Beranda Berita Nasional Waspada Penyebaran Hoaks Surat Suara Pemilu, Kenali Ciri-cirinya!

Waspada Penyebaran Hoaks Surat Suara Pemilu, Kenali Ciri-cirinya!

Ilustrasi-Hoaks-Surat-Suara-Pemilu.jpeg

Hoaks surat suara merusak proses demokrasi di Indonesia. Kabar bohong surat suara ini ditemukan beredar pada Pemilu 2014 dan 2019. Jelang Pemilu 2024, potensi penyebaran hoaks terkait surat suara Pemilu di media sosial masih ada. Lantas apa yang harus dilakukan?

Hoaks Surat Suara Pemilu di Media Sosial

Kasus hoaks surat suara sudah terjadi sejak Pemilu 2014. Salah satunya, pada 7 Juli 2014, akun Twitter @Auliasyzhrr mengunggah gambar surat suara yang hanya ada pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa, tanpa ada gambar pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.

Dalam keterangannya, pemilik akun menyebut surat suara itu ditemukan di Hongkong. Sejumlah akun juga terlihat membagikan unggahan senada pada bulan Juli 2014.

Namun, hasil penelusuran Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) tidak menemukan surat suara yang hanya memuat satu pasangan calon.

Hoaks Surat Suara
Tangkapan layar hoaks surat suara pada 7 Juli 2014. Foto: Twitter/Auliasyzhrr

Selain itu, hoaks surat suara juga ditemukan pada Pemilu 2019. Hoaks menyebutkan 7 kontainer surat suara Jokowi-Ma’ruf sudah tercoblos berasal dari Cina, ditemukan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. 

Mengutip cekfakta.com, penelusuran KPU bersama Cyber Crime Polri menemukan hoaks 7 kontainer ini beredar pertama kali pada 2 Januari 2019. Hoaks ini beredar melalui rekaman suara dan pesan berantai di WhatsApp.

“Ini sekarang ada 7 kontainer di Tanjung Priok, sekarang lagi geger. Marinir sudah turun, dibuka satu (kontainer). Isinya kartu suara yang dicoblos nomor 01, Dicoblos Jokowi. Itu kemungkinan dari China itu. 1 kontainer 10 juta suara, kalau ditotal dari 7 kontainer berarti ada 70 juta suara sudah tercoblos untuk paslon nomor 1,” bunyi pesan suara yang beredar di WhatsApp.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Baca Juga: Wali Kota Bandung Tegaskan Waspada Potensi Kerawanan Konflik Pemilu

Kemudian, hoaks ini beredar melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter dalam bentuk narasi. Kepolisian menyebut, akun penyebar informasi bohong ini anonim atau tidak jelas identitasnya dan menghilang tiba-tiba.

Sejumlah tokoh seperti almarhum Tengku Zulkarnain juga mengunggah hoaks tersebut di twitter pribadinya @tengkuzulkarnain.

Saat itu, Tengku Zulkarnain masih menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam unggahannya, Ia menggunakan narasi yang diakhiri dengan tanda tanya, seperti tertera dalam foto unggahan twitter Tengku Zulkarnain berikut ini.

Tangkapan layar Twitter Tengku Zulkarnain yang mengunggah cuitan terkait hoaks 7 kontainer surat suara Pemilu dari Cina. Foto: Twitter/ustadtengkuzul

Selain Tengku Zulkarnain, Andi Arief yang saat itu menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat juga mengunggah hoaks tersebut di akun twitternya pada 2 Januari 2019.

Andi Arief menuliskan narasi yang seolah meminta klarifikasi pada warganet di akun twitter @AndiArief_.

Tangkapan layar Twitter Andi Arief yang seolah mempertanyakan kabar 7 konteinaer surat suara. Foto: Twitter/AndiArief__

Dalam kasus ini, sejumlah orang ditahan. Termasuk Bagus Bawana Putra penyebar pertama hoaks 7 kontainer surat suara. Bagus yang mengaku sebagai Ketua Umum Dewan Koalisi Relawan Nasional Prabowo, mengunggah rekaman suara yang disebarkan ke Whatsapp Group dan sejumlah platform media sosial yang kemudian menjadi viral

Mahkamah Agung menolak kasasi yang diajukan Bagus maupun Jaksa Penuntut Umum. Bagus dibui dua tahun penjara. Rekaman hoaks yang beredar melalui WhatsApp identik 99,2 persen dengan suara Bagus. 

Adanya hoaks tersebut dapat merugikan berbagai pihak, Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 2019 menemukan masih ada 7,7 juta pemilih di Indonesia yang mempercayai hoaks tersebut. 

