Keterlambatan penanganan medis menyebabkan kehilangan nyawa yang seharusnya bisa dicegah.

Dorongan Evaluasi Pelayanan Kesehatan

Untuk menekan angka kematian ibu saat melahirkan, dr. Maxi menegaskan perlunya rumah sakit memastikan kehadiran dokter ObGyn secara onsite dan siap setiap saat, terutama dalam kasus persalinan gawat darurat. Upaya ini menjadi bagian penting dalam memperbaiki kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di Subang.

Recent Posts