Beranda blog Halaman 2

Alun-alun Subang Siap Makeover! Gedung Dakwah Dirobohkan, PKL Punya Rumah Baru!

SUBANG — Bersiaplah, Alun-alun Subang bakal tampil lebih kece dari sebelumnya! Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita, seolah membawa palu Thor-nya, siap merombak wajah jantung kota agar lebih cantik, tertib, dan tentu saja—bebas macet!

“Saya melihat Alun-alun Subang dan sekitarnya harus ditata lagi,” ujar sang bupati, Sabtu, 28 Juni 2025.
Wuih, nadanya serius, bro! Rupanya, banyak keluhan warga soal kondisi ruang terbuka di Jalan Wangsa Ghofarana, Kecamatan Subang. Katanya, yang mestinya jadi tempat healing malah sering jadi ajang parkir liar dan dagang bebas tak kenal waktu.

Maka dimulailah operasi wajah kota! Gedung Dakwah yang sekarang mirip tetangga kosan yang udah lama nggak di-chat ulang—akan dirobohkan. Tenang, bukan tanpa alasan. Lahan itu akan disulap jadi sentra PKL kekinian. Tidak lagi berjualan di pinggir jalan sambil ngadem di bawah tiang listrik, para pedagang kaki lima bakal punya rumah baru yang lebih nyaman dan nggak bikin lalu lintas senam jantung.

“Gedung Dakwah akan dirobohkan dan diubah fungsinya menjadi sentra Pedagang Kaki Lima (PKL), sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Sementara untuk kegiatan keagamaan dipusatkan di Islamic Centre,” ujar Bupati Reynaldy, dengan wajah tak kalah serius dari juri MasterChef.

Tak hanya itu, kantor KUA Subang bakal boyongan ke Islamic Centre. Satpol PP pun tak ketinggalan kebagian sentuhan magis: gedung mereka yang dulunya bekas percetakan uang zaman RI lawas, akan disulap jadi bangunan ciamik bernuansa sejarah. Estetik? Jelas!

Total dana makeover ini juga nggak main-main. Pemda Subang sudah siap menggelontorkan Rp56 miliar! Dengan uang segitu, bukan hanya tampilan kota yang bisa kinclong, tapi juga harapan warga untuk hidup lebih teratur di ruang publik.

Warga pun menyambut hangat rencana ini. Maya, warga Pasirkareumbi, misalnya, sudah siap membubuhkan cap jempol (bukan di tinta biru ya, tapi di hati).
“Kan sudah disiapkan area parkir di Alun-alun Subang, tapi banyak pengunjung yang parkir di depan Masjid Agung dan sekitarnya. Itu kan menimbulkan macet,” katanya sambil mengernyitkan dahi.

Belum lagi soal PKL yang masih nekad berjualan di bahu jalan. Kadang bikin suasana jadi night market… yang sayangnya buka di jalur kendaraan.
“Rencana Bupati Subang untuk menata Alun-alun patut diacungi jempol,” tambah Maya.

Jadi, siap-siap ya warga Subang! Alun-alun sebentar lagi bukan cuma jadi tempat nongkrong sore sambil makan cilok, tapi juga contoh tata kota yang tertib, ramah pejalan kaki, dan instagramable!

Geger Pagi Hari di Subang: Mayat Perempuan Muda Ditemukan di Saluran Irigasi

penemuan mayat perempuan muda di Subang

Subang – Pagi yang biasanya tenang di Dusun Gardu, Desa Gunungsari, Kecamatan Pagaden, mendadak berubah jadi panggung ketegangan. Sekitar pukul 08.00 WIB, Minggu (29/6/2025), warga dibuat melongo campur panik. Pasalnya, sesosok mayat perempuan muda ditemukan terbujur kaku tanpa busana di saluran irigasi belakang Rumah Makan Gala.

Bayangkan saja, niat awal cuma mau nyiram tanaman atau cuci kaki, eh malah disambut pemandangan horor. Tak heran, suasana kampung seketika berubah jadi lokasi syuting film misteri.

Polisi langsung tancap gas ke lokasi kejadian bersama tim INAFIS. TKP langsung dipasangi garis polisi, dan korban dievakuasi ke Puskesmas Pagaden. Kapolsek Pagaden, AKP Ikin Sodikin, mengonfirmasi penemuan mengejutkan tersebut.

“Iya benar. Tadi pagi warga menemukan sesosok mayat perempuan muda terbujur kaku mengambang di saluran irigasi di Dusun Gardu, Desa Gunungsari, Pagaden,” jelasnya kepada awak media, dengan nada serius nan mantap.

Posisi korban cukup mengundang tanda tanya. Tubuhnya terlentang, tertutup tumpukan sampah, dan kaki menjulur naik ke TPT (Tembok Penahan Tanah) irigasi. Tak ada sehelai benang pun menempel, apalagi KTP atau SIM. Lengkap sudah teka-teki pagi itu.

“Sementara warga sekitar tak ada yang mengenali korban. Sejauh ini kita belum mengetahui identitas korban karena tak ada sehelai benang maupun identitas yang menempel di tubuh korban,” tambah Kapolsek.

Korban langsung dibawa tim INAFIS ke Puskesmas untuk visum luar. Rencana berikutnya: otopsi. Polisi pun masih memeriksa saksi-saksi demi menguak misteri siapa, dari mana, dan bagaimana perempuan muda itu bisa berakhir tragis di sana.

“Kepada masyarakat kami mengimbau mohon bersabar dan jangan berspekulasi terkait penemuan mayat perempuan tanpa busana tersebut, polisi masih terus melakukan penyelidikan, mudah-mudahan bisa secepatnya terungkap,” pungkas Kapolsek, menutup pernyataannya sambil menenangkan warga yang mulai ramai berbisik-bisik.

Bagi siapa pun yang merasa kehilangan anggota keluarga, silakan merapat ke Polsek Pagaden. Bisa jadi, kabar mengejutkan ini membawa jawaban—meski pahit.

Santri, Akhlak, dan Geng Motor Tobat: Cerita Segar dari Subang!

akhlak santri

SUBANG – Di tengah semilir angin dan dentuman rebana khas perayaan Tahun Baru Islam, Wakil Gubernur Jawa Barat, Kang Erwan Setiawan, muncul layaknya ustaz dadakan yang lagi serius tapi santai. Bertempat di Milad ke-24 Ponpes Raudlatul Hasanah, Subang, Sabtu (28/6/2025), beliau bukan sekadar datang, tapi juga membawa pesan mendalam yang dibalut gaya bicara khasnya yang penuh perasaan.

“Pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu atau sekadar menjadi pintar. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga akhlak generasi muda,” ujar Kang Erwan dengan suara setengah menahan pilu. Saking emosionalnya, beliau sampai menyinggung kasus anak kandung menyiksa ibunya—dan langsung menimpali, “Nauzubillah min dzalik.” Waduh, Kang, auto merinding!

Tak hanya itu, Erwan pun menyinggung ‘alumni dunia hitam’—mantan napi dan eks anggota geng motor yang kini tobat dan nyantri. Keren, kan? Dari tukang geber motor jadi tukang geber ayat. Tapi jangan salah, kata Erwan, “Jangan hanya kumpul-kumpul. Jangan sampai terjadi tawuran lagi. Jaga ukhuwah Islamiyah, jaga habluminannas.” Pesannya tegas, tapi tetap hangat seperti teh manis di pagi hari.

Kang Erwan juga menyampaikan doa untuk seluruh santri dan para kiai agar selalu diberi kesehatan dan keberkahan. Ia menjanjikan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat tak akan tinggal diam. “Insyaallah ke depan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Pemerintah Kabupaten Subang akan terus berkolaborasi membangun pondok pesantren, termasuk Raudlatul Hasanah,” katanya penuh semangat ala orator podium.

Sementara itu, Wakil Bupati Subang, Kang Agus Masykur Rosadi, tak mau kalah. Beliau memuji peran Ponpes Raudlatul Hasanah yang sudah dua dekade lebih menjadi tempat cuci hati dan perbaikan akhlak. “Semoga seluruh kebaikan dan amal saleh yang dilakukan selama ini dicatat dan dibalas Allah SWT,” ujarnya. Adem!

Kang Agus juga mengajak warga Subang untuk terus membangun daerah dengan semangat Subang Ngabret!—yang bukan berarti ngebut di jalanan, tapi “ngabangun bareng rakyat.” Katanya, “Insyaallah ke depan Subang semakin unggul, maju, kompetitif, dalam bingkai pembangunan berkelanjutan menuju Subang yang adil, makmur, sejahtera, dan religius.”

