harapanrakyat.com,- Menerapkan kaulinan lembur di setiap sekolah menjadi salah satu cara Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XIII Jawa Barat, dalam upaya mencegah siswa agar terhindar dari ketergantungan terhadap gadget.
Saat ini siswa sangat bergantung pada gadget. Hal itu seiring dengan kemajuan dunia teknologi yang kian pesat dan imbas pandemi Covid-19.
Satu sisi kemajuan teknologi menawarkan berbagai kemudahan melalui perangkat gadget. Namun, pada sisi lainnya ada potensi yang bisa membuat karakter siswa berubah, hingga melakukan tindakan negatif.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, KCD Pendidikan Wilayah XIII Jabar menerapkan kaulinan lembur/permainan tradisional di setiap sekolah.
Para siswa pun didorong untuk menguasai kaulinan lembur supaya terhindar dari ketergantungan perangkat berupa gadget.
Menerapkan Kaulinan Lembur Melalui Festival Egrang
Baca Juga: Pendidikan Karakter Bangsa Harus Jadi Prioritas Pemerintah
KCD Pendidikan Wilayah XIII Jabar pada bulan Oktober kemarin menggelar Festival Egrang tingkat SMA/SMK. Pesertanya siswa perwakilan SMA/SMK dari tiga daerah, yaitu Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran.
Berkat kolaborasi kaulinan lembur dan seni budaya, kegiatan tersebut menorehkan rekor ORI (Original Rekor Indonesia) dengan peserta Festival Egrang terbanyak.
Kepala KCD Wilayah XIII Jabar, Hendra mengatakan, dalam Festival Egrang yang digelar pihaknya itu melibatkan sekitar 1.000 lebih siswa. Kegiatannya berlangsung di Lapangan Situs Astana Gede Kabupaten Ciamis.
“Pada saat Festival Egrang, saya lihat semua siswa fokus mengikuti permainan tersebut. Bahkan sebelum acara mulai mereka semua terlihat berlatih,” kata Hendra.
Jadi, tak ada siswa satu pun yang hanya berdiam dan cuma bermain gadget. Dari kegiatan inilah, Hendra sebagai Kepala KCD Pendidikan Wilayah XIII Jabar, optimis bisa membuktikan kaulinan lembur sangat efektif untuk mengurangi ketergantungan siswa terhadap gadget.
Hendra juga menjelaskan, penerapan kaulinan lembur ini menjadi salah satu cara sekolah di Jawa Barat dalam penguatan pendidikan karakter bangsa.
“Kaulinan lembur ini kalau di Kabupaten Ciamis bernama egrang. Untuk membangun karakter siswa, kaulinan ini bisa menjadi sarana bagi setiap sekolah yang ada di Jawa Barat,” ujar Hendra.
Baca Juga: Jadwal Libur Sekolah Akhir Tahun 2022 untuk SD hingga SMA
Kaulinan Lembur Masuk Kurikulum Pendidikan
Dengan penerapan kaulinan lembur dalam upaya pembentukan karakter, pihaknya berharap siswa tidak hanya cerdas dan pintar saja. Tetapi mereka juga mengetahui dan menguasai budaya lokal Jawa Barat.
Oleh karena itulah, kaulinan lembur masuk kurikulum pendidikan melalui muatan lokal dalam jam pelajaran. Sehingga langkah yang pihaknya lakukan ini menjadi masif dan lebih terarah.
“Terpenting kaulinan lembur yang masuk muatan lokal itu menunjukan sikap yang selaras dengan Pancasila. Dalam hal ini siswa menunjukan sikap gotong royongnya. Baik permainan egrang maupun permainan tradisional lainnya,” jelas Hendra.
Sementara itu Kepala Disdik Provinsi Jawa Barat, Dedi Supandi menyebutkan bahwa, kearifan lokal perlu dilestarikan. Pihaknya setuju jika setiap KCD mengajak siswa-siswinya melestarikan permainan tradisional/kaulinan lembur.
Karena Disdik Prov Jabar sendiri punya program tematik bagi sekolah. Program tersebut memiliki tagline berbeda setiap harinya.
Baca Juga: Cegah Perundungan, SMK PK Al Ikhlas Susuru Ciamis Gelar Roots Day
Festival Egrang Selaras dengan Program Jabar Masagi
Dedi Supandi juga mengatakan, Festival Egrang menjadi salah satu upaya KCD Pendidikan Wilayah XIII dalam membentuk karakter siswa.
Kegiatan tersebut juga selaras dengan program Jabar Masagi Disdik Prov Jabar, yakni membentuk karakter anak.
Menurut Dedi, menerapkan kaulinan lembur dalam kurikulum pelajaran maupun ekstrakurikuler sekolah. Supaya para siswa, khususnya sekolah lingkup KCD Pendidikan Wilayah XIII Jabar, mempunyai karakter yang baik.
“Yang biasanya ketergantungan bermain handphone, maka dengan upaya tersebut anak itu menjadi lebih senang berbudaya. Sehingga kearifan lokal, khususnya budaya Sunda bisa dilestarikan,” pungkas Dedi Supendi. (R3/HR-Online/Editor-Eva)