KBRN, Bandung: Arief Wismoyono dari Manglayang Academia, tercatat sebagai salah satu peserta yang mengambil kelas Ultra Trail du Mont Blanc (UTMB) 170 km dengan venue startdan finish di Chamonix, Perancis.
Rute yang dilalui melewati tiga negara di mana Pegunungan Mont Blancatau Monte Blanco itu berada; yakni Perancis, Swiss dan Italia.
Lomba lari trail dunia yang telah berlangsung 12 tahun ini, menjadi arena “naik haji” para pelari trail.Selain medan yang berat bersuhu dingin di bawah 8 derajat Celcius, sehingga membutuhkan ketahananfisik dan mental, untuk lolos pun pelari harus mengumpulkan sejumlah point ITRA (International TrailRunning Association) dari sejumlah lomba lari trail sebelumnya.
Tahun ini 10 ribu pelari lolos point dan berlari pada aneka kategori, termasuk Arief Wismoyono dan lima pelari trail Indonesia lainnya.
Persiapan dan latihan Arief tak lepas dari kecintaannya terhadap Gunung Manglayang.
“Saya jatuh cinta pada Gunung Manglayang, keren dan medannya lengkap,” ujar Arief yang biasa disapa MangAip, dalam keterangannya yang diterima RRI Minggu, (5/9/2021).
Ia pun membentuk Manglayang Academia, dan menjadi “rektor” di sana. Bersama Taofik HIdayatyang berperan sebagai “dosen” mereka berlatih secara rutin dan terprogram. Sejumlah pelari trail lainpun kerap bergabung dan berguru kepada mereka. Dari observasi pada kesempatan mengikuti UTMBtahun lalu, Arief menyimpulkan bahwa medan latihan yang tepat untuk UTMB adalah GunungManglayang.
Gunung Manglayang adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang posisinya berada di belakang KampusUnpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Gunung ini, memiliki puncak dengan ketinggian 1.818 MDPL..Untuk menuju ke puncaknya, pelari akan disuguhi rute yang relatif technical dengan elevation gainsekitar 2.342m dan gradient 32 persen. Tingkat kesulitan yang sangat teknis ini dijadikan tantangan untuk ditaklukkan.
Dari pengalaman mengikuti UTMB tahun 2017, Arief menarik pelajaran bahwa berlari diturunan adalah kunci untuk “mencuri” waktu. Sekitar 10km terakhir di UTMB adalah jalur turunan.
“Apalagi suhu sangat dingin, mendorong kita untuk terus bergerak,” katanya. Dan hal itu yang kemudiania buktikan.
Pada 10km terakhir, ia menyusul banyak pelari dari mancanegara.
“Seingat saya, sekitar 39pelari yang saya susul,” katanya lagi.
Kemampuan berlari downhill-nya itu diapresiasi peserta yang ialewati.
“Mereka memberi semangat dan bertepuk tangan,” ujar Arief lagi. Ia pun menyelesaikan jarak170km tersebut dalam waktu 35 jam 56 menit dengan jurus rahasianya: downhill skill.