Beranda Berita Subang Petani Subang Belajar Adaptasi Iklim Lewat Sekolah Lapang BMKG

Petani Subang Belajar Adaptasi Iklim Lewat Sekolah Lapang BMKG

Sekolah Lapang Iklim BMKG Subang

Subang – Perubahan iklim kini menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian. Cuaca ekstrem dapat menurunkan hasil panen dan kualitas produk, yang akhirnya mengancam ketahanan pangan nasional. Di tengah dampak pemanasan global, kemampuan petani beradaptasi menjadi kunci penting agar pertanian tetap bertahan dan produktif.

Sebagai langkah nyata, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Jawa Barat menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional di Desa Situsari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang. Kegiatan berlangsung pada 30 September hingga 2 Oktober 2025 dan diikuti oleh 50 peserta, terdiri dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), serta kelompok tani sekitar.

Peserta mendapatkan pembelajaran langsung mengenai pengamatan agroekosistem, diskusi interaktif, dan evaluasi pemahaman iklim di lingkungan mereka. BMKG juga membagikan kuesioner untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta setelah mengikuti kegiatan.

BACA JUGA:  Bupati Subang Tinjau Pelabuhan Patimban: Siapkan Subang Jadi Pusat Industrialisasi

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen BMKG dalam membantu petani memahami dinamika cuaca dan iklim. “Pertanian di Indonesia sangat sensitif terhadap variabilitas iklim. Karena itu, penting bagi petani untuk memahami dan memanfaatkan informasi iklim agar dapat mengelola lahan secara lebih adaptif dan produktif,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa Subang memiliki potensi pertanian besar karena kondisi iklimnya yang mendukung. “Iklim yang baik adalah sumber daya yang harus kita kelola dengan bijak. Dengan memahami informasi cuaca dan iklim, petani bisa meminimalkan risiko gagal panen serta meningkatkan hasil pertanian yang berkelanjutan,” katanya.

BACA JUGA:  Teguran Berujung Tragis: Lansia di Pamanukan Tewas, Tiga Pengamen Diringkus Polisi

Kegiatan praktik di SLI tidak hanya berisi teori, tetapi juga pengamatan langsung di lahan sawah. Peserta belajar mengenali pertumbuhan padi, mendeteksi potensi gangguan organisme pengganggu tanaman, serta menganalisis faktor lingkungan yang memengaruhi hasil panen. Pembelajaran dilakukan bertahap, mulai dari pengamatan hingga pengambilan keputusan pengelolaan lahan.

Data iklim juga menjadi bagian penting. Peserta menggunakan Automatic Weather Station (AWS) dan data dari stasiun BMKG terdekat untuk memahami hubungan antara kondisi iklim dan pertumbuhan tanaman. Kombinasi antara data ilmiah dan observasi lapangan membantu petani menentukan waktu tanam, varietas, serta komoditas unggulan yang sesuai dengan kondisi wilayah mereka.

BACA JUGA:  Bupati Subang Paparkan Spirit “Subang Ngabret” di Podcast Pasundan Ekspres TV

Dengan pendekatan ini, literasi iklim petani meningkat, membuat mereka lebih siap menghadapi perubahan iklim jangka panjang. Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat diteruskan kepada kelompok tani lain agar manfaatnya semakin luas.

Sebagai penutup, kegiatan diakhiri dengan panen bersama yang dihadiri oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Direktur Layanan Iklim Terapan BMKG, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan, serta sejumlah pejabat daerah. Kehadiran berbagai pihak ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan kapasitas adaptasi petani terhadap perubahan iklim.