KBRN, Jakarta: Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo Menyebut pahlawan bukan hanya sebua sebutan atau simbolik, melainkan pahlawan ialah yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai living ideologi maupun working ideologi.
Pahlawan juga memiliki spirit gotong royong yang kuat dan berjiwa nasionalisme, mau berkorban harta bahkan nayawa untuk keutuhan negara.“Meskipun dahulu teknologi perang masih kalah jauh dari penjajah tapi dengan keinginan yang kuat maka bangsa kita bisa merdeka dan membebaskan diri dari belenggu penjajahan,” ucapnya saat menjadi narasumber dialog kebansgaan di RRI Jakarta, Sabtu (06/11/2021).
Dalam konteks pahlawan kekinian ia mengatakan pahlawan bisa bertahan ditengah dominasi global dan internasional, selain itu juga pahlawan harus menjadi agen lokalitas pada generasi muda yang bisa memacu kesejahteraan.
“Sekarang banyak anak muda kreatif yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi dengan teknologi, karena pertumbuhan ekonomi bisa membangkitkan kesejahteraan rakyat indonesia,” tuturnya.
“Pahlawan masa kini sesuai dengan konteks zaman,yaitu yang bisa membuat kesejahteraan serta kemajuan bagi bangsa dan negara bahkan bisa jadi seorang ayah menjadi pahlawan bagi keluarga karena menafkahi anak istrinya,” sambungnya.
Dirinya mencontohkan sosok pahlawan yang melekat bagi dirinya adalah gusdur karena beliau mampu membuat ideologi Pancasila menjadi milik kita semua, selain itu ada Romo Mangun dengan sekolah mangunannya.
“Menjadi pahlawan itu jangan hanya dibatasi dari kriteria karena disamping itu ada juga pahlawan yang tidak kita sadari ada di masyarakat,” terangnya.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini harus menjadi pahlawan yang mempunyai kesadaran dalam menjaga kesehatan. Ia juga berharap sosok pahlawan lahir dari manusia yang tidak pernah mengeluh, berjiwa tangguh serta memiliki kultur budaya tanding yang kompeten agar menjadi contoh yang baik dim masyarakat.
“Yang paling penting pahlawan selalu memiliki panggilan batin serta kewajiban dalam sanubari untuk tetap berjuang di jalan itu”, tegasnya.”Jika kita mencintai negara maka kita harus punya etos kerja yang keras agar mempunyai spirit serta tetap memiliki empati dan simpati serta pengetahuan”, tutupnya.
Acara ini dibuka langsung oleh presenter Andela Kusuma, Ahli Patologi Sosial Ester Jusuf dan Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdalatul Ulama Indonesia. (foto: Istimewa)