Beranda Berita Subang Mahasiswa ITB Ubah Limbah Desa Jadi Pupuk dan Eco-Enzyme Bernilai

Mahasiswa ITB Ubah Limbah Desa Jadi Pupuk dan Eco-Enzyme Bernilai

pengelolaan limbah organik desa
Foto: itb.ac.id

Subang – Dua himpunan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menggandeng tangan untuk aksi nyata. HIMABIO “Nymphaea” dan HIMAMIKRO “Archaea” menjejakkan langkah ke Desa Cupunagara, Kabupaten Subang, membawa ilmu dan semangat perubahan.

Mereka tak datang hanya untuk melihat. Dipimpin oleh M. Luqman Dzaky, mahasiswa Biologi angkatan 2021, sembilan mahasiswa menjalankan pengabdian masyarakat yang menyasar langsung persoalan mendesak: limbah organik yang tak terkelola.

Desa Cupunagara belum memiliki sistem pembuangan sampah yang layak. Sisa makanan, sayuran, dan buah kerap dibuang sembarangan atau dibakar, menimbulkan risiko pencemaran lingkungan dan kesehatan.

BACA JUGA:  Bupati Subang Hadiri RUPS Bank BJB, Direksi dan Komisaris Baru Ditetapkan

Melalui pendekatan berbasis sains Biologi dan Mikrobiologi, tim mahasiswa menawarkan solusi ramah lingkungan. Lewat lokakarya dan penyuluhan, mereka mengajak warga mengelola limbah organik menjadi pupuk cair dan eco-enzyme yang bermanfaat bagi pertanian.

Pelatihan dilakukan secara langsung dan interaktif. Warga diajak membuat pupuk cair dari rebung, gula merah, air kelapa, dan EM4. Mereka juga mempelajari cara fermentasi limbah buah dan sayur untuk menghasilkan eco-enzyme.

Sasaran kegiatan mencakup petani, ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, kader lingkungan, hingga kelompok tani lokal. Semangat warga sangat terasa, terutama saat praktik membuat pupuk dan cairan ramah lingkungan itu.

BACA JUGA:  Karyawan PT Shinwon Peringati May Day dengan Aksi Bersih-Bersih Lingkungan

“Antusiasme warga luar biasa sejak hari pertama kami datang,” ujar Luqman. “Mereka menerima kami dengan hangat dan terbuka. Ini pengalaman yang sangat berkesan.”

Program ini menjadi bagian dari visi jangka panjang HIMABIO ITB dalam membangun desa binaan melalui pendekatan community development. Tak berhenti di pelatihan, pengolahan limbah terus berjalan bersama warga.

BACA JUGA:  Camat Cijambe Diduga Tahu Izin Kandang Ayam Tempat Wartawan Dikeroyok

Pupuk cair hasil olahan kini mulai digunakan di lahan pertanian. Implementasi pertamanya dilakukan pada Minggu, 11 Mei 2025. Sebuah langkah kecil yang berpotensi menumbuhkan perubahan besar.

Selain mendukung pertanian ramah lingkungan, program ini membuka peluang ekonomi baru. Produk olahan limbah organik berpotensi dikembangkan menjadi usaha mikro, memperkuat perekonomian desa.

“Ini bukan hanya solusi sesaat. Kami berharap program ini terus berkelanjutan dan bermanfaat untuk lebih banyak pihak ke depan,” tutup Luqman penuh harap.

Tag: