Beranda Berita Nasional Klaim Tentang Pandemi 2.0 dr Tifa Picu Kontroversi, IDI Angkat Suara

Klaim Tentang Pandemi 2.0 dr Tifa Picu Kontroversi, IDI Angkat Suara

Klaim-Tentang-Pandemi-2.0-dr-Tifa-Picu-Kontroversi-IDI-Angkat-Suara.jpg

harapanrakyat.com,- Kabar mengenai Pandemi 2.0 mendapat sorotan tajam setelah Dokter Tifauzia Tyassuma (dr Tifa), yang mengaku sebagai ahli epidemiologi molekuler, membuat klaim kontroversial di media sosial.

dr Tifa memprediksi bahwa pandemi yang sebelumnya dijadwalkan pada tahun 2025 akan terjadi lebih awal, yaitu di tahun 2023.

Dalam pernyataannya di akun Twitter pribadinya, @DokterTifa, pada Rabu (6/9/2023), Ia mengungkapkan dalam satu atau dua bulan kedepan, masyarakat akan kembali menghadapi peraturan lockdown, bekerja dari rumah (WFH), dan kewajiban menggunakan masker.

BACA JUGA:  Diskon Tambah Daya Listrik 50% dari PLN, Cuma Lewat PLN Mobile!

Alasan yang dia sampaikan adalah polusi udara, dengan menyebut penyebaran chemtrails, dampak kebakaran hutan, dan pencemaran udara lainnya.

dr Tifa juga memberikan saran kepada masyarakat untuk meningkatkan imunitas dan berhati-hati dengan mencari obat-obatan seperti Ivermectin dan Hydroxychloroquine. Selain itu, dia menekankan pentingnya berbuat baik, memperbaiki ibadah, dan rajin beramal.

Namun, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Moh Adib Khumaidi, segera memberikan klarifikasi bahwa pernyataan tersebut adalah pandangan pribadi dr. Tifa dan bukan representasi dari IDI.

BACA JUGA:  Antara Teh, Warung, dan Wewenang: Riuh Penertiban Jalur Ciater-Jalancagak

Ia menegaskan pentingnya berpegang pada bukti ilmiah dalam menghadapi masalah kesehatan dan mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh hoaks atau teori konspirasi.

“Kami dari IDI selalu ingin menjadi rujukan terpercaya bagi masyarakat,” tegas dr. Adib.

Kontroversi ini telah menciptakan perdebatan di kalangan masyarakat, dengan sejumlah orang mendukung pandangan drTifa, sementara yang lainnya meragukannya. Seiring berjalannya waktu, para ahli akan terus memantau perkembangan situasi kesehatan global dan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat.

BACA JUGA:  Guru Tak Perlu Lagi 24 Jam Tatap Muka, Pak Menteri: “Cukup 16 JP Saja, Sisanya untuk Hidup!”

Masyarakat diharapkan untuk selalu mencari referensi yang dapat dipercaya dan tidak mudah terpancing oleh informasi yang belum memiliki dasar ilmiah. Dalam menghadapi pandemi 2.0 atau ancaman kesehatan lainnya, kebijaksanaan dan ketenangan tetap menjadi kunci untuk melindungi diri dan keluarga. (R8/HR Online/Editor Jujang)