SUBANG — Pabrikan mobil listrik asal Vietnam, VinFast, tampaknya tidak mau setengah-setengah dalam menancapkan kukunya di Indonesia. Lewat pabrik barunya yang tengah dibangun di Subang, Jawa Barat, VinFast siap memacu produksi kendaraan listrik mulai Desember 2025.
Dalam sebuah sesi eksklusif di ajang GIIAS pada Kamis (24/7/2025), CEO VinFast Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto—yang akrab disapa Kerry—menegaskan bahwa pembangunan pabrik berjalan mulus, tanpa drama berarti.
“Pabrik sesuai rencana, ngga terkendala signifikan, kita buka mulai Desember merakit VF3 lalu model berikutnya kita lagi studi. Kapasitas produksi 50 ribu unit per tahun, lalu fase kedua dan ketiga bisa bertambah,” ujar Kerry penuh optimisme.
Model pertama yang akan dilahirkan dari rahim pabrik Subang ini adalah VF3—mobil mungil ramah lingkungan yang siap wara-wiri di jalanan Indonesia. Namun jangan salah, pabrik ini bukan cuma buat pasar lokal. VinFast punya visi ekspor, apalagi pabrik ini didesain khusus untuk produksi kendaraan setir kanan. Sebuah langkah yang melengkapi pabrik Vietnam yang fokus pada setir kiri.
Lebih lanjut, Kerry menjelaskan bahwa kehadiran VinFast di Indonesia juga diselaraskan dengan program BEV (Battery Electric Vehicle). Di bawah skema ini, VinFast mendapatkan keringanan pajak dan bea masuk—tapi dengan satu syarat penting: harus mencapai 40% Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Ada keinginan Indonesia menjadi basis produksi setir kanan. Saat ini semua masih impor tapi sudah ikut program BEV jadi harga sama bebas bea masuk dan pajak barang mewah karena bisa buktikan pabrik jalan dan ada bank garansi juga. Target 40% TKDN itu harus kalau gak ya ga bisa ikut program BEV,” beber Kerry.
Tak main-main, fase pertama pembangunan ini digelontor investasi sebesar USD 200 juta. VinFast tak hanya datang membawa teknologi, tapi juga peluang kerja. Fase awal direncanakan menyerap 1.000 tenaga kerja langsung—belum termasuk para pekerja dari rantai pasok.
“Nilai investasi 200 juta US untuk fase pertama. Rencananya menyerap 1.000 tenaga kerja yang langsung, belum dengan supplier. Tahap awal 50 ribu per tahun tapi bisa bertambah shift tiap tahun. Luas lahan 170 hektare di fase 1, ini baru sebagian,” tambah Kerry.
Dengan lahan seluas 170 hektare yang masih bisa diekspansi, VinFast membuka jalan untuk pertumbuhan industri EV yang lebih besar. Rencana jangka panjangnya melibatkan penambahan shift, perluasan kapasitas, serta kolaborasi dengan para pemasok lokal—yang artinya, multiplier effect-nya bukan main.
Pabrik ini diprediksi menjadi langkah strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di panggung otomotif Asia Tenggara, khususnya dalam kategori kendaraan listrik. Dengan kata lain: dari Subang, Indonesia siap melaju ke masa depan yang lebih hijau dan bertenaga.