SUBANG — Ada kabar segar dan sedikit beraroma perjuangan dari Ruang Kerja Wakil Bupati Subang, Rabu (11/6/2025). Wakil Bupati Subang, Kang Akur—sapaan khas Agus Masykur Rosyadi—ditemui para pendekar muda dari Himpunan Mahasiswa Kabupaten Subang (Himkas) yang datang bukan untuk sekadar basa-basi.
Didampingi oleh Dindin Firmansyah dari jajaran fungsional hukum (yang sepertinya diam-diam jadi bodyguard legal), audiensi ini membahas topik yang hangat-hangat mendidik: Kuliah Kerja Nyata (KKN) Orda Mitra Pemda dan segala tetek-bengek tentang pembangunan daerah.
Ketua Himkas, M. Nabiel, tampil dengan semangat 45, mempresentasikan program KKN kolaborasi antara UIN Sunan Gunungjati Bandung dan Pemda Subang. Dengan gaya lugas tapi berisi, Nabiel bilang, “Program KKN Orda Mitra Pemda yang baru dikeluarkan oleh kampus UIN.”
Dan ini bukan sekadar KKN iseng-iseng. Rencananya, sebanyak 90 mahasiswa akan membanjiri dua desa pilihan di Subang, yakni Desa Ciater dan Palasari. Misi mereka? Mengabdi! Dan tentu saja, sambil membawa nama harum almamater—dan mungkin sedikit oleh-oleh khas desa.
“Ingin mewadahi putra-putri daerah, khususnya dari UIN Bandung,” ujar Nabiel penuh harap.
Lebih lanjut, Nabiel juga menyisipkan kabar bahwa Himkas sudah punya “bakti desa” yang mirip-mirip KKN, dan itu sudah jadi agenda rutin tahunan. Jadi, ini bukan proyek coba-coba. Ini semacam “season lanjutan” dari serial pengabdian mereka.
Setelah proposal resmi mendarat manis di tangan Kang Akur, sang Wabup pun menanggapi dengan gaya khas pemimpin berwawasan hukum. Ia menegaskan: “Program KKN Orda Mitra Pemda harus dilakukan secara formal.”
Maksudnya? Harus ada MoU, Bung! Memorandum of Understanding. Ini bukan cuma buat gaya-gayaan tanda tangan, tapi sebagai payung hukum biar semua sah dan tak tergelincir ke ranah “ilegalitas administratif”.
“Ada dasar hukum yang menguatkan kerjasama antara kampus dengan Pemerintah Daerah,” kata Kang Akur.
Tak berhenti sampai situ, Kang Akur juga mengingatkan: Himkas jangan jadi penonton! Harus ikut serta aktif, terutama karena program ini melibatkan mahasiswa Subang untuk membangun… ya Subang juga. Simpel tapi sarat makna.
“Peserta KKN yang ke Subang itu, mahasiswa asal Subang,” ujarnya, menegaskan nuansa “dari rakyat untuk rakyat”.
Akhirnya, Kang Akur menutup obrolan dengan harapan bahwa program KKN ini kudu nyambung—eh, tersinkronisasi—dengan rencana pembangunan daerah. Jadi bukan asal datang, bikin taman, terus pulang. Harus terarah dan tepat guna.
“Nanti disinkronkan dengan BP4D, tentang apa saja yang bisa dilakukan oleh peserta KKN,” tutupnya, mengunci pertemuan dengan nada strategis.
Berita ini dimuat berdasarkan sumber dari Rii.co.id dengan judul asli “Wabup Minta Mahasiswa Asal Subang Turut Dorong Pembangunan.”