Acara makin meriah dengan pawai ta’aruf menyambut Tahun Baru Islam 1447 H. Ribuan santri dan warga tumpah ruah di jalanan, bukan untuk demo, tapi parade penuh nuansa religius. Mulai dari bendera, marawis, hingga wajah-wajah ceria—semuanya jadi bukti bahwa Subang tak hanya hidup, tapi juga guyub dan Islami.

Penyuluh Bersuara, Petani Terpukau! Pelatihan Public Speaking ala Warung Kopi 22.3 Subang

pelatihan public speaking penyuluh pertanian Subang

SUBANG — Pernah bayangin penyuluh pertanian tampil seperti MC kondang di acara pernikahan? Nah, itu bukan mimpi lagi! DPD PERHIPTANI Kabupaten Subang resmi menggelar Pelatihan Public Speaking pada Kamis, 26 Juni 2025. Lokasinya? Bukan aula kaku ber-AC dingin. Tapi, sebuah tempat nongkrong hits: 22.3 Coffee, Pagaden. Santai tapi berisi!

Acara ini menyedot perhatian 27 peserta pilihan dari 30 kecamatan se-Kabupaten Subang. Bukan asal tunjuk—mereka dipilih berdasarkan self-assessment dan rekomendasi para koordinator kecamatan. Ketua pelaksana, Deny Kurnia, SP, bilang, “Kegiatan dilaksanakan di 22.3 Coffee Pagaden dengan suasana santai dan nonformal, sehingga diharapkan peserta dapat menyerap materi dengan baik, tidak seperti rapat-rapat yang biasa dilaksanakan secara formal dan kaku.”

Pembukaan acara terasa istimewa dengan kehadiran Kepala Bidang Penyuluhan dan Sumber Daya Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Cecep Setiawan, SP., MM. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya komunikasi mumpuni bagi penyuluh. “Penyuluh pertanian adalah garda terdepan dalam mendampingi petani. Untuk itu, kemampuan berbicara di depan umum, menyampaikan pesan yang jelas dan inspiratif, harus senantiasa diasah agar pelayanan kepada petani semakin optimal,” ucap Cecep. Mantap, Pak Cecep!

Ketua DPD PERHIPTANI Subang, Dadan Nugraha, SP., MP., juga tak ketinggalan unjuk dukungan. Beliau menyampaikan apresiasi atas semangat peserta. Katanya, pelatihan ini adalah bagian penting dari program kerja DPD PERHIPTANI untuk mendongkrak kompetensi dan profesionalisme para penyuluh. Jelas, ini bukan sekadar ajang kumpul-kumpul ngopi.

Dan tentu saja, bintang panggung hari itu: Ivan Igo! Bernama lengkap Ivan Rahmat Maulana, SP., M.P., beliau bukan hanya MC kondang dan influencer, tapi juga ASN Pranata Humas di Setda Kabupaten Subang. Dengan gaya khasnya yang segar dan komunikatif, Ivan membagikan tips jitu public speaking: dari mengusir grogi, membangun percaya diri, hingga menyampaikan pesan yang bikin petani manggut-manggut kagum. Suasananya? Interaktif, penuh tawa, dan pastinya—berisi!

Harapannya, usai pelatihan ini, para penyuluh bukan hanya ahli di ladang, tapi juga jago di panggung. DPD PERHIPTANI Subang ingin penyuluh tampil percaya diri saat mendampingi petani, mengisi forum kelompok tani, hingga menjadi penggerak utama dalam pembangunan pertanian daerah.

Siapa bilang penyuluh nggak bisa jadi bintang? Di Subang, mereka siap tampil, berbicara, dan menginspirasi—dari kebun sampai mimbar!

Langit Blanakan Penuh Warna: Festival Layangan Sawangan Bikin Libur Panjang Makin Ceria!

Festival Layangan Sawangan Subang

Subang — Siapa bilang akhir pekan cuma buat rebahan? Di Blanakan, Subang, warga justru kompak melawan gravitasi… pakai layangan!

Libur panjang Tahun Baru Hijriah yang bertemu dengan akhir pekan dimanfaatkan warga Pantura Subang untuk menggelar Festival Layangan alias Sawangan, Jumat (27/6/2025). Bukan sekadar main layangan biasa, ini adalah pertarungan kreatif antara manusia, angin, dan seni yang terbang di langit!

