Beranda Berita Subang Subang Butuh Bupati Mandiri, Bukan Bayang-Bayang Masa Lalu

Subang Butuh Bupati Mandiri, Bukan Bayang-Bayang Masa Lalu

Bupati Subang Reynaldy Putra Andita
Niskala Mulya Rahadian Fathir Rakean Galuh Pakuan (Foto: Istimewa).

Subang – Bupati Subang Reynaldy Putra Andita diharapkan menjadi pemimpin mandiri dan bersih. Namun, sejumlah isu kedekatan dengan masa lalu dan campur tangan keluarga memicu kritik tajam.

Subang dan Harapan yang Mulai Retak

Reynaldy Putra Andita Br. hadir sebagai harapan baru bagi Kabupaten Subang. Sosok muda ini dipercaya memimpin roda pemerintahan dengan semangat bersih dan progresif. Namun, di balik optimisme itu, muncul sejumlah keprihatinan publik yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Bayang-Bayang Masa Lalu dalam Lingkar Kekuasaan

Kedekatan sang Bupati dengan mantan Bupati yang tersangkut kasus korupsi menjadi sorotan tajam. Sosok tersebut kerap muncul dalam kegiatan pemerintahan resmi, memunculkan pertanyaan serius: apakah ini tanda pembiaran terhadap masa lalu yang kelam? Masyarakat tidak ingin sejarah buruk kembali terjadi, terlebih jika pelakunya masih dilibatkan dalam pemerintahan. Pesan moral yang tersirat pun mengkhawatirkan—seolah kedekatan bisa menutupi luka publik akibat korupsi.

BACA JUGA:  Subang Siap Jadi Kawasan Ramah Investasi: Kang Rey Jamin Keamanan Investor

Ketika Kepemimpinan Dibelenggu Ikatan Keluarga

Di tengah masyarakat, berkembang rumor kuat soal pengaruh besar sang ibu dalam urusan pemerintahan. Nama sang ibu memang memiliki pengaruh besar di Subang. Namun, bila pengaruh itu mengerdilkan kemandirian Bupati, maka kekhawatiran rakyat menjadi masuk akal. Istilah “anak mami” bukan sekadar candaan, tapi sindiran tajam atas kepemimpinan yang tak berdiri sendiri. Subang butuh pemimpin yang berani mengambil keputusan, bukan yang bersandar pada bisikan keluarga.

BACA JUGA:  Aksi Sopir Truk Gedor Pintu Bupati Subang: “Kami Butuh Jalan, Bukan Halang!”

Lembaga Adat, Seminar, dan Luka Harga Diri

Kekecewaan publik memuncak saat lembaga adat berinisiatif menggelar seminar internasional demi membuka peluang investasi. Sayangnya, kehadiran sang Bupati absen. Lebih menyakitkan lagi, muncul kabar bahwa sang ibu mencela lembaga adat dan menyebut mereka “ormas tak tahu malu.” Ungkapan itu melukai harga diri masyarakat yang justru sedang berjuang membangun Subang lewat jalur kearifan lokal. Kepemimpinan seharusnya hadir untuk mendukung, bukan menghalangi.

BACA JUGA:  Jalan Rusak Sejak 2020, Warga Soklat Kompak Turun Tangan!

Bangkitlah, Kang Bupati!

Kang Bupati, jabatan yang Anda emban bukan warisan, tapi amanah rakyat. Jangan biarkan bayang-bayang ibu atau kroni lama mencoreng janji perubahan yang Anda bawa. Berdirilah sebagai pemimpin yang tangguh dan independen. Subang menanti figur pemimpin sejati—yang berpihak pada rakyat, bukan tunduk pada lingkaran terdekat. Subang tak butuh simbol, tapi aksi nyata.