SMKN Cibogo Subang Berpartisipasi dalam Pemecahan Rekor MURI Pemakaian Sarung Tenun ASN Terbanyak Secara Daring – SUARASUBANG. SMKN Cibogo Subang turut ambil bagian dalam acara pemecahan Rekor MURI dengan kategori Pemakaian Sarung Tenun Oleh ASN Terbanyak yang diadakan secara daring. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 40.000 Aparatur Sipil Negara (ASN) dari berbagai instansi di Jawa Barat, baik secara langsung di Gedung Sate maupun melalui daring dari kantor atau unit instansi masing-masing.
SMKN Cibogo Subang mengirimkan sebanyak 47 peserta yang terdiri dari para guru dan staf sekolah, dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah, Ade Suhedin, MT. Acara ini merupakan bagian dari kampanye Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang bertujuan untuk mendorong kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, khususnya sarung tenun tradisional.
Pemecahan Rekor yang Mengusung Kebanggaan terhadap Produk Lokal
Pemecahan Rekor MURI ini tidak hanya menjadi ajang prestasi, tetapi juga momentum penting untuk mempromosikan penggunaan sarung tenun sebagai warisan budaya Indonesia. Dengan tema Bangga Buatan Indonesia, kegiatan ini mengajak seluruh ASN di Jawa Barat untuk memperlihatkan dukungan terhadap produk-produk lokal berkualitas.
“Melalui acara ini, kita menunjukkan bahwa produk lokal seperti sarung tenun memiliki nilai budaya tinggi sekaligus kualitas yang dapat bersaing,” ujar Ade Suhedin, MT, Kepala Sekolah SMKN Cibogo Subang.
Keterlibatan ASN Secara Luring dan Daring
Acara utama berlangsung di Gedung Sate, Bandung, dengan kehadiran Pj. Gubernur Jawa Barat, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, serta sejumlah pejabat lainnya. Sementara itu, ribuan ASN lainnya berpartisipasi secara daring dari lokasi masing-masing, termasuk SMKN Cibogo Subang.
“Walaupun mengikuti secara daring, semangat kami tetap sama, yaitu mendukung penuh gerakan Bangga Buatan Indonesia,” tambah Ade Suhedin.
Sarung Tenun: Produk Lokal yang Sarat Makna
Sarung tenun yang dikenakan dalam acara ini bukan sekadar busana, melainkan simbol budaya dan identitas Indonesia. Dengan melibatkan ASN dari berbagai instansi, acara ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan keragaman motif dan kualitas sarung tenun dari berbagai daerah di Jawa Barat.
“Sebagai ASN, kami merasa bangga dapat mendukung produk lokal yang memiliki nilai budaya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” ungkap salah satu peserta dari SMKN Cibogo.
Peran SMKN Cibogo dalam Mendukung BBI
SMKN Cibogo Subang dikenal sebagai salah satu institusi pendidikan yang aktif mendukung berbagai program pemerintah, termasuk kampanye Bangga Buatan Indonesia. Melalui keikutsertaan dalam acara ini, sekolah menunjukkan komitmennya untuk mendukung pelestarian budaya lokal sekaligus memberikan contoh kepada generasi muda tentang pentingnya mencintai produk buatan dalam negeri.
“Sebagai lembaga pendidikan, kami memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi siswa tentang pentingnya menghargai produk lokal. Partisipasi kami dalam acara ini adalah wujud nyata dari komitmen tersebut,” jelas Ade Suhedin.
Dukungan dari Pemimpin Jawa Barat
Dalam sambutannya, Pj. Gubernur Jawa Barat menyampaikan apresiasinya atas tingginya antusiasme para ASN yang terlibat dalam pemecahan Rekor MURI ini. Ia menekankan pentingnya dukungan masyarakat terhadap produk lokal sebagai salah satu cara untuk memperkuat ekonomi daerah.
“Sarung tenun adalah bagian dari identitas kita. Dengan menggunakan dan mempromosikannya, kita bukan hanya melestarikan budaya, tetapi juga membantu para pengrajin lokal untuk terus berkembang,” ujar Pj. Gubernur Jawa Barat.
Harapan untuk Masa Depan Produk Lokal
Pemecahan Rekor MURI ini diharapkan menjadi awal dari lebih banyak inisiatif serupa yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mencintai produk buatan Indonesia. Dengan melibatkan ASN dan berbagai instansi pendidikan seperti SMKN Cibogo Subang, semangat Bangga Buatan Indonesia diyakini akan terus menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.
Melalui keikutsertaan ini, SMKN Cibogo Subang tidak hanya mencetak sejarah, tetapi juga menunjukkan bahwa lembaga pendidikan dapat menjadi motor penggerak dalam kampanye nasional yang berorientasi pada pelestarian budaya dan penguatan ekonomi lokal. “Semoga semangat ini terus menyala, membawa manfaat bagi bangsa dan negara,” pungkas Ade Suhedin.