Langit Desa Blanakan pun berubah jadi galeri berjalan — eh, terbang — yang penuh warna dan bentuk unik. Dari kepala naga yang melotot galak, sampai kapal nelayan yang seolah siap berlayar ke langit ke tujuh. Dan tentu saja, sang primadona: layangan Peteng, khas Pantura, yang tak pernah absen dari panggung langit.

Ada yang bilang main layangan itu gampang? Coba dulu angkat layangan naga seukuran mobil mini, baru komentar. Para peserta harus bahu-membahu, mirip tim futsal tapi dengan misi membuat naga mengangkasa. Tapi sayangnya, angin Blanakan kadang kayak mantan — susah ditebak. Banyak layangan cuma numpang lewat di langit, lalu jatuh dengan elegan. Tapi justru di situlah letak serunya.

“Layangannya saya berbentuk kapal nelayan, dan butuh beberapa orang untuk naikannya. Memang susah terbang stabil kalau angin lemah, tapi inilah serunya. Kita harus kompeten dan kreatif,” kata Rahmat, salah satu peserta, sambil tersenyum puas meski bajunya kena tali layangan.

Festival ini diikuti puluhan peserta dari berbagai wilayah. Kriteria penilaiannya nggak main-main: bentuk harus kreatif, model wajib unik, dan durasi terbang… yah, semoga lama dan nggak langsung nyungsep.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Karang Taruna Desa Blanakan sebagai bentuk cinta pada tradisi lokal, sekaligus merayakan ulang tahun desa ke-84. Sawangan atau Petengan adalah warisan budaya warga pesisir yang masih hidup dan — syukurlah — belum kalah sama TikTok.

“Festival ini sudah tiga tahun berturut-turut kita gelar. Tujuannya agar tradisi Sawangan tidak punah dan generasi muda ikut melanjutkan. Ke depannya, kita akan jadikan ini agenda tahunan desa,” ungkap Bambang Fauzi, Ketua Panitia, sambil menjaga layangan agar nggak nyangkut di pohon.

Lebih dari sekadar hiburan, festival ini adalah panggung budaya. Ajang unjuk gigi, atau lebih tepatnya, unjuk benang dan bambu. Antusiasme warga membuktikan bahwa tradisi lokal tak pernah benar-benar usang — selama masih ada langit, masih ada Sawangan yang akan terbang tinggi!

Langit Blanakan Penuh Warna: Festival Layangan Sawangan Bikin Libur Panjang Makin Ceria!

Subang — Siapa bilang akhir pekan cuma buat rebahan? Di Blanakan, Subang, warga justru kompak melawan gravitasi… pakai layangan!

Libur panjang Tahun Baru Hijriah yang bertemu dengan akhir pekan dimanfaatkan warga Pantura Subang untuk menggelar Festival Layangan alias Sawangan, Jumat (27/6/2025). Bukan sekadar main layangan biasa, ini adalah pertarungan kreatif antara manusia, angin, dan seni yang terbang di langit!

Langit Desa Blanakan pun berubah jadi galeri berjalan — eh, terbang — yang penuh warna dan bentuk unik. Dari kepala naga yang melotot galak, sampai kapal nelayan yang seolah siap berlayar ke langit ke tujuh. Dan tentu saja, sang primadona: layangan Peteng, khas Pantura, yang tak pernah absen dari panggung langit.

Ada yang bilang main layangan itu gampang? Coba dulu angkat layangan naga seukuran mobil mini, baru komentar. Para peserta harus bahu-membahu, mirip tim futsal tapi dengan misi membuat naga mengangkasa. Tapi sayangnya, angin Blanakan kadang kayak mantan — susah ditebak. Banyak layangan cuma numpang lewat di langit, lalu jatuh dengan elegan. Tapi justru di situlah letak serunya.

“Layangannya saya berbentuk kapal nelayan, dan butuh beberapa orang untuk naikannya. Memang susah terbang stabil kalau angin lemah, tapi inilah serunya. Kita harus kompeten dan kreatif,” kata Rahmat, salah satu peserta, sambil tersenyum puas meski bajunya kena tali layangan.

Festival ini diikuti puluhan peserta dari berbagai wilayah. Kriteria penilaiannya nggak main-main: bentuk harus kreatif, model wajib unik, dan durasi terbang… yah, semoga lama dan nggak langsung nyungsep.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Karang Taruna Desa Blanakan sebagai bentuk cinta pada tradisi lokal, sekaligus merayakan ulang tahun desa ke-84. Sawangan atau Petengan adalah warisan budaya warga pesisir yang masih hidup dan — syukurlah — belum kalah sama TikTok.

