Beranda Berita Nasional Produsen Kerupuk di Cipaku Ciamis Berhenti Sementara Dampak dari Harga Bahan Baku...

Produsen Kerupuk di Cipaku Ciamis Berhenti Sementara Dampak dari Harga Bahan Baku Melejit

Produsen-Kerupuk-di-Cipaku-Ciamis-Berhenti-Sementara-Dampak-dari-Harga-Bahan-Baku-Melejit.jpg

harapanrakyat.com,- Imbas dari harga bahan baku yang terus naik, membuat produsen kerupuk di wilayah Kecamatan Cipaku, Ciamis, Jawa Barat, terpaksa untuk sementara waktu berhenti berproduksi.

Salah satu produsen kerupuk yang menghentikan produksi sementara adalah Herdiana, warga Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku.

Ia mengatakan, mahalnya harga tepung tapioka yang merupakan bahan baku kerupuk, membuatnya terpaksa sementara waktu berhenti berproduksi.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Pasalnya, jika ia memaksakan untuk memproduksi, maka biaya dan hasil produksi tidak seimbang.

“Maka bukannya beruntung, akan tetapi malah buntung,” kata Herdiana, produsen kerupuk asal Cipaku kepada harapanrakyat.com, Minggu (7/1/2024).

Herdiana menyebutkan, kenaikan harga tepung tapioka terjadi sejak tahun baru 2024. Padahal jauh sebelumnya, harga terbilang normal kisaran Rp 800.000/kuintal.

Namun sejak tahun baru, harga bahan baku kerupuk ini mulai merangkak naik. Bahkan kenaikan harganya mencapai Rp 1.320.000/kuintal.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

“Karena belum bisa menaikkan harga kerupuk, maka untuk sementara waktu tidak berproduksi. Sebab jika harga kerupuk dinaikkan memang sulit,” ujarnya.

Dengan kondisi seperti itu, produsen kerupuk di Cipaku, Ciamis yang sebagai home industri merasa keberatan jika harga melejit seperti saat ini.

“Ya, saya hanya bisa berharap pemerintah dapat menstabilkan harga-harga bahan pembuatan kerupuk,” ucapnya.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Menurutnya, berhenti berproduksi tidak hanya berdampak terhadap usahanya semata. Akan tetapi juga berdampak terhadap para pekerja yang setiap harinya diberdayakan. 

“Mahalnya harga tepung tapioka dan belum bisa berproduksi kembali, maka para pekerja atau ibu-ibu menjadi nganggur tak dapat penghasilan,” pungkasnya. (Dji/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)