Subang – Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta, kembali menjadi sorotan setelah insiden tragis yang menimpa belasan siswa SMPN 7 Mojokerto pada 28 Januari 2025. Sebanyak 13 siswa terseret arus kuat saat bermain air di pantai, mengakibatkan empat korban jiwa. Kejadian ini bukan sekadar musibah biasa, tetapi menyimpan berbagai fakta mengejutkan yang perlu diketahui.
Rip Current Mematikan yang Pernah Diteliti UGM
Tragedi ini semakin mengkhawatirkan karena Pantai Drini sudah lama dikenal memiliki arus rip current yang sangat berbahaya. Tim Satlinmas setempat bahkan pernah bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meneliti fenomena ini selama lima tahun.
Hasil riset menunjukkan bahwa arus di jalur perahu nelayan Pantai Drini termasuk salah satu yang paling mematikan. Sayangnya, informasi ini belum banyak diketahui oleh wisatawan yang sering mengunjungi pantai tersebut.
Detik-Detik Mencekam Saat Siswa Terseret Ombak
Rombongan SMPN 7 Mojokerto tiba di Pantai Drini pada pukul 06.30 WIB. Tanpa menyadari bahaya yang mengintai, beberapa siswa mulai bermain air. Tak lama berselang, ombak besar datang dan menyeret mereka ke tengah laut. Tim SAR gabungan segera dikerahkan untuk melakukan penyelamatan. Namun, empat siswa tak berhasil selamat.
Korban terakhir yang ditemukan adalah Rifki Yuda (13), yang berhasil dievakuasi oleh tim selam hanya dalam waktu 10 menit setelah pencarian di hari kedua dimulai. Jenazahnya segera dibawa ke RSUD Saptosari untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sebelumnya, tiga korban lain—Malvein Yusuf Adh Dhuqa, Alfian Aditya Pratama, dan Bayhaki Fatqyansah—juga ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di palung berkedalaman sekitar 10 meter.
Kesedihan Keluarga: “Sempat Kami Larang Berangkat”
Duka mendalam menyelimuti keluarga korban, terutama orang tua Malvein Yusuf Adh Dhuqa. Ibunya, Istiqomah, mengaku sempat melarang putranya untuk ikut outing class karena khawatir dengan kondisi cuaca. Namun, Malvein tetap berangkat setelah biaya perjalanan ditanggung oleh pamannya.
Lebih menyayat hati, sang ayah, Yosep, mengungkap bahwa sebelum kejadian, anaknya sempat berpamitan kepada pamannya dengan mengatakan, “Saya mau pulang.” Perkataan ini kini terasa begitu memilukan bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Tindakan Pasca Tragedi: Doa Bersama dan Evaluasi Keamanan Wisata
Setelah insiden ini, para siswa yang selamat kembali ke Mojokerto dengan pengawalan ketat. Mereka disambut penuh haru oleh orang tua yang sejak awal mencemaskan nasib anak-anak mereka. PJ Wali Kota Mojokerto, Moh Ali Kuncoro, turut hadir untuk memberikan semangat dan motivasi kepada para siswa.
“Kita harus tetap kuat menghadapi masa depan. Mari kita doakan teman-teman kita yang menjadi korban dan yang masih dirawat di ICU,” ujarnya.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keselamatan wisatawan, khususnya di pantai-pantai berarus kuat, perlu mendapatkan perhatian lebih serius. Edukasi mengenai rip current serta peningkatan pengawasan di destinasi wisata berisiko tinggi menjadi langkah krusial agar tragedi serupa tak terulang.