Kabupaten Garut yang kaya akan keindahan alamnya, juga menyimpan cerita legenda yang memikat di setiap destinasi wisata. Salah satunya adalah Legenda Situ Bagendit, sebuah kisah yang sarat akan pesan moral penting dan mampu membentuk karakter generasi penerus.
Situ Bagendit menawarkan pesona alam yang menakjubkan dengan danau memikat yang menjadi pusat perhatian. Keindahan alamnya mempesona wisatawan dengan pemandangan air yang tenang, hijauan yang memanjakan mata, dan kegiatan memancing yang seru.
Kisah Legenda Situ Bagendit
Kunjungan ke Situ Bagendit juga mengajak untuk menjelajahi kisah legenda lokal yang memberi makna mendalam tentang akibat keserakahan dan kepentingan pribadi.
Tempat ini menawarkan pengalaman berharga yang memadukan keindahan alam dan pesan moral, sehingga menjadi destinasi menarik untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan.
Baca Juga: Ide Wisata Healing di Garut, Bikin Fresh Pikiran
Cerita Seorang Wanita Kaya yang Pelit
Legenda Situ Bagendit diyakini terbentuk karena sosok perempuan kaya bernama Nyai Endit. Kendati telah mewarisi kekayaan melimpah dari suaminya yang telah meninggal, Nyai Endit terkenal sebagai seorang tengkulak yang pelit dan rakus.
Nyai Endit, begitu masyarakat sekitar memanggilnya, menjadi lambang sifat pelit dan serakah. Nama tersebut berasal dari bahasa Sunda, “pedit”, yang berarti pelit.
Masyarakat petani sekitar terpaksa menjual hasil panen padi mereka dengan harga murah kepada Nyai Endit, yang kemudian menjualnya kembali pada musim paceklik dengan harga yang sangat tinggi.
Perilaku buruk Nyai Endit tidak berhenti pada eksploitasi masyarakat. Ia sering mengadakan pesta dan memamerkan kekayaannya yang melimpah, tanpa memikirkan keadaan sekitar yang semakin menderita.
Kedatangan Seorang Kakek Pengemis
Suatu hari, saat Nyai Endit tengah mengadakan pesta, seorang kakek pengemis meminta bantuan. Nyai Endit mengusirnya dengan sombong.
Baca Juga: Perkebunan Teh Cisaruni Garut, Jejak Sejarah Ekspor Teh Hitam Zaman Belanda
Keesokan harinya, ia menemukan sebuah tongkat tertancap di halaman rumahnya yang misterius. Tidak ada yang bisa mencabutnya kecuali sang kakek pengemis.
Nyai Endit, dengan penuh kemarahan, memerintahkan kakek tersebut untuk mencabut tongkat itu. Saat tongkat itu tercabut, air tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Air itu terus mengalir hingga menenggelamkan desa, sementara Nyai Endit yang melindungi hartanya tak mau mengungsi.
Dari tragedi itulah, masyarakat menamai danau tersebut Situ Bagendit. “Situ” dalam bahasa Sunda berarti danau, sementara “Bagendit” adalah julukan dari Nyai Endit.
Kisah Legenda Situ Bagendit menjadi pengingat bagi kita semua bahwa keserakahan, kekikiran, dan kesombongan tidak akan membawa kebaikan. Pesan moral ini sangat relevan, mengajarkan bahwa untuk hidup berdampingan dengan alam dan sesama dengan sifat rendah hati. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)