harapanrakyat.com,- Leuwi Geunteng yang berada Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat terkenal sebagai salah satu wisata baru di Ciamis.
Meski lokasi tersebut masih dalam penataan, namun wisata tersebut sudah cukup banyak pengunjungnya.
Wisata tersembunyi yang menawarkan keindahan alam tersebut masih sangat asri, terlebih air sungai yang mengalir dari Gunung Sawal begitu jernih.
Kades Tanjungsari Maman Supriatman mengatakan, pihaknya memiliki konsep bagaimana menjadikan potensi alam yang ada dengan tidak merusak lingkungan.
Ia mengatakan, untuk jarak ke lokasi wisata tersebut dari pusat Kota Ciamis ke lokasi hanya sekitar 35 menit.
Baca juga: Jalan Penghubung Cikoneng dan Sadananya Ciamis Ambles, Aktivitas Warga Terhambat
Sementara itu, untuk akses menuju lokasi saat ini hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua dari kantor desa.
“Untuk akses roda empat kita masih melakukan penataan,” terangnya, Kamis (13/7/23).
Selain wisata Leuwi Geunteng, pihaknya juga akan mengembangkan potensi alam lain yang ada, seperti Curug Panganten, Leuwi Buleud, Green Canyon Bobojong, Curug Batugupit dan Leuwi Pamipiran.
“Nantinya dari Pemdes akan bekerjasama dengan para pemuda yang terjalin dengan Pokdarwis. Soalnya, di sini memang lokasi wisata alam banyak,” imbuhnya.
Menurutnya, selain banyak wisata alam yang menyuguhkan keindahan dan keasrian alam dari Gunung Sawal, di Desa Tanjungsari ini juga terdapat lokasi Bumi Perkemahan atau Buper.
Bahkan, lanjutnya, nanti tanggal 16 Juli 2023 akan ada kunjungan dari Malang.
“Jadi, dari Malang itu akan mengecek tracking. Alhamdulillah sudah kita siapkan dan sudah jadi,” paparnya.
Berhubungan dengan penjualan wisata alam desa, sambungnya, Pemdes akan lebih dulu melakukan sosialisasi kepada masyarakat maupun instansi terkait di tingkat kabupaten.
Pihaknya pun berharap agar ke depan wisata di wilayahnya mendapatkan perhatian dari Pemda. Sebab, jika hanya mengandalkan Pemdes sangat berat.
“Pada intinya, yang kita tawarkan adalah bagaimana wisata alam di kita banyak pengunjung dan betah, tapi dalam penataannya tidak merusak alam itu sendiri,” pungkasnya. (Feri/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)