Beranda Berita Nasional Sejarah Jatuhnya Galuh ke Mataram, Cikal Bakal Lahirnya Kabupaten Ciamis

Sejarah Jatuhnya Galuh ke Mataram, Cikal Bakal Lahirnya Kabupaten Ciamis

Sejarah-Jatuhnya-Galuh-ke-Mataram.jpg

harapanrakyat.com,- Sejumlah literasi sejarah Indonesia menyebut jatuhnya kerajaan Galuh ke Mataram tahun 1595 menjadi cikal bakal berubahnya nama Galuh menjadi Ciamis.

Perubahan nama Galuh menjadi Ciamis oleh pemerintahan Mataram tak lepas dari adanya kepentingan politik. Kerajaan Mataram ingin menguasai wilayah Galuh dengan cara mematikan sejarah dan garis keturunannya.

Sebelum kerajaan Mataram menguasai Galuh, kerajaan orang Sunda yang paling dikagumi se-Priangan Timur ini berada di daerah Kawali. Namun setelah Mataram menguasai Galuh, pusat kerajaan tersebut mengalami perpindahan beberapa kali.

Perpindahan tersebut antara lain terdiri dari daerah Cineam, Calincing, Panyingkiran, Imbanagara, dan Cibatu pada tahun 1815.

Tidak menetapnya pusat kerajaan karena semakin luasnya wilayah kekuasaan Galuh ke daerah Selatan. Kendati mengalami perpindahan pusat pemerintahan, daerah Imbanagara lah yang menjadi basis Galuh sesungguhnya.

Baca Juga: Jejak Eksodus Kerajaan Galuh ke Gunung Ciremai, Terasing dan Akhirnya Lenyap

Maka hingga detik ini masyarakat Ciamis menyakini hari lahirnya Galuh –yang juga diperingati dengan hari jadi Kabupaten Ciamis, disamakan dengan berpindahnya pusat kerajaan Galuh dari Panyingkiran ke Imbanagara pada tanggal 12 Juni 1642.

Sejarah Jatuhnya Galuh ke Kerajaan Mataram Mendominasi, Galuh Ganti Nama Jadi Ciamis

Menurut tayangan sejarah dalam kanal YouTube channel @ASALUSULCHANNELYOUTUBE berjudul, “Asal-usul Kota Ciamis Jawa Barat”, dominasi kerajaan Mataram semakin kuat untuk mengganti nama Galuh jadi Ciamis terjadi pada tahun 1915-1935.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Lebih tepatnya ketika daerah Galuh dikuasai seorang bupati yang congkak bernama R.A.A. Sastrawinata. Semenjak kerajaan Mataram menguasai Galuh, tatanan birokrasi daerah tersebut berganti statusnya dari kerajaan menjadi kabupaten.

Begitupun pada masa R.A.A. Sastrawinata, Galuh yang dahulu terkenal sebagai kerajaan anti kolonial mendadak tunduk menjadi daerah yang menurut pada setiap perintah Belanda.

Akibatnya Galuh menjadi lemah, apalagi setelah R.A.A. Sastrawinata meresmikan namanya berganti jadi Ciamis. Trah Galuh tidak bisa mengganggu gugat ketidaksetujuannya, sebab R.A.A. Sastrawinata telah “mencoret” Galuh dari kamus sejarah kerajaan Sunda.

Ketika pemerintah kolonial lebih mendominasi kekuasaan di wilayah Ciamis, rakyat Galuh semakin menderita. Pasalnya pendapatan daerah di Ciamis yang bisa memberikan kesejahteraan penduduknya berpangkal ke penguasa Mataram untuk selanjutnya dibagi dua dengan pemerintah kolonial Belanda.

R.A.A. Sastrawinata, Bupati Ciamis Pemuja Mataram, Dihormati Belanda

Menurut surat kabar kolonial yang terbit pada tanggal 3 Agustus 1915 bertajuk, “De Sumatera Post”, Bupati Ciamis, R.A.A. Sastrawinata terkenal sebagai seorang penguasa regional eks-kerajaan Galuh yang sangat memuja trah Mataram.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Selain itu R.A.A. Sastrawinata juga dihormati oleh pemerintah kolonial Belanda karena diberikan hak istimewa oleh Raja Jawa karena telah sukses menaklukan Galuh sebagai salah satu kerajaan termegah di tanah Pasundan.

Sejumlah literatur lain mengatakan R.A.A. Sastrawinata merupakan orang pertama yang nekad menghapus sejarah Galuh. Ia juga ditugaskan oleh Mataram untuk memutuskan tali persaudaraan pewaris Galuh agar R.A.A. Sastrawinata bisa berkuasa sepenuhnya di wilayah tersebut.

Karena kejeniusan ini R.A.A. Sastrawinata banyak dilibatkan oleh Mataram sebagai delegasi wakilnya rapat dan berdiskusi dengan pemerintah kolonial. Dari sinilah jaringan relasi kekuasaan Sastrawinata terbentuk.

Ketika ia dipilih lagi sebanyak 3 kali jadi bupati Ciamis, orang-orang Belanda memberikan ucapan selamat. Bahkan menurut koran Belanda yang terbit pada tahun 1920-an menyebut R.A.A. Sastrawinata sebagai bupati pertama di tanah Sunda yang sering menerima bunga penghormatan dari orang Belanda.

Kerajaan Mataram Mengkontaminasi Budaya Sunda

Ketika Mataram resmi menguasai Galuh, nampaknya kerajaan yang berpusat di tengah pulau Jawa itu telah mengkontaminasi budaya Sunda.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Pasalnya para bupati utusan Mataram yang memerintah Galuh kala itu menerapkan beberapa tradisi orang Jawa dalam pemerintahannya. Adapun yang paling terlihat dari adanya kontaminasi budaya tersebut antara lain dari sebuah bahasa.

Baca Juga: Sejarah Perubahan Galuh Jadi Ciamis, Apa Motif Bupati Sastrawinata?

Mataram telah menggantikan bahasa Sunda asli dengan bahasa Sunda Mataraman. Beberapa contoh bahasa Sunda Mataraman yaitu seperti istilah-istilah bahasa Sunda yang saat ini orang Sunda pakai sehari-hari.

Seperti dahar (makan), gentos (ganti), manawi atau menawi dalam bahasa Jawa (apabila), dan lain sebagainya.

Pembentukan bahasa Sunda Mataraman seperti ini membuat budaya Sunda asli jadi tenggelam. Sebagian ahli melihat fenomena ini sebagai cara Mataram menyelaraskan budaya mereka di tanah Sunda. Intinya Mataram ingin menghilangkan tradisi Sunda dengan cara perlahan.

Tujuannya agar orang Sunda kehilangan identitasnya sendiri. Supaya ketika mereka kehilangan identitas budaya,  maka generasi penerusnya hanya akan mengenal budaya yang saat itu mendominasinya. Budaya siapakah itu? Tentu saja budaya Jawa warisan Mataram. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)