
Subang – Dari balik pagar besi, sebuah harapan tumbuh subur di Lapas Kelas IIA Subang. Sabtu, 31 Mei 2025, bukan hanya menjadi hari panen bagi lahan seluas 2,3 hektare, tetapi juga panen harapan—12 ton gabah siap dituai, dibawa pulang oleh negeri ini sebagai wujud nyata dukungan terhadap ketahanan pangan nasional.
Dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mashudi, panen ini menjadi simbol kuat bahwa lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat menjalani hukuman, tetapi juga ladang pembinaan yang menumbuhkan nilai, keterampilan, dan produktivitas.
Mashudi menyebut program pertanian ini sebagai bagian dari 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Fokusnya jelas: menjadikan Lapas sebagai pusat pelatihan dan pemberdayaan yang mendukung kedaulatan pangan Indonesia.
Tak hanya padi yang tumbuh di balik jeruji. Sebanyak 80.000 benih ikan nila ditebar di kolam budidaya yang dikelola warga binaan. Air kolam menjadi saksi bahwa kehidupan produktif bisa terus mengalir meski di balik tembok tinggi.
“Kita ingin masyarakat tahu, di dalam Lapas pun ada pembinaan dan harapan yang tumbuh. Ini bukti bahwa Lapas bisa menjadi tempat yang bermanfaat, bukan sekadar hukuman,” ujar Mashudi.
Dukungan lintas sektor jadi kunci. Maulidi Hilal, Direktur Teknologi Informasi dan Kerja Sama Pemasyarakatan, menegaskan pentingnya sinergi—mulai dari pelatihan, pelaksanaan kegiatan, hingga pemasaran hasil panen. Semua bergerak bersama untuk hasil yang berdampak luas.
Lebih dari sekadar panen, kegiatan ini juga menyentuh sisi kemanusiaan. Bantuan sosial dibagikan kepada warga sekitar dan keluarga warga binaan. Langkah ini menegaskan bahwa Pemasyarakatan tak hanya menanam padi, tapi juga menanam kepedulian.
Panen ini turut disaksikan oleh Kepala Kanwil Ditjenpas Jawa Barat, Kusnali, para Kepala UPT Pemasyarakatan se-Jawa Barat, jajaran Forkopimda Kabupaten Subang, serta mitra kerja seperti BRI Cabang Subang. Sebuah kolaborasi yang menyiram subur harapan dari balik jeruji.