“Festival ini sudah tiga tahun berturut-turut kita gelar. Tujuannya agar tradisi Sawangan tidak punah dan generasi muda ikut melanjutkan. Ke depannya, kita akan jadikan ini agenda tahunan desa,” ungkap Bambang Fauzi, Ketua Panitia, sambil menjaga layangan agar nggak nyangkut di pohon.

Lebih dari sekadar hiburan, festival ini adalah panggung budaya. Ajang unjuk gigi, atau lebih tepatnya, unjuk benang dan bambu. Antusiasme warga membuktikan bahwa tradisi lokal tak pernah benar-benar usang — selama masih ada langit, masih ada Sawangan yang akan terbang tinggi!

Tragis tapi Nyata: Lele yang Dicari, Ular yang Ditemui

Pemancing lele dipatuk ular Subang

Deskripsi Meta:

Subang – Warga Cibogo, Subang, tiba-tiba heboh bukan karena konser dadakan atau flash sale sembako, tapi karena kabar duka yang mengguncang jantung Kampung Handiwung, Desa Gembor. Seorang pria paruh baya, Damin (74), ditemukan tak bernyawa di pinggir empang pada Jumat sore, 27 Juni 2025, tepatnya pukul 17.00 WIB. Bukan karena tenggelam atau terpeleset, tapi karena… ular. Iya, Anda tidak salah dengar—ular!

Pak Damin, yang dikenal sebagai “pahlawan lele” lokal, memang punya keahlian langka: mencari ikan lele dengan tangan kosong. Gaya klasik yang lebih mendebarkan daripada casting pancing di game simulator. Tapi sayangnya, di balik lubang-lubang penuh harapan itu, ada sesuatu yang lebih licin dan lebih berbisa dari lele: seekor ular yang ternyata tidak begitu suka diganggu saat rebahan.

AKP Asep Rustandi, Kanit Reserse Polsek Pagaden, turun langsung menanggapi peristiwa ini. “Korban sudah dievakuasi ke Puskesmas Pagaden dan selanjutnya diserahkan kepada pihak keluarga,” ungkap AKP Asep. Sebuah kalimat singkat tapi sarat makna duka.

Yang lebih mencengangkan, ternyata ini bukan pertama kalinya Damin berurusan dengan ular saat berburu lele. “Iya, almarhum sudah tiga kali dengan yang sekarang dipatuk ular di dalam lubang. Niatnya mencari ikan, malah ular yang dipegang sehingga mematuknya,” lanjut AKP Asep. Kali ini, sayangnya, sang ular membawa senjata rahasia: bisa mematikan.

Meski penyelidikan masih berjalan, dugaan awal menyebutkan bahwa gigitan ular tersebut menjadi penyebab wafatnya Pak Damin. Sebuah tragedi yang menyayat, sekaligus pengingat keras bahwa di balik keheningan empang, alam bisa menyimpan kejutan berbahaya.

Bagi para pencinta alam dan penggemar petualangan cari ikan, semoga ini jadi alarm keras: jangan pernah meremehkan apa yang bersembunyi di balik lubang yang tampak damai. Karena bisa jadi, bukan lele yang menyambut, tapi… ular yang sedang PMS.

Subang Geger! Lapak Nanas Dibongkar, Gantinya Dapat “Uang Duduk” Rp10 Juta dan Sembako

Uang kompensasi pedagang nanas Subang

SUBANG – Ada yang seru di Subang Selatan! Bukan sinetron, bukan juga konser dangdut, tapi drama pembongkaran lapak nanas yang berakhir dengan happy ending—uang kerohiman cair, sodara-sodara!

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi—yang akrab dipanggil KDM dan selalu tampil dengan logat Sunda khasnya—bersama Bupati Subang yang nggak kalah hits, Kang Reynaldy Putra Andita alias Kang Rey, membuktikan janjinya kepada para pedagang nanas yang beberapa waktu lalu lapaknya dibongkar. Bukan cuma janji manis kayak permen loli, tapi benar-benar direalisasikan lewat uang tunai segar.

Acara bagi-bagi “uang duduk” ini berlangsung Jumat siang, 27 Juni 2025 di Aula Oman Syahroni, Kantor Bupati Subang. Bukan bazar, tapi tetap ramai dan penuh senyum lega. Pasalnya, sebanyak 416 pelapak dari Desa Bunihayu, Curugrendeng, Tambakan, dan Jalancagak mendapat Rp5 juta per orang. Totalnya? Tembus Rp2,08 miliar! Dananya dikucurkan oleh Bank BJB Peduli—bukan dari langit.