Baca Juga: DPP PKS Ajukan Ahmad Heryawan Jadi Bakal Cawapres

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Banyaknya pemilih yang percaya hoaks ini, KPU menyebut, menjadikan hoaks salah satu strategi kampanye di tahun politik 2019 untuk menjatuhkan lawan politik.

Hoaks Surat Suara Lainnya pada Pemilu Tahun 2019

Pada pemilu tahun 2019, hoaks seputar surat suara tidak hanya tentang penemuan 7 kontainer surat suara dari China. Tapi, beredar juga hoaks lainnya melalui Facebook.

Pada tanggal 5 Januari 2019 beredar hoaks tentang surat suara yang sudah tercetak sebelum 1 Januari 2019. 

Berdasarkan laporan penelitian kepemiluan KPU Jawa Tengah yang dimuat di situs jurnal.kpu.or.id, narasi dalam hoaks surat suara sudah dicetak sebelum 1 Januari berbeda konteks dengan foto yang beredar, sehingga termasuk dalam hoaks kategori disinformasi.

Narasi dalam hoaks ini menyebut, surat suara sudah dicetak sebelum tanggal 1 Januari dan fotonya berasal dari kegiatan validasi KPU tanggal 2 Januari.

Diverifikasi dalam laporan tersebut, foto yang beredar merupakan contoh surat suara untuk keperluan validasi dan persetujuan pada 4 Januari 2019. Sementara, surat suara yang asli belum dicetak.

Berikut salah satu postingan hoaks surat suara sudah dicetak sebelum tanggal 1 Januari 2019 yang menjadi sampel di situs turnbackhoaks.id.

Konten hoaks surat suara Pemilu. Foto: turnbackhoaks.id

Hoaks tak mereda bahkan setelah hari pemungutan suara. Pada 23 April 2019, akun Facebook Adellia Jane Jr memposting hoaks yang menyebut FPI menemukan 4 ton surat suara di Makassar milik Surya Paloh belum tercoblos.

Mengutip situs turnbackhoaks.id, hoaks ini termasuk kategori disinformasi atau salah konteks. Sebab, kabar tersebut tidak sepenuhnya benar.

Faktanya, foto itu adalah surat suara yang rusak dan seharusnya sudah dimusnahkan. Dari sekitar 4 ton surat suara, baru sebagian yang dimusnahkan.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Pada 20 April 2019, FPI (ormas yang saat ini dilarang) bersama Relawan Prabowo-Sandi didampingi TNI dan Polri menemukan surat suara tersebut di gudang percetakan Tribun Timur milik PT Kompas Gramedia, Kota Makassar.

Dari 4 ton surat suara yang ditemukan, sebagian sudah dimusnahkan dan sisanya akan dimusnahkan hari itu juga oleh KPU Kota Makassar.

Hoaks Surat Suara Pemilu
Tangkapan layar unggahan akun Adellia Jane Jr terkait hoaks surat suara Pemilu 2019. Foto: Facebook/Adelia Jane JR

Berdasarkan penelusuran harapanrakyat.com, akun Adellia Jane Jr hingga saat ini masih bisa ditemukan. Terakhir membagikan postingan pada 31 Oktober 2019, akun ini tampak aktif membagikan postingan seputar politik dan pemerintah.

Berdasarkan keterangan di profil akun tersebut, Adellia Jane Jr mulai bergabung dengan partai Gerindra pada 28 Juli 2019.

Pola Penyebaran Hoaks

Dari beragam hoaks surat suara yang beredar pada Pemilu 2014 dan 2019, ditemukan pola penyebaran hoaks surat suara seperti berikut ini:

  1. Konten bisa berupa narasi yang disertai foto dan pesan audio. 
  2. Hoaks disebar dan diduplikasi melalui media sosial, umumnya Facebook dan Twitter.
  3. Hoaks juga ditemukan beredar melalui pesan suara di aplikasi pesan singkat WhatsApp.
  4. Pelaku umumnya menggunakan akun anonim. 
  5. Narasi memancing emosi pembaca, biasanya diakhiri dengan tanda tanya, atau memohon klarifikasi. 
  6. Foto umumnya asli, namun dinarasikan berbeda sehingga konteks informasi salah.

Dengan temuan pola tersebut dan seiring masifnya perkembangan media sosial saat ini, maka potensi berulangnya hoaks surat suara pada Pemilu 2024 amat besar. Mari lebih bijak  menggunakan media sosial dan bersama-sama melawan hoaks. Kalau ragu akan informasi yang beredar, bisa cek kebenarannya di cekfakta.com. (Eva/R7/HR-Online/Editor-Ndu)