Beranda Berita Nasional Remaja Ditangkap Bawa Sabu, Psikiater Kota Banjar Angkat Bicara

Remaja Ditangkap Bawa Sabu, Psikiater Kota Banjar Angkat Bicara

Psikiater-Kota-Banjar.jpg

harapanrakyat.com,- Psikiater Kota Banjar angkat bicara soal penangkapan dua orang remaja diduga menjadi kurir narkoba di Banjar.

Sebelumnya, Satuan Reserse Narkoba Polres Kota Banjar, Polda Jabar berhasil menangkap dua pelaku yang salah satunya masih berusia 17 tahun, yakni DHP.

Lantas faktor apa yang menjadikan kedua remaja perempuan itu berani memiliki atau membawa atau barang haram tersebut?

Dokter spesialis jiwa RSUD Kota Banjar Rara Dyah mengatakan, pada usia remaja tentunya sangat rentan sekali terpengaruh oleh segala macam pergaulan luar.

BACA JUGA:  Isu Poligami dan Narkoba Bisa Rontokan Elektabilitas Kandidat di Pilkada Subang

“Salah satu faktor yang membuat orang itu terlibat kasus narkoba adalah pergaulan. Kita ketahui bahwa pergaulan anak jaman sekarang terlalu bebas, berbeda dengan zaman dulu sangat terbatas,” kata dokter Dyah sapaan akrabnya, Jumat (3/3/2023).

Pandangan Psikiater Kota Banjar

Menurut pandangannya, para bandar narkoba biasanya mencari kurir atau pengedar usia remaja, apalagi mereka masih labil.

“Biasanya mereka mencari orang yang belum bisa menentukan secara tegas baik atau buruk. Contohnya anak di bawah umur, biasanya mereka punya orang yang bisa masuk ke berbagai lingkungan pergaulan,” terangnya.

BACA JUGA:  PNS vs ASN Ternyata Beda, Jangan Keliru Ya!

Ia menjelaskan, selain faktor pergaulan, anak remaja yang berani memiliki atau membawa narkoba cenderung memiliki latar belakang yang kurang harmonis.

“Seperti kondisi keluarganya bagaimana, secara ekonomi bagaimana. Kalau ekonominya kurang biasanya diiming-imingi uang, terus kalau yang kurang perhatian dari keluarga iming-imingnya seolah-olah mereka itu adalah keluarga kedua tapi kenyataannya malah berbeda,” jelasnya.

Psikiater Kota Banjar ini pun meminta hal itu harus menjadi perhatian serius para orang tua untuk mendidik dan mengawasi pergaulan anaknya.

BACA JUGA:  XL Axiata Berhasil Raih Penghargaan Tertinggi di Stellar Workplace Award 2024

Dyah menambahkan, orang tua harus bisa menjadi pendengar setia dan memberikan solusi jika anaknya menemukan sebuah masalah.

“Misalkan orang tuanya sudah bercerai, hak anak untuk mendapat perhatian dari orang tua itu tetap harus utuh. Karena yang putus hubungan itu antara suami dan istri bukan orang tua dan anak. Kemudian orang tua harus bisa menempatkan sebagai teman, sahabat, dan jangan mengekang. Sebab, itu akan berdampak terhadap mental dan perilakunya,” pungkasnya. (Sandi/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)