Beranda Berita Subang Nyaris Lumpuh, Tenun Sutra Cipondok, Tasikmalaya Bangkit ditengah Pandemi Covid-19

Nyaris Lumpuh, Tenun Sutra Cipondok, Tasikmalaya Bangkit ditengah Pandemi Covid-19

5f42fac8867fb6d0c5f434298614dd2d.jpg

KBRN, Tasikmalaya : Budidaya ulat sutra dan pembuatan kain tenun di Karanganyar 2, Desa Cipondok, Kecamatan Sukaresik, pernah merajai pasar tenun dari Tasikmalaya. Bahkan dalam satu minggu penghasilan industri kreatif ini, bisa mencapai Rp. 15 Juta per minggu.

Namun, kejayaan tersebut nyaris punah akibat Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. Pelaku usaha kreatif yang tergabung dalam Kelompok Tani Mardian Putra ini, bahkan harus kehilangan pasar.

Tidak seperti sebelumnya dalam dua minggu bisa mengumpulkan belasan juta rupiah, saat ini untuk mengumpulkan Rp. 5 juta saja sangat sulit.

Pantang menyerah dengan kondisi yang terjadi, Pandemi seolah menjadi pemantik semangat para petani dan perajin kain sutra ini. Beragam upaya dilakukan, termasuk melakukan inovasi.

Daun murbei yang semula menjadi pakan ulat sutra, saat ini dikembangkan menjadi teh murbei. Tidak hanya daun, batang murbei yang memiliki nilai ekonomis menjadi produk baru yang dipasarkan.

Ketua Kelompok Tani Mardian Putra Kholib menjelaskan, tanaman murbei bukan sesuatu yang baru. Tanaman ini sudah ditanam sebelumnya oleh orang tua.

BACA JUGA:  Astro Highland Ciater di 2024: Harga Tiket Masuk, Menu dan Lokasi (November 2024)

Melihat banyaknya pakan ulat sutra ini, warga akhirnya mencoba menggeluti usaha kerajinan benang sutra.

“Tahun 2006 mulai ada tenun. Kami juga dibantu PT PGE (Pertamina Geothermal Energy) Area Karaha,” kata Kholib kepada RRI, Kamis (15/9/2021).

Usaha tenun yang digeluti warga bermula saat beberapa orang saja yang memiliki alat tenun.

“Sekarang ada 11 perajin, semula hanya tiga,” katanya.

Kain tenun produksi kelompok ini banyak diminati, khususnya pemesan dari Jakarta. Motif dan kualitas yang baik menjadi daya tarik kain sutra ini banyak diminati. Bahkan perancang busana sekelas Itang Yunaz dan Harry Ibrahim pun memesan kain sutra dari kelompok ini.

“Pesanan kain sutra banyak, bahkan tidak bisa kami penuhi semuanya, meskipun disini ada 11 perajin dengan 40 alat tenun dengan rata- rata tiap alat mampu menghasilkan dua potong kain sutra. Per minggu 80 potong kain,” ucapnya.

BACA JUGA:  Adhyaksa FC Menang Telak 5-0 atas Persikas Subang di Stadion Sriwedari

Namun kondisi itu berubah saat Pandemi Covid-19 mulai terjadi. Pesanan yang semula tak terbendung, mulai terdampak. Pesanan yang mayoritas datang dari jakarta mulai berkurang.

“Baru awal Agustus ada pesanan lagi. Sebelumnya Juni- Juli tidak ada pesanan, Nol,” kata Kholib.

Beruntung lanjut Kholib, di tahun 2020 dan awal 2021, pihaknya mendapat bantuan dari PGE Karaha, berupa modal kerja, bahan baku benang, penanaman murbei, hingga perbaikan kandang ulat sutera.

Meski pesanan menurun, Kholid mengatakan, perajin tetap memproduksi kain sutra, meskipun produksinya tidak maksimal.

“Pasar ada, tapi sangat terbatas. Jadi sekarang kami hanya bertahan,” ucap Kholib.

Kain sutra produksi Mardian Putra terdiri dari berbagai jenis, mulai sulam, bulu, organdi dan bulu batang.

:Satu stel harganya Rp. 1,6 juta. Yang beli rata- rata jenis bulu. Harganya tidak terlalu mahal, kisaran Rp. 600 ribu hingga Rp. 700 ribu per potong,” jelas Kholib.

BACA JUGA:  Hasil Imbang Bhayangkara FC vs Persikas 1-1 di Liga 2 Pegadaian

Sementara itu Govenment & Public Relations PGE Area Karaha Asmaul Husna menuturkan, pembudidaya ulat sutera di kampung tersebut awalnya terkena krisis moneter tahun 1997. Akibatnya warga memilih bekerja diluar kota.

“mereka sebenarnya desa yang tersentra untuk sutra. Namun kena krisis moneter, down sama sekali,” kata Asmaul Husna.

Pihaknya kemudian memberikan bantuan kepada warga kampung ini, agar usaha yang sudah ada bisa dihidupkan kembali. Bantuan yang diberikan saat itu, berupa ulat sutera, hingga peremajaan alat tenun.

“Alhamdulillah usahanya kembali berjalan,” ucapnya.

Ditengah Pandemi Covid-19, perajin tenun itu terkendala bahan baku. Maka dari itu, PGE Karaha Bodas memberi bantuan berupa bibit, pupuk untuk murbei, hingga perbaikan rumah ulat sutera.

“Saat ini sudah mandiri, mulai bahan baku, miliki lahan murbei, termasuk pengadaan benang sutera,” pungkasnya.