KBRN, Garut : Kepala Dinas Pertanian Pemkab Garut Beni Yoga mengatakan, memasuki musim kemarau ini hampir 1600 hektar di 9 Kecamatan mengalami kekeringan dan rawan air bersih.
“Kami sudah mendapatkan laporan dan melakukan pendataan terhadap sejumlah kecamatan yang mengalami kekeringan, dan upaya kami, akan melakukan pemetaan serta mencari sumber mata air yang bisa dieksploitasi guna mengurangi resiko petani dari kerugian, akibat dampak kekeringan,” katanya, Jumat (10/9/2021).
Dari 1600 hektar tersebut, 60 persen terjadi kekeringan tingkat sedang dan sisanya kekeringan berat dan puso.
“Kekeringan tahun ini tidak separah tahun sebelumnya, dimana hampir 60 persen didominasi oleh kekeringan tingkat sedang yang tersebar diwilayah Garut Utara dan Selatan,” katanya.
“Untuk daerah yang mengalami kekeringan berat dan sedang, kami mengupayakan untuk dilakukan gerakan pipanisasi dan pompanisasi, serta diberikan bantuan pembenihan bagi yang mengalami puso atau gagal panen,” tuturnya.
Menurut Beni, selain gerakan pipanisasi dan pompanisasi serta pemberian benih juga pihaknya berupaya melakukan peningkatan indek pertanaman agar petani bisa meningkatkan hasil produksinya.
“Sudah 3 bulan yang lalu, kami telah mengirimkan surat ke masing masing kecamatan agar bisa mengantisipaai terjadinya bencana kekeringan, dan disarankan agar petani menanam diluar padi seperti palawijaya yang memiliki ekonomis tinggi.
“Untuk menghemat air di tengah kondisi kekeringan, kami telah mrnyarankan untuk menanam palawija yang memliki nilai ekonomis, tapi kadang-kadang petani tidak mengindahkan saran dari kami dan tetap menanam padi,” pungkasnya.