SUBANG – Ada kabar segar dari Kantor Bupati Subang, dan bukan, ini bukan soal durian runtuh atau bazar murah. Tapi soal kursi panas Direktur Utama PT Subang Sejahtera (PT SS) yang resmi dibuka untuk siapa pun yang merasa cukup tangguh mengemudikan kapal besar milik daerah ini. Pemerintah Kabupaten Subang resmi menggelar seleksi terbuka alias open bidding untuk mencari nakhoda baru.
Langkah ini muncul setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 3 Juli 2025, membubarkan seluruh jajaran direksi dan komisaris PT SS. Ya, semua. Kosong melompong. Tapi jangan panik, ini bukan akhir dari cerita, justru ini babak baru.
Untuk sementara, Nenden Setyawati yang sebelumnya menjabat sebagai Komisaris Utama, kini didapuk jadi Penjabat Sementara Direktur Utama (Pj Dirut) selama masa transisi. Tapi ini bukan kerja seumur jagung—melainkan seumur satu bulan. “Paling lambat minggu depan harus mulai. Karena masa tugas Bu Nenden hanya 30 hari. Kalau masih kurang bisa diperpanjang,” ujar Muhamad Khairil Syahdu Mukhtar, Kepala Bagian Perekonomian Setda Subang, dengan nada serius tapi tetap santai.
RUPSLB kali ini memang cukup dramatis. Sang mantan Dirut, Aziz Muslih, hadir langsung untuk menyaksikan peralihan tongkat estafet. Sementara Bupati Subang Reynaldy Putra Andita tidak hadir karena sedang memimpin rapat penting tentang truk—ya, truk. Kuasa penuh pun dioper ke Sekda Subang Asep Nuroni.
Meski sempat bikin bangga dengan setoran Rp 4,1 miliar PAD di masa pandemi, PT SS ternyata menyimpan kisah yang tak seindah brosur investasi. Masalah mulai mengintip dari balik laporan keuangan. “Jumlah aset banyak, tapi tidak sebanding dengan kemampuan keuangan. Justru menjadi beban,” keluh Khairil. Laporan tahunan ditolak, dan beberapa keputusan internal bikin pemegang saham geleng-geleng kepala. Bahkan Perda Penyertaan Modal akan dikaji ulang. Wah.
Padahal, secara prestasi, PT SS bukan tanpa bumbu manis. Mereka pernah menggandeng enam BUMDes dalam ajang Subang Investment Summit 2024. Ada BUMDes Maju Mandiri, Mutiara Patimban, dan kawan-kawannya yang ikut tanda tangan MoU di Pendopo Abdul Wahyan. Ibaratnya, BUMD ini tahu cara menggoda desa untuk berkolaborasi.
Namun kini, angin perubahan sudah berhembus dari arah barat—atau mungkin dari Smartpolitan dan KEK Patimban. Subang sedang bersiap menuju masa depan yang lebih gemerlap. Dan keberadaan BUMD seperti PT SS akan sangat menentukan. “Kita ingin BUMD bisa dikelola lebih profesional dan lebih berdampak ke masyarakat,” tegas Khairil, penuh harap.
Siapakah yang akan terpilih sebagai juru mudi baru PT SS? Entahlah. Tapi satu yang pasti: Subang butuh sosok dengan kompas yang lurus, radar tajam, dan dompet yang tidak mudah bocor.