haraparanyat.com,- Situ Cidahu merupakan danau alami yang letaknya cukup tersembunyi di Kampung Cidahu, Desa Mekarsari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Situ Cidahu hanya bisa diakses melalui jalan Desa. Situ ini terbentuk sejak zaman sebelum kolonial. Sejak dulu air dari Situ Cidahu sudah menjadi sumber pengairan bagi sawah dan perkebunan masyarakat di 5 Desa di Kecamatan Karangpawitan.
Tak hanya itu, Situ Cidahu juga jadi tempat mata pencaharian masyarakat setiap musim pancing.
Beberapa tahun terakhir, Situ Cidahu berubah menjadi tempat pancing ikan terbesar di Garut.
Pemilik Situ dengan luas 12 hektar merupakan warga Garut asli, dengan gelar doktor. Namun nama itu enggan disebut, karena kini Situ dikelola oleh keturunan keduanya.
Baca Juga: Masterplan Garut Smart City Mulai Disusun
Pengelolaan Situ Cidahu yang ada di pedalaman Karangpawitan ini dengan cara disewakan kepada perorangan, jasa sewa lahan Situ ini dilakukan per satu tahun hingga 2 tahun lamanya. Tergantung sang penyewa akan memperpanjang kontrak atau tidak.
Agus Akoy, Penyewa Situ Cidahu Garut
Dua tahun terakhir, penyewa Situ Cidahu bernama Agus Akoy, ia berani menyewa Situ 12 hektar itu atas saran temannya.
“Dulu sewa tempat Rp 40 juta per tahun, ya kepada pemilik. Sekarang sudah perpanjang lagi, dengan harga ya terus naik, tapi ya tak apa-apa,” kata Agus Akoy, Sabtu (8/7/2023).
Agus Akoy menyewa Situ Cidahu bukan lah untuk main-main, ia melakukan investasi tanam ikan, dengan panen setiap 6 bulan sekali. Namun ada yang unik cara panen di Situ ini, penyewa melakukan panen ikan dengan cara membuka lapak pancing bagi umum.
Biayanya Rp 600 ribu per lapak, dan pemancing bebas mendapatkan ikan seberapa yang ia mau.
“Tahap pancingan pertama mencapai 270 lapak, satu lapak 2 orang pendaftaran Rp 600 ribu. Penanaman atau menabur benih biasanya bulan Januari, nah mulai dipanen bulan Juli, jadi 6 bulan setelah menanam benih,” tambahnya.
Tabur Benih Ikan Modal Rp 200 Juta
Sebelum dipanen, tentu Agus Akoy harus menabur benih, ia harus mengeluarkan modal Rp 200 juta untuk membeli benih ikan mas, nila, dan nilem. Bobot tanam benih itu mencapai 4-5 ton, karena memerlukan banyak benih dengan luas Situ Cidahu Garut yang begitu besar.
“Sekitar 4-5 ton ditanam benih jenis ikan mas, nila hingga nilem, pas panen awal ya bisa jadi 15 ton,” sahutnya.
Baca Juga: Niat Buat Konten di Atas Menara SUTET, Pria Paruh Baya di Garut Tersengat Listrik
Investasi ala Agus Akoy ini tentu membuat masyarakat sekitar kecipratan cuan, warga domisili Cidahu bisa berjualan bermacam-macam kebutuhan di area Situ saat musim panen. Pemancing dari dalam dan luar kota tak perlu repot bila ada kebutuhan yang mendesak.
Cuan yang didapat Agus Akoy pun dianggap menjanjikan, karena modal awal uang sewa dan tabur benih, bisa terbayar di panen pertama.
“Ya jadi mata pencaharian musiman bagi masyarakat, di sini pedagang banyak saat lagi panen, kemudian masyarakat bisa menjual jasa yang halal. Untuk bisa modal kembali tentu sudah diperhitungkan, saya untuk mengembalikan modal investasi awal itu pada panen pancing pertama, jadi yang bulan Juli itu. Nah sisanya, yang musim pancing ke 2 yaitu bulan September, tinggal mengambil keuntungannya,” kata Agus Akoy.
Situ Cidahu, Tempat Mancing Terbesar di Garut
Cara panen Agus Akoy ternyata bisa membuahkan hasil positif bagi diri pribadi dan para masyarakat yang berada di Cidahu.
Agus Akoy tak perlu memberi pakan benih ikannya, karena aneka ragam tumbuhan yang disukai ikan berada dalam situ dengan dalam 15 meter tersebut.
“Alhamdulilah, saya gak beli pakan, istilahnya gak kasih pelet, karena ikan bisa makan macam-macam tumbuhan yang ada di dalam situ. Dalamnya saja 15 meter, karena pernah 1 bambu panjang yang belum dipotong saat ditancapkan masih belum sampai dasar,” tukasnya.
Kini Situ Cidahu mulai dikenal, bahkan dicap sebagai wisata mancing terbesar di Garut. Pemancing bisa membawa keluarganya dengan membawa tenda dan bermalam di pinggiran Situ, tanpa dipungut biaya retribusi wisata.
“Banyak luar kota pas panen mancing, jadi mereka sama keluarganya bawa tenda, bawa perlengkapan kemah, karena ini tempat mungkin enak, jauh dari kata bising. Kemudian mereka mancing sambil berkemah mungkin ingin bawa ikan banyak. Kan kita gak diberi batas, jadi kurun waktu 24 jam, silakan mancing,”tutup Agus Akoy. (Pikpik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)