Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Kegiatan Pan Asia Hash 2022 dikritik sejumlah warga Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Dalam unggahan di grup Facebook Apa Kabar Pangandaran beberapa akun menyoroti kegiatan yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara tersebut.
Warga menyebut, Pan Asia Hash 2022 tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran. Lantaran di beberapa video terlihat para peserta pria mengenakan baju perempuan.
Selain itu, kegiatan yang digelar pada 7-9 Oktober tersebut bersamaan dengan momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pan Asia Hash 2022 sendiri merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Jadi Pangandaran. Peserta yang datang dari berbagai negara sesuai dengan target Pemkab yang ingin membawa wisata Pangandaran mendunia atau go international.
Tanggapan Pamkab terkait Pan Asia Hash Pangandaran Dikritik Tak Sesuai Norma Agama
Menanggapi kritikan terhadap Pan Asia Hash 2022, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Pangandaran Tonton Guntari mengatakan, Pan Asia Hash sama halnya dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai komunitas di Pangandaran.
“Sama halnya seperti kegiatan komunitas motor atau mobil, kegiatannya hanya untuk komunitas saja. Tidak terbuka untuk umum,” katanya.
Perbedaannya, lanjut Tonton, Pan Asia Hash 2022 diikuti oleh peserta yang berasal dari berbagai negara.
“Bedanya Pan Asia Hash itu orangnya dari berbagai negara. Mereka melakukan olahraga sambil piknik. Acaranya juga privat hanya untuk anggota komunitas. Kegiatan yang sebenarnya biasa dilaksanakan di daerah Wisata,” kata Tonton, Senin (10/10/2022).
Lebih lanjut Tonton menambahkan, kegiatan Pan Asia Hash memang ada yang di luar area Villa Allure (tempat peserta menginap. Seperti di obyek wisata Karang Nini, Karapyak, Cagar Alam dan Green Canyon. Ada juga peserta yang piknik sampai ke Batu Karas, Batu Hiu dan lainnya.
Tonton pun menegaskan, peserta Pan Asia Hash hanya berolahraga dan piknik yang berdampak pada promosi wisata Pangandaran.
“Promosi objek wisata ke orang berbagai Negara kena, juga ada dari berbagai provinsi yang hampir semuanya puas berwisata di Pangandaran, terkait dengan keindahan alam rata-rata ngomongnya bagus,” ungkap Tonton.
Baca Juga: Pan Asia Hash 2022 Jadi Ajang Promosi Wisata Pangandaran ke Dunia
Pangandaran Mengaji
Terkait Pan Asia Hash 2022 yang dikritik tidak sesuai norma agama dan adat ketimuran, Tonton mengatakan, Pemkab Pangandaran punya cara untuk membentengi perilaku masyarakat.
“Pemda sangat peduli dan religius seperti diterapkannya Program Pangandaran Mengaji, Geber Pengaji sebagai penguatan karakter dalam menghadapi arus globalisasi,” katanya.
Sementara Pan Asia Hash diharapkan bisa jadi kegiatan jangka panjang. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah pelaku usaha wisata dan masyarakat sekitar terdampak secara ekonomi.
“Harapannya ini untuk jangka panjang, kalau jangka pendeknya yakni para pelaku usaha wisata dan masyarakat sekitar jelas terdampak secara ekonominya,” jelasnya.
Tonton menambahkan, Pemkab Pangandaran tidak terlibat secara langsung hanya memfasilitasi keamanan, kebersihan, kesehatan, pengaturan kendaraan dan fasilitas tempat kegiatan olahraga long run maupun short run dalam Pan Asia Hash.
“Tapi acara ini juga sebagai ajang promosi wisata dan masuk dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Pangandaran yang ke-10,” katanya.
Pihaknya juga akan melakukan evaluasi kegiatan Pan Asia Hash 2022 tersebut apakah memberi dampak positif atau negatif.
“Event Pan Asia Hash 2022 merupakan event komunita, bukan hajat Pemda dan ditegaskan bahwa Pemda Pangandaran hanya support dan fasilitasi saja,” tandasnya.
Konsekuensi Daerah Wisata
Sementara salah seorang pegiat Wisata Edi Rusmiadi mengatakan, konsekuensi dari destinasi wisata, tentunya bakal datang para wisatawan dengan berbagai katrakter, gaya, dan kebiasaan berpakaian. Termasuk juga masalah makanan dan minumannya.
“Namun mereka bawa selera dan uang untuk memenuhi kebutuhannya selama berwisata, padahal mereka pun sebenarnya pingin lihat dan ingin tahu juga tentang kehidupan kita sehari harinya,” kata Edi.
Edi Rusmiadi menuturkan, para wisatawan tentunya ingin berinteraksi dan berkomunikasi supaya bisa saling mengenal.
“Maka kuatkan saja karakter kita jangan sampai kita yang ikut mereka. Karena kita yang tinggal di sini dan mereka esok atau lusa akan kembali ke negaranya atau ke kota asalnya. Wisatawan itu sementara, hanya ketika sedang melakukan berwisata saja,” pungkasnya. (Madlani/R7/HR-Online/Editor-Ndu)