“Ke wilayah eta kebon ganas jadi kebon ganas deui. Revitalisasi perkebunan ganas jeung perkebunan teh meh jadi wisata favorit deui,” kata KDM dengan penuh semangat. Alias: kawasan nanas dan teh ini bakal disulap jadi destinasi wisata unggulan!

Tapi sabar dulu, ini baru season one. Masih ada kelanjutannya. Kamis minggu depan, tiap pelapak bakal dapat tambahan Rp5 juta lagi. Gak cuma itu, ada juga bingkisan sembako manis-manis dari Baznas Provinsi Jawa Barat. Berasa Lebaran, ya!

“Jadi sekarang kita tahap pertama di tabungan dikirim 5 juta. Ke minggu harep asup deui 5 juta ti Bank BJB Peduli jeung aya sembako dari Baznas Provinsi Jawa Barat,” ujar KDM yang makin sering tampil layaknya stand-up comedian tapi dengan program serius.

Tapi tunggu, bukan cuma soal uang. Mantan Bupati Purwakarta ini juga menegaskan, setiap pembongkaran itu ada gantinya. “Jongko digulingkeun kaduna dibayar, ganasna dibayar, dibere bantuan, dibere sembako, dijieunkeun tempat deui,” katanya. Bener-bener full package!

Tak hanya itu, KDM juga mengusulkan agar tanah garapan milik PTPN di Subang Selatan bisa dibagikan ke warga kecil. Biar gak cuma ngiler liat kebun, tapi juga bisa berkebun sendiri.

Di sisi lain, Kang Rey ikut menegaskan: ini bukan janji palsu, bukan PHP, tapi realisasi nyata. “Hari ini saya dan Gubernur membagikan uang ganti rugi tahap pertama, ada 416 pelapak di Kecamatan Jalancagak. Ini tahap pertama yang kita bongkar hari ini Rp5 juta,” ujarnya, lugas dan jelas.

“Iya sudah kita pastikan dan kita buktikan kita tidak ‘omon-omon’,” tutupnya. Bahasa gaul Kang Rey? No omon-omon allowed!

Jadi, buat warga Subang Selatan—khususnya pedagang nanas—bernapaslah lega. Meski jongko dibongkar, harapan malah dibangun. Siapa tahu, ke depannya bukan cuma jadi pedagang, tapi pemilik kios kekinian di kawasan wisata. Kita tunggu episode selanjutnya!

Petani Muda Langka? Bupati Subang Bersuara: “Ayo, Anak Muda, Pegang Cangkul Lagi!”

minat petani muda Subang

SUBANG – Coba bayangkan: sawah membentang, padi menguning, tapi yang menggenggam cangkul malah kakek-kakek. Anak muda? Entah ke mana. Inilah kegelisahan hati Bupati Subang Reynaldy Putra Andita yang merasa generasi muda saat ini seperti alergi sama tanah—padahal bukan karena gatal, tapi karena enggan terjun ke pertanian.

“Sudah sangat jarang rasanya anak-anak muda kita yang ingin berkecimpung di dunia pertanian,” ucap sang Bupati, Jumat lalu, dengan nada prihatin. Tak heran, beliau menilai kondisi ini sebagai ‘degradasi’ dalam dunia pertanian.

Menurutnya, problem ini bukan semata karena cuaca yang galau atau lahan yang makin sempit. Tapi juga karena semangat bertani generasi muda perlahan seperti nasi basi: tidak menarik lagi. “Bagaimana produktivitas pertanian kita menurun? Salah satunya yaitu para petani yang sudah tidak lagi seperti dulu,” tambahnya lugas.

Padahal, katanya, bertani itu bukan cuma soal menanam padi, tapi juga peluang bisnis yang menggiurkan! Tapi, alih-alih mencangkul, anak muda sekarang lebih pilih scrolling. Sektor pertanian pun sepi pelamar muda, padahal Subang dikenal sebagai lumbung padi nasional.

Bupati pun berharap muncul program yang bukan hanya bikin produktivitas pertanian naik daun, tapi juga bikin anak muda penasaran: “Apa sih serunya jadi petani?” Ya, semacam jurus rahasia buat mengajak generasi muda turun ke sawah, bukan hanya turun ke coffee shop.

