Harapanrakyat.com,- Peristiwa kebakaran Pendopo Kota Banjar, Jawa Barat, kini masih misteri. Polisi pun masih melakukan penyelidikan. Budayawan Banjar Ki Demang Wangsafyudin pun menyoroti peristiwa yang baru pertama kali terjadi tersebut.
Peristiwa kebakaran Pendopo Kota Banjar itu pun menyimpan tanda tanya publik. Apalagi kejadian tersebut terjadi tepat pada Jumat Kliwon (21/10/2022) malam.
Mengungkapkan pertanda itu, Budayawan Kota Banjar Ki Demang Wangsafyudin menyebut kebakaran itu secara kebatinan konon ada kaitannya dengan Penguasa Sungai Citanduy. Menurutnya sosok itu adalah Ki Sangkuy yang kerap berwujud menyerupai sosok buaya putih.
Menurutnya, sekarang ini pejabat atau pemerintahannya (inohong) juga banyak yang telah melupakan adat istiadat serta ajaran para sesepuh. Banyak yang sudah tidak memperhatikan lagi dengan pantangan atau pamali (geus loba nu teu malire kana pamali).
“Peristiwa kemarin kebakaran Pendopo Kota Banjar menurut kebatinan ada kaitannya dengan sosok berkuasa (nu ngageugeuh) di Citanduy. Ki Sangkuy yang kadang menyerupai buaya putih,” kata Ki Demang, Senin (24/10/22).
Baca Juga: Pendopo Wali Kota Banjar Terbakar, Ketua DPRD: Ada Apa dengan Satpol PP?
Ki Demang menyebutkan posisi pendopo tepat berada di sisi sungai Citanduy. Sedangkan Sungai Citanduy sendiri mengeluarkan air yang menjadi pertanda sumber kehidupan.
Menurutnya, masyarakat sudah tidak memperhatikan kelestarian alam dan terlihat melupakan akar budayanya sendiri. Hanya mementingkan daerahnya maju ke arah dunia modern.
“Posisi pendopo itu berada di sisi Citanduy. Citanduy mengeluarkan air yang menjadi sumber kehidupan. Orang Banjar sudah tidak memperhatikan kelestarian alam,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua DPRD Kota Banjar Dadang R Kalyubi mengatakan kebakaran itu akan menjadi catatan sejarah bagi Kota Banjar. Menurutnya pendopo merupakan simbol kewibawaan sebuah daerah. Sehingga sistem pengamanan dan penjagaannya harus keret.
“Saya merasa sangat miris. Ini sekaligus menjadi catatan sejarah untuk Kota Banjar. Apalagi pendopo merupakan simbol suatu daerah,” katanya. (Muhlisin/R9/HR-Online/Editor-Dadang)