Subang — Awas, rentenir minggir! Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait bersama Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, kini hadir membawa angin segar ke Kabupaten Subang. Lewat program Pembiayaan Home, warga Subang diajak move on dari jeratan “bank emok” menuju pembiayaan rumah yang aman, cepat, dan terjangkau.
“Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan Gubernur Jawa Barat atas kolaborasi pembiayaan mikro perumahan untuk masyarakat Jabar. Daripada mereka meminjam dana dari rentenir, lebih baik memanfaatkan fasilitas Pembiayaan Home untuk merenovasi rumah ataupun meningkatkan usaha kecil,” ujar Menteri Maruarar dalam acara hangat di Lembur Pakuan, kediaman resmi Kang Dedi.
Acara ini tak main-main. Sejumlah tokoh penting ikut hadir: Wakil Kepala Staf Kepresidenan M Qodari, Staf Ahli Kementerian Desa Sugito, Sekda Jabar Herman Suryatman, Kadis Perkim, Komisioner BP Tapera, serta Dirut PT Sarana Multigriya Finansial (SMF)—semuanya berkumpul demi satu tujuan: memberi akses pembiayaan rumah mikro yang manusiawi.
Inisiasi program ini hasil kerja tim solid: Kementerian PKP, Pemprov Jabar, PT SMF, BP Tapera, Permodalan Nasional Madani (PNM), dan Bank bjb. Misinya sederhana tapi berdampak besar: masyarakat bisa dapat dana untuk rumah dengan syarat ringan, bunga bersahabat, dan pencairan yang… hanya tiga hari. Cepatnya ngalahin pengiriman paket kilat!
Maruarar menegaskan bahwa kehadiran rentenir dan tengkulak adalah persoalan serius, bukan cuma masalah dompet tapi juga mental dan martabat. Dengan Pembiayaan Home, masyarakat bisa menghindari tekanan tak manusiawi dari pinjaman ilegal. “Lewat program ini, masyarakat tidak perlu lagi marah-marah menghadapi rentenir,” katanya sambil menekankan bahwa ini bukan sekadar janji manis.
Yang paling menyentuh, Menteri PKP berdialog langsung dengan para ibu rumah tangga penerima manfaat. Rata-rata mereka menerima pinjaman sebesar Rp 1 juta, bunga ringan, cair dalam hitungan hari, dan tidak perlu jual panci atau tabung gas buat modal usaha.
Sebagai simbol nyata, Maruarar juga menyerahkan langsung kunci rumah subsidi kepada 20 warga penerima KPR FLPP dari Bank bjb. Seremoni itu pun disambut penuh haru dan rasa syukur dari warga Subang.
Tak ketinggalan, Maruarar mengingatkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan program perumahan harus diberi “karpet merah”. “Ini kami realisasikan melalui program BPHTB dan PBG gratis. Di Jabar saja, ada jutaan rumah tidak layak huni (RTLH) yang harus segera dibenahi,” tegasnya.
Gubernur Kang Dedi Mulyadi ikut menambahkan bumbu semangat. Ia mengatakan meski Jabar menghadapi keterbatasan lahan dan lonjakan kebutuhan rumah, program Pembiayaan Home menjadi solusi praktis bagi warga yang sudah punya tanah atau RTLH. Rumah bisa direnovasi dengan cicilan ringan dan tanpa drama.
Dirut PT SMF, Ananta Wiyogo, juga menyoroti perubahan besar dalam sistem pembiayaan yang kini jauh lebih simpel. “Kita harus melawan rentenir. Sekarang masyarakat bisa dapat dana dalam tiga hari saja. Ini solusi nyata bagi mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Sunar Basuki dari PNM menekankan bahwa Pembiayaan Home bukan sekadar pinjaman. “PNM bukan hanya tentang modal, tapi juga modal intelektual dan sosial,” katanya. Program ini dirancang untuk ibu-ibu pejuang ekonomi mikro—bukan hanya diberi dana, tapi juga pelatihan, pendampingan, dan bantuan legalitas usaha.
Per Juni 2025, PNM dan SMF telah menyalurkan dana senilai Rp 1,7 triliun secara nasional. Dan menariknya, Subang jadi salah satu daerah paling aktif dengan 141.000 nasabah pembiayaan mikro perumahan.
Satu hal pasti: dari Lembur Pakuan, semangat perumahan tanpa rentenir kini menyebar ke penjuru Jawa Barat. Dan Subang? Siap melaju di jalur cepat karpet merah pembangunan!