Subang — Ledakan pipa gas milik Pertamina EP di Dusun Cikaret, Desa Cidahu, Kecamatan Pagaden Barat, Selasa (5/8) dini hari, kembali memicu kekhawatiran publik terkait lemahnya pengawasan dan pemeliharaan keselamatan operasional di sektor migas.
Anggota Komisi XII DPR RI, Ateng Sutisna, menilai insiden ini mencerminkan persoalan struktural yang belum terselesaikan secara serius, meski Pertamina dikenal memiliki sistem HSE (Health, Safety, Environment) yang mumpuni. “Ledakan seperti ini menunjukkan ada yang salah dalam sistem keselamatan operasional kita. Jangan sampai nyawa warga terus dipertaruhkan karena pelanggaran teknis yang bisa dicegah,” tegasnya.
Ateng menyoroti pola berulang insiden migas yang mengindikasikan lemahnya deteksi dini, prosedur pemeliharaan infrastruktur, serta minimnya transparansi penyebab kejadian. Ia menuntut audit menyeluruh terhadap seluruh instalasi migas nasional, terutama yang berada dekat permukiman padat penduduk.
Politisi dapil Subang–Majalengka–Sumedang itu juga mendorong pembentukan tim investigasi independen yang melibatkan lembaga pengawas, akademisi, dan masyarakat sipil, serta modernisasi teknologi pemantauan seperti sensor tekanan dan sistem peringatan dini untuk mencegah potensi kebocoran atau ledakan sejak awal.
“Ini bukan hanya tentang kerusakan fasilitas. Ini tentang keselamatan manusia, ketahanan energi, dan kredibilitas negara. Jangan biarkan tragedi menjadi rutinitas,” pungkasnya.