Beranda Berita Subang Sisingaan Subang: Dari Gotong Singa ke Singa Manuk, Ketika Tradisi Bertransformasi

Sisingaan Subang: Dari Gotong Singa ke Singa Manuk, Ketika Tradisi Bertransformasi

Kesenian Sisingaan Subang

SUBANG – Kalau dulu arak-arakan warga Subang selalu diiringi dengan denting gamelan dan raungan terompet khas Sunda, kini pemandangannya mulai bergeser. Kesenian Sisingaan—ikon budaya yang dulu menjadi kebanggaan kabupaten ini—perlahan tergeser oleh “adik modernnya” bernama Singa Manuk.

Kesenian Sisingaan atau yang kerap disebut gotong singa biasanya hadir saat warga punya hajat, seperti khitanan atau syukuran besar. Diiringi musik gamelan yang menggelegar lembut, arak-arakan ini membawa patung singa yang dinaiki oleh anak dari tuan rumah. Sementara itu, warga yang ikut mengiringi berjoget riang dan sesekali memberikan saweran kepada pesinden.

BACA JUGA:  Jalan Provinsi Subang–Pamanukan Rusak Parah, Warga Minta Janji Perbaikan Segera Dibuktikan

“Biasanya akhir arakan ditutup dengan atraksi sulap atau pertunjukan seru lainnya,” kata salah satu seniman lokal. Dulu, Sisingaan bukan sekadar hiburan—ia simbol kebersamaan dan kebanggaan masyarakat Subang.

Namun, seiring waktu, selera generasi muda bergeser. Gamelan dan terompet dianggap “kurang greget”, kalah pamor dari dentuman musik modern. Para pengusaha Sisingaan pun putar otak—mereka menambahkan musik modern di belakang gamelan agar dua generasi bisa sama-sama bergoyang: yang tua ikut menikmati tradisinya, yang muda ikut menari dengan irama kekinian.

BACA JUGA:  PKL Ciater-Cagak Direlokasi: Digeser, Bukan Digusur!

Transformasi tak berhenti di situ. Kini, yang digotong bukan lagi patung singa, melainkan burung—bahkan karakter dari film animasi! Masyarakat pun menamainya Singa Manuk, meskipun bentuknya sudah jauh dari “singa” aslinya. “Gerakannya juga beda, lebih santai. Kalau Sisingaan dulu lincah dan enerjik, Singa Manuk cukup bergoyang atau berputar ketika orang tua penunggang memberi saweran,” ujar warga setempat sambil tertawa.

BACA JUGA:  Bupati Subang Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2025

Agar lebih meriah, pengusaha hiburan menambahkan badut-badut lucu dalam rombongan arak-arakan. Jadilah suasana yang lebih ramai, penuh warna, dan tentu—lebih Instagramable. Tak heran, masyarakat Subang bagian utara kini lebih memilih Singa Manuk untuk memeriahkan hajatan mereka.

Sayangnya, di balik keriuhan itu, Sisingaan asli Subang mulai kehilangan panggungnya. Kini, ia hanya tampil di acara kebudayaan atau dilestarikan di sekolah-sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Sebuah ironi: kesenian yang dulu hidup di jalanan, kini hanya bisa bernapas di ruang-ruang pendidikan.