Subang bukan hanya nama kabupaten—ia juga adalah nama sebuah kecamatan yang menjadi pusat dari semuanya. Di sinilah roda pemerintahan berputar, suara pasar berpadu dengan azan dari masjid, dan jalanan yang selalu punya cerita baru setiap harinya.
Kecamatan Subang berdiri di wilayah peralihan antara dataran rendah dan dataran tinggi, pada ketinggian menengah yang menjadikannya seimbang antara panas kota dan sejuknya alam pedesaan di pinggiran.
Bayangkan sebuah kawasan yang di utara bersentuhan dengan Pagaden dan Cibogo, di selatan berpelukan dengan Jalancagak dan Ciater, di timur menyapa Cijambe, dan di barat kembali bertetangga dengan Pagaden dan Cibogo.
Seolah Subang menjadi simpul—titik temu antara semua arah dan semua wajah kehidupan.
Dengan luas 63,30 kilometer persegi, Kecamatan Subang bukan hanya pusat pemerintahan, tapi juga pusat keramaian dan kepadatan penduduk.
Data BPS mencatat ada 140.942 jiwa yang tinggal di wilayah ini, dengan kepadatan mencapai 2.228 jiwa per kilometer persegi—angka tertinggi di seluruh Kabupaten Subang.
Tak heran, kehidupan di sini bergerak cepat. Tapi di balik riuhnya lalu lintas dan padatnya permukiman, ada harmoni yang tetap terjaga: antara kerja keras, kekeluargaan, dan tradisi yang enggan hilang.
Subang memiliki 14 wilayah administratif, terdiri dari 6 kelurahan dan 8 desa.
Kelurahan seperti Karanganyar, Cigadung, Dangdeur, Soklat, Pasirkareumbi, dan Subang menjadi wajah urban kecamatan ini—dengan jalan-jalan yang hidup hingga malam dan deretan toko yang selalu sibuk.
Sementara delapan desa seperti Ciasem, Ciheuleut, Cidahu, Rancabango, Sukamelang, Sukarahayu, Mulyasari, dan Kasomalang Kulon menjaga sisi lain dari Subang: lebih hijau, lebih tenang, dan tetap hangat dalam kesederhanaan.
Ada 781 RT dan 233 RW di seluruh kecamatan ini—angka yang menandakan betapa rapatnya jalinan sosial masyarakatnya. Di setiap gang, selalu ada cerita kecil: anak-anak bermain sepeda, ibu-ibu bercengkerama di teras rumah, hingga bapak-bapak yang tak pernah absen nongkrong di warung kopi pagi-pagi.
Kehidupan di Kecamatan Subang adalah percampuran yang unik antara ritme kota dan napas desa.
Ia bukan sekadar ibukota kabupaten, melainkan miniatur kehidupan Subang itu sendiri—di mana modernitas dan tradisi berjalan beriringan, tanpa saling meniadakan.
Subang mengajarkan bahwa kemajuan tak harus kehilangan kehangatan, dan kepadatan tak harus menghapus keramahan.
Di sinilah pusat kehidupan Subang berdetak—penuh, padat, dan tetap bersahaja.








