Beranda Berita Nasional Sejarah Penumpasan DI/TII di Banjar Patroman, TNI Terjunkan Batalyon Pemburu

Sejarah Penumpasan DI/TII di Banjar Patroman, TNI Terjunkan Batalyon Pemburu

Sejarah-Penumpasan-DI-TII-di-Banjar-Patroman.jpg

Sejarah penumpasan gerombolan DI/TII di Banjar Patroman, Jawa Barat melibatkan batalyon pemburu dari Jakarta.

Pada tahun 1953 Tentara Nasional Indonesia (TNI) berusaha menumpas gerombolan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII) di daerah Banjar Patroman.

Saking sulitnya menghadapi gerombolan DI/TII di kota tersebut, satuan Siliwangi Banjar Patroman sampai menerjunkan satu batalyon pemburu dari Jakarta. Satuan khusus yang terdiri dari satu Batalyon tersebut bernama Batalyon Djago.

Batalyon Djago merupakan tentara elit di era Soekarno yang sering menumpas aksi kejahatan. Tidak hanya kejahatan di dalam negeri, Batalyon Djago juga pernah menjadi satuan khusus yang menjalankan misi saat negara ini berkonfrontasi dengan Malaysia.

Sebagaimana yang diharapkan oleh negara saat itu, Batalyon Djago berhasil mengalahkan kekuatan DI/TII di Banjar Patroman. Mereka sukses membuat gerombolan DI/TII tunggang langgang dari daerah Banjar, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Baca Juga: Sejarah Batalyon Jago, Penumpas Gerombolan DI/TII di Kota Banjar

Atas prestasi tersebut Batalyon Djago kemudian mendapat penghargaan dari pemerintah pusat. Mereka dianggap sebagai satuan TNI yang paling diutamakan oleh negara, Soekarno juga ikut membanggakan Batalyon ini dan memberikan semangat untuk terus berjuang membela bangsa dan negara.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Sejarah Penumpasan Gerombolan DI/TII di Banjar Patroman dan Batalyon Djago yang Terkenal Sadis

Menurut surat kabar berbahasa Belanda De Preangerbode bertajuk, “De Statuatie in Bandjar: Batalyon Jago Heeft Gen Zware Taak” yang terbit pada tanggal 14 Agustus 1953, pasukan khusus yang menumpas gerombolan DI/TII di Banjar Patroman bernama Batalyon Djago terkenal sadis dan kejam saat “menelanjangi” musuhnya.

Sebagaimana melakukan penumpasan gerombolan DI/TII di daerah tersebut, Batalyon Djago sering memberikan tindakan yang bisa membuat gerombolan jera dengan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.

Batalyon Djago menangkap beberapa gerombolan DI/TII yang berada di hutan-hutan dan menyuruhnya berjalan kaki dari tempat mereka berasal ke kodim yang ada di kota Banjar. Batalyon Djago mengikat gerombolan separatis ini secara beruntun dan berjalan satu barisan.

Jika kita bayangkan peristiwa di atas tentu sangat menyengsarakan para gerombolan. Mereka harus berjalan kaki dari hutan tempat persembunyiannya tanpa ampun. Sebab tentara di belakang mereka mengawasi menggunakan senjata lengkap.

Kalau sampai ada salah satu dari mereka melarikan diri, maka tak segan tentara dari Batalyon Djago di belakang akan melepaskan tembakan ke arah si gerombolan tersebut. Mereka melakukan tindakan ini semata-mata untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Baca Juga: Agresi Militer Belanda di Pangandaran, Pantai Timur Jadi Pelabuhan Kapal Perang Sekutu

Menumpas Gerombolan DI/TII Sampai ke Pangandaran

Masih menurut catatan sejarah dalam surat kabar De Preangerbode (1953), Batalyon Djago yang melakukan penumpasan gerombolan DI/TII di Banjar Patroman juga sampai menumpas kelompok yang sama di daerah Pangandaran.

Batalyon Djago melakukan penumpasan di Pangandaran diawali dengan kedatangannya ke daerah Padaherang sampai dengan Parigi. Mereka menyelamatkan tawanan DI/TII yang disekap di basis-basisnya yang berada di hutan sepanjang dua wilayah tersebut.

Selain membebaskan para tawanan DI/TII pasukan khusus dari Batalyon Djago juga membantu pendirian tenda untuk mengungsi. Saat itu banyak korban DI/TII di Pangandaran yang rumahnya hancur terbakar oleh gerombolan Kartosuwiryo.

Akibatnya banyak penduduk di daerah-daerah pedalaman Pangandaran yang kehilangan tempat tinggal. Maka dari itu untuk mengurus kesejahteraan penduduk korban gerombolan DI/TII tentara dari Batalyon Djago membantu menyediakan tempat pengungsian sementara.

Mereka juga dibantu oleh Dinas Sosial yang datang dari Jakarta untuk memeriksa keadaan korban yang mengalami cedera.

Biasanya tim penyelamat perang dari Dinsos akan memberikan obat-obatan juga bagi seluruh pengungsi yang mengalami masalah dengan kondisi kesehatannya.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Baca Juga: Sejarah Laskar Sabilillah, Satuan Pejuang di Ciamis yang Paling Ditakuti Belanda

Menyergap Pasukan DI/TII dari Kereta Api

Selepas melakukan misi penyelamatan korban DI/TII di daerah Pangandaran, pasukan Batalyon Djago kembali ke kota Banjar Patroman. Mereka menemukan masalah yang sama di Banjar Patroman–ada sisa-sisa gerombolan DI/TII yang belum terselesaikan.

Para gerombolan tersebut sering melakukan aksi bajak kereta yang datang dari Stasiun Banjar menuju ke arah Jawa Tengah. Mendengar informasi tersebut pasukan Djago mendapatkan ide untuk segera meringkusnya.

Ide tersebut dengan menjebak gerombolan DI/TII dari dalam kereta. Masinis menjalankan kereta seperti biasa, setelah melewati rawan gerombolan komandan pasukan Djago akan memerintahkannya pelan.

Ketika pelan maka gerombolan DI/TII dengan mudah melakukan sabotase pada kereta tersebut. Namun karena kereta ini dipenuhi oleh tentara Indonesia, maka pihak masinis tidak merasa khawatir.

Akhirnya gerombolan DI/TII yang melakukan sabotase kereta terjebak. Mereka tak mengira bahwa penumpang kereta yang diberhentikannya adalah tentara Djago. Akibatnya sisa-sisa gerombolan DI/TII di kota Banjar itu diringkus habis oleh Batalyon Djago dengan mudah dan cekatan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)