Beranda Berita Nasional Sejarah Mbah Bungkus, Sesepuh Pemersatu Sunda Jawa di Pangandaran

Sejarah Mbah Bungkus, Sesepuh Pemersatu Sunda Jawa di Pangandaran

Sejarah-Mbah-Bungkus.jpg

Sejarah Mbah Bungkus, tokoh legenda tersohor bagi suku Jawa yang tinggal di daerah Pangandaran, Jawa Barat. Konon menurut cerita orang tua dulu, Mbah Bungkus adalah sesepuh pertama yang bisa mempersatukan suku Sunda dan Jawa di pesisir Pananjung.

Menurut sejumlah literasi yang ditemukan, Mbah Bungkus pertama kali menginjakan kaki ke Pangandaran pada awal abad ke-17 masehi. Ia datang ke Pangandaran karena diperintahkan oleh bupati Soekapura (Tasikmalaya) untuk membabat hutan angker di daerah Pananjung.

Mbah Bungkus terkenal sebagai orang sakti yang bisa mengusir roh jahat. Kesaktian itu terdengar sampai ke daerah Jawa Barat, oleh sebab itu maka bupati Soekapura memerintahkan Mbah Bungkus mengusir roh jahat di pesisir Pananjung.

Baca Juga: Sejarah Transmigrasi Orang Jawa Reang ke Pangandaran Abad 19

Sebagai imbalan dari keberhasilannya, Pangandaran yang kala itu dipegang oleh kekuasaan Soekapura memberikan janji pada Mbah Bungkus boleh membawa sanak familinya tinggal di Pangandaran.

Semenjak itu banyak orang-orang Jawa yang tinggal di Pangandaran. Rata-rata orang Jawa keturunan Mbah Bungkus bertempat tinggal di daerah Wonoharjo.

Sejarah Mbah Bungkus: Sesepuh yang Membentuk Budaya Jawa Reang

Menurut Indira, dkk dalam Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Padjajaran, Vol. 1, No. (2) April 2019 berjudul, “Komunitas Jawa di Wonoharjo sebagai Jejak Migrasi Etnis Jawa di Kabupaten Pangandaran”, Mbah Bungkus adalah sesepuh yang membentuk budaya Jawa reang di Pangandaran.

BACA JUGA:  Tantangan Besar di Balik Perjuangan Budi Gunawan Melawan Perjudian Online Internasional

Budaya Jawa reang adalah hasil akulturasi tradisi budaya Jawa dan Sunda yang kemudian menciptakan bentuk baru. Tentu budaya Jawa reang berbeda dengan budaya orang Jawa apalagi dengan budaya Sunda. Budaya Jawa reang hanya bisa ditemukan di Pangandaran.

Antara lain yang lahir dari budaya Jawa reang adalah bahasa. Orang Jawa yang ada di daerah Wonoharjo memiliki bahasa menarik karena berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya. Mereka menggunakan bahasa Jawa reang yang sedikit banyak menyelipkan bahasa Sunda di dalamnya.

Fenomena budaya langka ini terjadi akibat peran Mbah Bungkus yang menginisiasi perkawinan suku Jawa dan Sunda pertama kali di Pangandaran. Perkawinan tersebut kemudian melahirkan akulturasi budaya yang disebut dengan budaya Jawa reang.

Baca Juga: Kisah Nelayan Pangandaran Rusak Kapal Pukat Harimau 1975, Indonesia Geger

Mbah Bungkus Tokoh Penyebar Agama Islam di Pangandaran

Menurut salah seorang penjaga makam dan petilasan Mbah Bungkus yang terletak di jalan Wonoharjo, bernama Sudirman menyebut Mbah Bungkus adalah salah satu tokoh penyebar agama Islam di daerah Pangandaran.

BACA JUGA:  Rumah Nenek Satinah di Subang Terancam Ambruk, Relawan Harap Ada Donatur yang Peduli

Ia menyebarkan agama Islam yang diwariskan dari Sunan Kalijaga. Konon menurut silsilah, pria bernama asli Wonoduwiryo adalah keturunan bangsawan Keraton Yogyakarta.

Dari garis ayah, kakek Mbah Bungkus yang bernama Wonodikosomo III adalah cucu dari Tumenggung Wonoyudo seorang abdi dalem Islami di Keraton Yogyakarta. Ia dipercaya sebagai pengikut setia Sunan Kalijaga dan pernah menjadi anak buahnya ketika berdakwah.

Kultur Islami yang terus berjalan dari garis keturunan ayah sampai ke generasi Mbah Bungkus. Maka ketika Mbah Bungkus memilih untuk tinggal jauh dari tempat asalnya di Kebumen, Jawa Tengah lalu menetap di Pangandaran, satu tugas utama yang ia lakukan adalah menyiarkan agama Islam.

Kebiasaan berdakwah yang dilakukan Mbah Bungkus saat menjadi penyiar agama Islam juga dapat kita lihat dari kultur kampung halaman asal tempat dimana ia tinggal. Mbah Bungkus tinggal di Tlogodepok yang kala itu merupakan basis Islam.

Semua orang yang tinggal di sana rata-rata bisa membaca kitab bertuliskan aksara Arab gundul beserta artinya. Tak heran kultur ini membentuk Mbah Bungkus sebagai seorang yang alim dan berilmu tinggi, dan menjadi penyiar agama Islam di daerah Pangandaran.

BACA JUGA:  Kementerian Komunikasi Blokir Lebih dari 277.000 Konten Judi Online dalam Tiga Minggu

Baca Juga: Sejarah Pembantaian Tionghoa di Pangandaran, Siasat Adu Domba Sekutu

Mbah Bungkus Terkenal Sakti, Ditakuti Makhluk Gaib se-Pananjung

Selain disebut sebagai ulama penyiar agama Islam di Pangandaran, konon Mbah Bungkus juga dikenal menjadi orang sakti yang ditakuti oleh makhluk ghaib yang ada di hutan belantara Pananjung.

Hal ini terlihat dari keberhasilan Mbah Bungkus membuka lahan angker di hutan Pananjung. Konon Mbah Bungkus sukses menebang pohon paling angker dan jadi sarang jin di daerah Pangandaran.

Menurut cerita rakyat yang tersebar di Pangandaran, dulu penghuni pohon tersebut menangis. Mereka memohon Mbah Bungkus supaya jangan menebang tempat tinggalnya. Namun karena Mbah Bungkus diperintahkan oleh bupati Soekapura maka permohonan keluarga jin tadi tak dikabulkan.

Akibatnya Mbah Bungkus memindahkan mereka ke luar dari daerah Pananjung. Sementara kayu hasil tebangan tadi dijadikannya sebagai bahan pembuatan tempat tinggal Mbah Bungkus di daerah Wonoharjo. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)