SUBANG – Cuaca galau antara hujan dan panas ternyata bukan hanya bikin cucian lama kering, tapi juga jadi panggung ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berpesta. Hasilnya? Kabupaten Subang dihantam lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang bikin waswas.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, mengonfirmasi kabar tak mengenakkan ini. “Iya benar, kasus DBD di Subang terus meningkat. Selama Januari hingga pertengahan Juli 2025 tercatat ada 601 kasus suspek DBD,” ungkapnya, Selasa (21/7/2025).
Dan ini bukan sekadar angka di atas kertas. Mei dan Juni menjadi bulan paling mencekam dengan masing-masing 152 dan 147 kasus. Sementara hingga pertengahan Juli, sudah tercatat 54 kasus.
Empat kecamatan paling terdampak adalah Cipunagara, Tambakdahan, Pusakanagara, dan Patokbeusi. Dari wilayah ini saja, ada 471 kasus suspek DBD. Bisa dibilang, nyamuknya seperti tahu lokasi hotspot yang empuk.
Yang lebih menyayat, dari total 601 kasus, sudah ada 6 warga Subang yang meninggal dunia. “Keenam orang yang meninggal rata-usianya di bawah 40 tahun, bahkan satu di antaranya masih balita usia 2,5 tahun,” ujar dr. Maxi.
Penyebabnya? Lagi-lagi klasik tapi fatal: keterlambatan penanganan. Banyak pasien dibawa ke rumah sakit saat kondisinya sudah parah. Dan saat itu, penyesalan datangnya lebih cepat dari ambulans.
Untuk mengantisipasi agar nyawa tak melayang sia-sia, Dinas Kesehatan Subang kembali menggencarkan kampanye 3M—Menguras, Menutup, dan Mengubur. Tak cukup itu, fogging pun dilakukan secara rutin.
“Pihak Dinkes Subang hingga hari ini masih terus melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk untuk membasmi DBD agar kasusnya tidak terus meningkat,” tegasnya.
Warga diimbau untuk tak lengah. DBD bukan sekadar demam biasa—ini penyakit yang bisa jadi tragis kalau disepelekan. Kalau nyamuk bisa bicara, mungkin dia akan bilang, “Cuma butuh setetes air dan sedikit kelengahan, bro.”
Jadi, jangan kasih ruang! Warga harus kompak, rumah bersih, selokan lancar, dan air tergenang? Harus auto musnah!