Untungnya, secercah harapan datang dari program kece bernama Youth Entrepreneurship and Employment Support Services, hasil kerja sama Kementerian Pertanian dan IFAD. Program ini bertujuan bikin anak muda tertarik untuk tidak sekadar jadi penonton, tapi juga pelaku utama dalam sektor pertanian. Yes, jadi petani tapi tetap keren!

Sementara itu, Kepala Bappeda Subang, Iwan Syahrul Anwar, menyampaikan bahwa Subang sekarang dihuni hampir dua juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,02 persen. Di sisi lain, ekonomi Subang di tahun 2024 naik tipis-tipis manja: 4,81 persen.

Melihat potensi ini, Pemkab Subang berkomitmen penuh untuk menjaga martabat Subang sebagai ‘padi-preneur’ sejati—eh maksud kami, sebagai lumbung padi nasional. Targetnya? Ketahanan pangan tetap aman, dan petani muda tumbuh subur seperti benih unggul.

Malam Hangat Bersama Kang Rey: Nasi Padang, Ayam Goreng, dan Bonus Uang Tunai!

makan malam bupati subang

SUBANG – Malam Jumat di Lanud R. Suryadi Suryadharma, Kalijati, bukan cuma angin sepoi dan langit gelap berbintang. Jumat malam (27/6/2025) itu, suasana mendadak seperti reuni keluarga besar—hangat, akrab, dan penuh tawa. Semua gara-gara satu janji manis yang ditepati: makan malam bareng Bupati Subang, Kang Rey alias Reynaldy Putra Andita, bersama Wakil Bupati Subang, H. Agus Masykur Rosyadi, dan peserta program pendidikan karakter.

Cerita bermula siang harinya saat Kang Rey—yang gayanya kadang lebih cocok jadi stand-up comedian—berjanji akan mentraktir para peserta didik. Tapi bukan traktiran kaleng-kaleng. Kang Rey menawarkan menu sesuai request: dari nasi Padang yang legendaris sampai ayam goreng yang nikmatnya membuat cacing perut menjadi kalem.

Dan janji bukan sekadar janji. Malam itu, semua piring penuh, perut kenyang, dan hati senang.

Tapi tunggu dulu, pesta belum selesai. Kang Rey masih punya satu kejutan di laci jasnya: bonus uang tunai buat para pelatih dari Lanud R. Suryadi Suryadharma. Sebagai bentuk penghargaan, katanya, atas kerja keras mereka mendidik dan mengawal karakter anak-anak Subang. Bukan cuma “thank you” doang, tapi ada bentuk nyata. Keren gak, tuh?

Dalam suasana yang cair dan sarat kehangatan, Kang Rey melontarkan perasaan harunya melihat kondisi anak-anak yang sehat, semangat, dan jelas-jelas gak stres. Ia memuji perhatian total dari pihak Lanud. “Semuanya bahagia. Hari ini saya sengaja hadir karena ini hari Jumat, hari kakak asuh, dan saya ingin menjadi kakak asuh anak-anak ini. Bahkan kalau ada yang sakit langsung dibawa ke klinik. Artinya mereka benar-benar diperhatikan. Terima kasih kepada pelatih di Lanud Suryadarma,” ucapnya, dengan nada bangga dan tulus.

Baru lima hari pelatihan, tapi menurut Kang Rey, hasilnya udah kelihatan. Bukan cuma baris-berbaris rapi, tapi juga karakter mulai terbentuk. Ini bukan sekadar optimis, tapi super optimis.

“Insya Allah karakternya sudah mulai terbentuk, padahal baru lima hari. Saya sangat optimis,” ujarnya sambil tersenyum lebar.

Sebelum lampu dipadamkan dan sendok-garpu dibereskan, Kang Rey menitip harapan besar—semoga anak-anak ini pulang dengan jiwa baru. Bukan sekadar lebih disiplin, tapi juga jadi kebanggaan orang tua masing-masing.

“Mudah-mudahan sepulang dari sini, mereka kembali ke orang tuanya sebagai pribadi yang lebih baik,” pungkasnya.

Acara penuh rasa ini juga dihadiri oleh Sekda Kabupaten Subang, Kadisdikbud, jajaran Lanud R. Suryadi Suryadharma, dan tentu saja para peserta yang wajahnya bersinar terang—mungkin efek nasi Padang plus motivasi hebat dari sang kakak asuh.

Recent Posts