Subang – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, menyoroti adanya aksi premanisme yang mengganggu proses pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Ia mendesak pemerintah bersikap tegas dan tidak mentoleransi tindakan semacam ini yang bisa menghambat laju investasi.
“Saya mendengar ada gangguan dari ormas yang bersikap seperti preman dalam proyek pembangunan sarana produksi BYD. Pemerintah harus bertindak tegas,” ujar Eddy saat meninjau langsung pabrik BYD di Shenzhen, China, Rabu (16/4/2025).
Eddy menekankan bahwa investasi seperti BYD sangat penting untuk mendorong industrialisasi, manufaktur, dan hilirisasi di Indonesia. Ia berharap proyek pabrik ini bisa rampung dan beroperasi sebelum akhir 2025, seperti yang direncanakan.
Politisi PAN tersebut menegaskan, jaminan keamanan adalah syarat utama bagi investor. Jika keamanan tidak terjaga, investor bisa kehilangan kepercayaan untuk menanam modal di Indonesia. Pemerintah, kata Eddy, harus memberikan aksi nyata agar masalah ormas dan premanisme tak berlarut-larut.
“Permasalahan premanisme ini harus segera ditangani dengan tegas. Kita butuh lingkungan investasi yang aman dan kondusif,” ujarnya lagi.
Selain menyoroti masalah keamanan, Eddy juga mengungkapkan kekagumannya terhadap BYD. Menurutnya, perusahaan asal China itu tidak hanya menjual mobil, tapi juga membawa teknologi inovatif yang bisa menginspirasi anak bangsa.
“BYD memasarkan teknologi. Saya harap generasi muda Indonesia bisa belajar dari mereka dan ikut andil dalam pengembangan mobil listrik serta produksi baterainya di masa depan,” tuturnya.
Sebelumnya, General Manager BYD Asia-Pacific, Liu Xueliang, menyatakan bahwa BYD mempercepat pembangunan pabriknya di Indonesia. Awalnya ditargetkan selesai 2026, kini dipercepat menjadi kuartal keempat 2025. Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik nasional.
“Biasanya pembangunan pabrik mobil listrik butuh 10 hingga 16 bulan. Tapi kami upayakan yang di Indonesia menjadi salah satu yang tercepat,” kata Liu dalam pernyataan tertulisnya (1/1/2025).
Meski pembangunan dipercepat, pabrik baru akan mulai beroperasi penuh pada awal 2026. Fasilitas di Subang itu juga akan diperluas untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.