Beranda Bola Kontroversi Penambahan Peserta Piala Dunia: UEFA dan Negara Papan Tengah Bersitegang

Kontroversi Penambahan Peserta Piala Dunia: UEFA dan Negara Papan Tengah Bersitegang

kuota Piala Dunia
Foto: Presiden baru UEFA, Aleksander Ceferin, berpidato setelah terpilih memimpin badan tertinggi sepak bola © ARIS MESSINIS/AFP

suarasubang.com – Piala Dunia 2026 akan menjadi ajang pertama yang melibatkan 48 negara, meningkat dari format sebelumnya yang hanya diikuti 32 tim. Namun, perdebatan semakin memanas dengan munculnya usulan untuk menambah jumlah peserta menjadi 64 tim pada Piala Dunia 2030, yang bertepatan dengan perayaan 100 tahun turnamen bergengsi ini.

Usulan ini datang dari Federasi Sepak Bola Uruguay (UFA), salah satu tuan rumah Piala Dunia 2030. Turnamen tersebut akan digelar di enam negara: Uruguay, Paraguay, Argentina, Maroko, Spanyol, dan Portugal. Awalnya, tiga negara Amerika Selatan hanya dijadwalkan menggelar satu pertandingan sebagai bagian dari perayaan seabad Piala Dunia. Namun, mereka menginginkan lebih, sehingga mendorong UFA untuk mengusulkan penambahan peserta demi memperbanyak jumlah pertandingan.

BACA JUGA:  Persib Tanpa Tyronne del Pino Saat Hadapi Bali United

Jika gagasan ini diterima, negara-negara papan tengah di seluruh dunia akan lebih diuntungkan dalam kualifikasi. Zona Asia, yang sebelumnya memiliki delapan kuota langsung ditambah satu slot play-off pada Piala Dunia 2026, berpotensi memperoleh jatah lebih besar. Ini bisa menjadi kabar baik bagi tim-tim seperti Indonesia, yang masih berjuang menembus panggung tertinggi sepak bola dunia.

UEFA Bersikeras Menolak

Meskipun wacana ini menguntungkan negara-negara berkembang, konfederasi sepak bola Eropa (UEFA) menentang keras usulan tersebut. Aleksander Ceferin, Presiden UEFA, secara terbuka menyuarakan ketidaksetujuannya dalam kongres tahunan organisasi tersebut.

BACA JUGA:  Timnas U-17 Indonesia Siap Hadapi Korea Utara di Perempat Final: Modal Kuat Menuju Semifinal

“Saya rasa ini bukan ide yang bagus bagi Piala Dunia itu sendiri,” ujar Ceferin. “Ini juga bukan keputusan yang baik untuk babak kualifikasi kami (Eropa), jadi saya tidak mendukungnya.”

Sebagai konfederasi dengan jumlah peserta terbanyak di Piala Dunia, UEFA tidak merasa membutuhkan tambahan kuota. Ceferin juga menyebut bahwa bertambahnya jumlah tim dapat mengurangi kompetitivitas di babak kualifikasi, sesuatu yang justru merugikan tim-tim besar Eropa.

“Saya tidak tahu dari mana ide ini berasal,” lanjutnya. “Yang jelas, ini sangat aneh. Kami bahkan tidak diberi informasi sebelum proposal ini sampai di dewan FIFA.”

Fokus Timnas Indonesia di Kualifikasi 2026

Di tengah perdebatan mengenai format Piala Dunia 2030, Timnas Indonesia harus tetap fokus pada perjuangan mereka di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Saat ini, skuad Garuda berada di peringkat empat Grup C putaran ketiga zona AFC setelah melewati delapan pertandingan.

BACA JUGA:  Duel Seru Menanti! Indonesia U-17 Siap Hadapi Korea Utara di Perempatfinal Piala Asia 2025

Enam laga pertama ditangani oleh Shin Tae-yong, sementara dua pertandingan terakhir pada Maret lalu dipimpin oleh Patrick Kluivert. Dengan peluang yang masih terbuka, Indonesia perlu mengoptimalkan setiap pertandingan untuk meraih tiket bersejarah ke putaran final.

Perdebatan soal format Piala Dunia mungkin akan terus berlanjut, tetapi bagi banyak negara, kesempatan bermain di panggung terbesar sepak bola dunia tetap menjadi impian yang layak diperjuangkan.